Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Stereotip Cowok Fitness Adalah Gay Sesatnya Minta Ampun

Fitra Aidil Akbar Siadari oleh Fitra Aidil Akbar Siadari
17 Oktober 2020
A A
Stereotip Cowok Fitness Adalah Gay Sesatnya Minta Ampun terminal mojok.co ngegym cowok gay homo

Stereotip Cowok Fitness Adalah Gay Sesatnya Minta Ampun terminal mojok.co ngegym cowok gay homo

Share on FacebookShare on Twitter

Kita tak sadar kapan persisnya orang mulai berbisik-bisik miring terhadap kaum berotot. Kalau dikilas balik, di masa populernya film-film laga yang dibintangi Advent Bangun, Barry Prima, hingga melambungnya pamor atlet binaraga Ade Rai, tuduhan gay kepada orang bertubuh kekar belum ada. Sat itu belum ada stereotip ngawur kalau yang cowok fitness adalah gay. 

Kala itu masyarakat kelas pekerja, buruh-buruh angkut, hingga petani yang pegang cangkul pun seingat saya, senang memamerkan otot bisep sambil menirukan artis idolanya. Memesona betul dulu laki-laki yang memiliki dada bidang, otot padat berisi, perut mengotak, serta urat-urat tangan yang menyembul.

Kini, citra cowok fitness sudah tak sama lagi seperti zaman Barry Prima. Entah sebab apa citra itu berubah. Padahal, kalau merujuk kepada public figure yang rajin nge-gym dan berbadan atletis, rasa-rasanya tak ada yang tercitrakan sebagai gay. Sebut saja Deddy Corbuzier, Iko Uwais, hingga bintang sepakbola Cristiano Ronaldo. Citra mereka tetap aman.

***

Ada momen tak sengaja sewaktu saya melintasi ruangan lobi kantor, sejumlah pegawai sedang menggosip di deretan sofa lobi. Saat itu, saya sedang tergesa-gesa dipanggil menuju ruangan Pak Kepala yang berada di lantai dua. Sempat terdengar obrolan mereka samar-samar.

“Oh, jadi Bang Udin sudah nggak nge-gym lagi?”

“Sudah nggak, sejak tiga minggu lalu. Malas dia katanya. Lagian untuk apa ikut-ikut gym-gym fitness gitu. Nanti disangka maho hahaha….” seseorang menyahut dan ditimpali ledakan tawa dari yang lain.

Lagi-lagi cowok fitnes diidentikkan dengan orientasi seksual, pikir saya. Beberapa waktu lalu ada juga teman mengaku diolok-olok karena berlangganan nge-gym di sebuah tempat kebugaran. Meski olok-olok itu hanya candaan, tapi itu cukup bikin baper sampai ke tempat tidur.

Baca Juga:

Apa pun Kejahatan di Surabaya, Orang Madura Selalu Dijadikan Kambing Hitam

Hilangnya 9 Besi Penutup Got di Bangkalan Menegaskan kalau Orang Madura Memang Tak Layak Dibela

“Padahal kan bro, cowok yang fitness itu hobi aja. Hitung-hitung cari keringat berlebih lah dibanding olahraga lain. Masalah nanti otot terbentuk, itu bonus lah. Tapi, kok terus dibilang cowok berotot itu homo?” curhat dia.

***

Pada 2017, Polres Metro Jakarta Utara pernah menggerebek pesta gay di Kelapa Gading. Sejumlah 141 orang gay ditangkap polisi di sebuah ruko tiga lantai yang digunakan sebagai tempat latihan kebugaran. Kasus ini dulu lumayan lama jadi buah bibir masyarakat. Saat itu isu ‘cowok yang fitness cenderung gay’ semakin kencang.

Pernah saya baca hasil riset pada sebuah artikel, memang mungkin ada relasi antara gay dengan kegiatan-kegiatan nge-gym ini. Maklum, nge-gym pernah tren akhir 90-an hingga awal 2000-an. Masa itu orang-orang kegandrungan betul dengan Ade Rai.

Ditemukan fakta bahwa kenapa laki-laki gay gemar nge-gym, sebab ada sifat atau kecenderungan mereka mengutamakan penampilan atau visual. Kaum ini lebih dominan mengunggulkan bentuk. Dasar pemikiran inilah yang membuka persaingan sehingga saling berlomba-lomba “mengetatkan” bentuk tubuhnya untuk menarik perhatian.

Namun, artikel itu juga membantah desas-desus yang menyebut bahwa setiap cowok yang fitness itu sudah pasti gay. Kalau mau menyebut angka, paling banyak hanya 20 persen pria gay ikut nge-gym. Sehingga persentasenya masih sangat jauh dari tuduhan semula. Sebab, pria gay tidak menjadikan tempat kebugaran sebagai ajang pencarian pasangan.

