Stop Membandingkan Pengemudi Wanita dengan Supir Bajaj!

pengemudi wanita mojok

pengemudi wanita mojok

Saya termasuk salah seorang di antara pengemudi wanita yang cukup sering mendengar ledekan para lelaki tentang kaum kami kalau lagi nyupir. Kecuali Alexandra Asmasoebrata, sang pembalap jelita itu, kayaknya nggak ada yang bisa membungkam kaum lelaki dalam dunia penyupiran ini.

Beberapa waktu lalu saya berkesempatan untuk berdialog dengan mereka. Hasil rembukan tersebut malah melahirkan maklumat berikut ini, “Hati-hati kalau nyupir di belakang mobil atau motor yang dikendarai oleh wanita. Suka belok tiba-tiba nggak pakai lampu sein, suka berhenti mendadak, jalannya pelan banget nggak mau minggir. Sekalinya ngebut nggak pakai liat kanan kiri, sambil kutek-an pula.” Dan yang paling melegenda tentu saja, “Lampu sein nyala yang kanan, eh beloknya ke kiri.”

Aaargh… pembunuhan karakter!

Sadar nggak, kalau para lelaki pun mungkin saja melakukan hal-hal ini. Kecuali kutek-an, tentu saja. Belok tiba-tiba, berhenti mendadak, bahkan hikayat “lampu sein nyala kanan belok kiri” itu juga pastinya pernah dilakukan oleh pengemudi laki-laki. Entah sadar atau pura-pura nggak sadar. Tapi tetap saja, pengemudi wanitalah yang harus menanggung beban penyematan “status” tersebut.

Dari obrolan tercetus juga bahwa para lelaki rata-rata ngeledek memaklumi dan cukup berhati-hati baik kalau sedang beriringan ataupun sisipan jalan dengan kami para pengemudi wanita. Hal yang sama dimana mereka berhati-hati kalau ketemu dengan angkutan Bajaj, yang pada akhirnya melahirkan motto, “Hanya Tuhan dan abang bajaj-lah yang tahu”. Sebentar! Apa benar keterampilan mengemudi kami layak disandingkan dengan supir Bajaj?

Buat saya, bajaj itu istimewa. Saya sendiri termasuk salah satu penumpang setia bajaj. Angkutan yang cuma saya jumpai di ibu kota ini bisa jadi pilihan terbaik kalau mau ke mana-mana, terutama kalau lagi nggak mood naik ojek karena males keujanan, sementara naik taksi juga kemahalan. Nah, bajaj bisa menjawab kegundahan itu.

Belum lagi, abang bajaj itu sakti mandraguna lho. Gimana nggak, blio jago ngepot, selain bisa belok tiba-tiba kalau gangnya kelewatan, bisa puter balik di jalanan sempit satu arah yang kanan kirinya berderet mobil parkir, bisa nyela di antara bis dan Mercy, atau nyundul-nyundul di lampu yang jelas-jelas masih merah. Berasa mau racing. Kalau dipikir, keterampilan sang abang bajaj bisa sangat bermanfaat di saat mendesak.

Terus, kenapa para lelaki yang saya ajak ngobrol seolah menyandingkan kaum wanita dengan abang bajaj dalam teknik persupiran ya? Tau nggak sih kalau kami—pengemudi wanita—tuh males banget tuh kalau harus muter balik di jalanan sempit. Atau kalau lagi nyari alamat terus gangnya kelewatan, udah pasti kita lebih baik muter di lingkaran Lapangan Banteng daripada harus mundur. Belum lagi kalau disuruh parkir paralel, duh, mending koprol bolak-balik deh.

Walaupun sudah 26 tahun mengemudi, saya merasa semakin sering mengemudi saya justru semakin takut. Ya takut nabrak, takut senggolan, takut kalau tiba-tiba mesin mati, overheat, atau sekadar ban bocor. Takut kalau bermasalah di jalan inilah yang justru mensugesti saya untuk sangat berhati-hati. Tapi, mungkin keberhati-hatian ini yang sepertinya malah terlihat menyulitkan bagi pengendara lain, apalagi melalui kacamata para lelaki. Kelihatannya jadi lelet, sembrono, ribet, nggak fokus. Duh!

Padahal menurut laman Detik tanggal 11 April 2020, hasil penelitian dari University Of Westminster menyimpulkan bahwa pengemudi wanita lebih aman membawa kendaraan dibanding dengan pengemudi laki-laki. Hal ini berdasarkan data-data yang diperoleh dari catatan kecelakaan kepolisian, statistik lalu-lintas, dan biro travel nasional Inggris.

Laman Kompas tanggal 6 Oktober 2019 bahkan menuliskan bahwa dari hasil penelitian yang dilakukan Smith’s Lawyers ditemukan bahwa kaum lelaki lebih mudah terdistraksi saat berkendaraan. Dari riset yang dilakukan kepada 2.214 pengemudi itu, lebih dari 70 persennya melakukan aktivitas seperti menggunakan HP, menonton video, sampai makan dan minum. Nah, sama aja kan.

Jadi sudahlah para lelaki, nggak usahlah ngeledek kaum kami yang di belakang setir. Apalagi nyama-nyamain dengan abang bajaj. Kami tuh nggak punya satu hal yang hanya dimiliki oleh para abang bajaj, yaitu nyali gede! Boro-boro punya nyali, wong dikepot motor aja suka grogi.

BACA JUGA Jangan Rapikan Seprai Kamar Hotelmu Sebelum Check-out dan tulisan Dessy Liestiyani lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version