Pernah nggak kamu nemuin konten vlog yang ngata-ngatain kejorokan orang India? Terus reaksi kamu gimana? Merasa bersyukur tinggal di Indonesia karena tidak sejorok di India?
Saya sih waktu liat konten seperti itu langsung inget temen saya. Teman saya merupakan seorang KPoper sejati. Dan sebagai KPoper sejati, ia sampai pernah liburan ke Korea dengan uang gajinya yang ditabung berbulan-bulan.
Di sana, selain mendapati pemandangan kota yang bersih, cantik, dan modern, teman saya juga menemukan beberapa hal kurang mengenakkan. Salah satunya adalah stereotip dari beberapa oknum orang Korea yang menganggap Indonesia itu negara miskin dan tertinggal.
Ya…emang sih negara kita masih miskin, huhuhu. Tapi, efek dari pandangan itu adalah pemahaman kalau tingkat kebersihan di Indonesia jauh di bawah Korea Selatan. Lagi, emang ini bener. Soal kebersihan, kita masih tertinggal jauh dari Korea. Wong, air keran saja di sini tidak bisa diminum langsung. Sedangkan di sana?
Tapi, kalau diketawain gara-gara ini, kebanyakan dari kita pasti sakit hati. Coba kamu bayangin, Oppa-oppa Korea bikin konten reaksi soal penjual kaki lima di Indonesia yang kurang bersih menurut standar mereka. Coba kamu bayangin eonni-eonni Korea teriak “Iyuh, jijik!” abis liat penjual makanan tradisional di pasar-pasar Indonesia.
Terus kamu baca komentar netizen Korea yang “bersyukur tidak tinggal di Korea.”. Kamu baca komentar orang Korea yang menjelek-jelekkan Indonesia. Apa perasaanmu waktu ada konten seperti itu? Bahagia? Kagum?
Saya yakin banyak di antara kita yang sakit hati. Saya yakin banyak di antara kita yang langsung jadi anti Korea. Dan saya yakin, konten seperti itu bakalan diserbu sama netizen Indonesia yang ngata-ngatain Korea Selatan sebagai negara plastik!
Tapi kenapa dengan kondisi seperti ini, masih ada saja di antara kita yang sok-sokan ke India? Nggak sedikit konten yang nampilin reaksi orang Indonesia jijik dengan cara penyajian makanan tradisional di India. Setelah itu, di kolom komentar, orang-orang Indonesia bersorak-sorak bilang “bersyukur tinggal di Indonesia, bukan India.”
Haduh, haduh. Bikin konten emang nggak gampang. Apalagi bikin konten yang jumlah tayangannya banyak. Ada vlogger yang sampai melakukan prank aneh-aneh, nyanyi lagu yang ajaib, sampai melakukan sesuatu yang bikin orang gemes pengen mem-bully.
Ini pun sama kasusnya dengan bikin konten yang isinya “reaksi jijik” ke kejorokan orang India. Tapi mbok ya kita mikir lebih jauh. Macam mana kalau orang Korea atau orang bule bikin konten serupa seperti di negara kita? Pasti sakit hati, kan?
Orang India juga punya perasaan lho. Dan mereka menjadi seperti itu, karena tingkat ekonominya yang belum baik. India sendiri adalah negara yang jauh lebih besar dari Indonesia. Jumlah penduduknya hampir 1 milyar dan memang tidak mudah mengurus orang sebanyak itu.
India lebih dari sekadar penjual makanan tradisional jorok
Kalaupun kita mau bikin konten soal India, ada banyak banget kok video yang bisa dibikin tanpa menjelek-jelekan negara itu. Apalagi, Indonesia dan India punya sejarah yang panjang. Sejak masa lalu, kebudayaan India telah memengaruhi sebagian kebudayaan Indonesia, terutama di Indonesia barat.
Kita bisa bikin reaksi soal kemiripan bahasa antara Indonesia dan India. Kemiripan adat dan istiadat antara keduanya. Sampai vlog pengalaman travelling di negeri Bharat itu.
Kita juga bisa bikin konten soal diaspora yang tinggal di Indonesia. Di Sumatra Utara, misalnya. Di provinsi tersebut, jumlah orang keturunan India lumayan banyak. Dari kuliner sampai budaya sebagian daerah Sumatra Utara pun terpengaruh dengan warga keturunan yang tidak sedikit ini.
Saya sendiri punya kenalan orang keturunan India yang tinggal di Medan. Jadi waktu saya lihat video-video soal kejorokan India itu, saya merasa tidak enak dengan kawan saya. Memang kawan saya sekarang sudah bukan orang India. Tapi, bagaimanapun juga dia pasti memiliki ikatan batin dengan negara asal leluhurnya.
Maka dari itu,buatlah konten yang tidak menyinggung orang lain. Stop bikin konten rasis cuma demi tayangan. Sebab kalau kita sendiri yang dirasisin, kita juga pasti marah, kan?
BACA JUGA Petty Cash: Kecil-Kecil Cabai Rawit dan tulisan Ningsih lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.