Hayo ngaku, siapa yang masih suka malu-malu pakai baju warna ungu?
Diledek seperti janda saat mengenakan pakaian berwarna ungu adalah hal yang biasa terjadi meskipun bikin kesal dan malu. Saya pun pernah meledek seseorang yang memakai baju warna ungu dengan menyebutnya janda tanpa tahu alasan di balik ledekan tersebut. Entah bagaimana ceritanya, mengidentikkan ungu dengan janda itu seperti bahasa yang turun temurun dan nggak ada putus-putusnya diwariskan dari zaman ke zaman sebagai bahan ledekan antarteman. Saya mulai mempertanyakan, kok bisa sih ada ledekan semacam itu? Memangnya ungu dan janda hubungannya apa, ya?
Memang sih tiap warna sering diidentikkan dengan objek tertentu berdasarkan kepercayaan dan kebudayaan di masing-masing tempat atau daerah. Misalnya, warna merah identik dengan imlek. Orang Tionghoa percaya warna merah melambangkan kebahagiaan, semangat, dan keberuntungan. Hal itu sangat relevan dengan perayaan imlek yang bertujuan merayakan tahun baru dengan penuh rasa syukur. Contoh lainnya, mengidentikkan warna hitam dengan kematian atau perasaan berkabung yang berasal dari Amerika Latin. Kemudian, kepercayaan dan budaya tersebut diyakini juga oleh beberapa negara sehingga menjadikannya hal umum.
Tetapi, kalau mengindentikkan ungu dengan janda, kok bikin otak saya berpikir keras untuk menemukan penjelasan dan alasan yang kuat, ya? Saya semakin bertanya-tanya, mengapa hanya ungu yang diidentikkan terbatas pada status tertentu saja yakni janda?
Mari kita hancurkan rasa penasaran tersebut dengan mengulik filosofi warna ungu terlebih dulu. Menurut beberapa sumber, warna ungu dapat dilambangkan sebagai kekuatan spiritual, kemewahan, kebijaksanaan, keberanian, kreativitas, unik, dan eksotis.
Soal janda, tentu kita sudah tahu maknanya. Janda adalah seorang wanita yang nggak bersuami lagi karena bercerai ataupun ditinggal mati suaminya.
Nah, kalau begitu apa hubungannya filosofi warna ungu di atas dengan janda? Kok sepertinya nggak ada filosofi yang mengarah pada hal spesifik tentang janda, ya? Apakah seorang wanita yang nggak bersuami lagi karena bercerai atau ditinggal mati suaminya identik dengan kemewahan, kebijaksanaan, dan juga keberanian? Tentu saja nggak.
Ternyata, jawabannya ada pada arti duka yang dimiliki warna ungu. Jadi, ada beberapa negara yang menghubungkan warna ungu dengan momen berduka atau kematian. Di Thailand misalnya, seorang istri yang kehilangan suaminya akan mengenakan pakaian berwarna ungu ketika berduka. Karena berhubungan dengan kematian, warna ungu jadi tabu sebagai warna baju yang dipakai sehari-hari.
Yang bikin saya heran, apa yang membuat makna duka berubah jadi ledekan biasa yang terus lestari dilontarkan dari mulut ke mulut tanpa adanya penjelasan tentang makna di baliknya? Entahlah. Yang jelas, bahan ledekan kita selama ini tentang warna ungu yang identik dengan janda ternyata menyimpan makna duka yang dalam, Mylov.
Tentu ini jadi catatan buat kita semua betapa pentingnya mengetahui makna pada setiap kalimat yang kita ucapkan dan alasan di baliknya. Supaya kalau ngeledek nggak asal ngeledek, dan kalau ngomong nggak asal ngomong tanpa didasari pengetahuan. Mari kita akhiri, deh, ledekan soal warna ungu adalah warna janda. Selain mengurangi rasa percaya diri seseorang yang mengenakan warna tersebut, ledekan itu nggak ada lucu-lucunya sama sekali, Cuy. Basi banget deh kalau mau bercanda kayak gitu!