***

Baik, sebelum ada huru-hara ditimbulkan tulisan ini, perlu saya jelaskan dulu kalau tulisan ini tidak sedang menyudutkan kaum gay. Tiba-tiba nanti ada SJW-SJW yang sedang galau mencari jati diri, mencak-mencak bilang kalau tulisan ini tendensius lah, menyudutkan kelompok tertentu lah. Tidak, sama sekali tidak, Cyiiin.

Saya tak ada kebencian dengan kelompok masyarakat mana pun. Tulisan ini tak lebih sekadar kegelisahan saya atas mudahnya kita melakukan pelabelan tanpa dasar. Cowok fitness ya untuk kebugaran, nggak ada hubungannya ingin sehat dengan orientasi seksual. Masalah ini memang kelihatan sepele saja. Tapi, jika sejenak direnungkan, ada persoalan klasik yang terjadi di sana: stereotip. Gemar betul kita mengendapkan racun yang satu ini di kepala.

Lihatlah, padahal suka tidak suka kita adalah korban sekaligus pelaku stereotip itu sendiri. Siapa pun itu. Tak memandang sejauh mana tingkat pendidikan, setua apa usia, tetap saja stereotip selalu jadi pisau kita untuk menguliti identitas orang atau kelompok.

Akan klise dan basi tentunya kalau masih kita bahas contoh-contoh stereotip orang Sunda matre, orang Jawa nggak bisa tegas, orang Batak kasar, orang Minang, Cina, dan Arab pelit nauzubillah. Itu narasi usang. Tapi, tetap saja masih mendengung panjang di kehidupan sosial kita.

Nggak percaya? Bicarakan soal menikah beda suku dengan keluarga besar. Tanya pamanmu, tantemu, atau bahkan tetanggamu. Maka akan berhamburan narasi-narasi stereotip tadi yang menyamar sebagai petuah-petuah agung.

“Kalau bisa, jangan orang Minang. Nanti kamu blablabla…. “ atau “Usahakanlah jangan sama si Andi itu. Dia kan Bugis, susah loh berurusan sama orang Bugis ini. Kayak kejadian sama si anu….”

Hop! Cukup dua contoh itu saja. 

***

Baik, mari kita kembali ke laptop. Anda boleh saja bilang hal-hal semacam ini tak penting. Tapi, sadarkah Anda kalau desas-desus stereotip ini dibiarkan bergentayangan di masyarakat, akan menjadi bubuk racun yang berbahaya? Lingkungan sosial akan merenggang karena apa-apa kita sikapi dengan bias dan subjektif. Menuduh semua cowok fitness dan berotot adalah gay, bisa jatuh ke fitnah bosque. Dosa besar itu.

Andai suatu masa pelabelan gay ini sudah melekat betul terhadap orang-orang yang nge-gym, kan kasihan nasib para pesepakbola di mana melatih atau membesarkan otot adalah salah satu kunci utama program latihan mereka. Tiba-tiba mereka malas-malasan pas disuruh nge-gym karena takut diledek gay, kan nggak masuk barang itu.

Terakhir yang mungkin paling fatal adalah diskriminasi. Sebagian besar masyarakat kita menganggap kelompok gay adalah kumpulan orang-orang yang harus disingkirkan. Terlebih mengisi posisi-posisi strategis di lingkungan masyarakat, atau di dunia kerja. Anda bisa bayangkan, Anda yang tidak gay, hanya gara-gara mau perut sixpack kayak Cristiano Ronaldo lalu dikucilkan, dan di-bully di kantor, ditambah lagi digunjing warga sekompleks.

Photo by Pixabay via Pexels.com

BACA JUGA Budaya Memanggil Gelar itu Sudah Final, Prof. Ariel Heryanto! dan tulisan Fitra Aidil Akbar Siadari lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 Agustus 2021 oleh

Tags: penjaskesstereotip
Fitra Aidil Akbar Siadari

Fitra Aidil Akbar Siadari

Penyuka lembah, bermukim di Kepulauan Riau.

ArtikelTerkait

Olahraga Jogging di Stadion vs di Tempat Terbuka, Mana yang Lebih Baik? terminal mojok.co

Olahraga Jogging di Stadion vs di Tempat Terbuka, Mana yang Lebih Baik?

13 Februari 2021
pemuja setan

Saya Pencinta Musik Keras dan Saya Bukan Pemuja Setan, Ingat Itu!

1 Juli 2019
Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Terjebak Stereotip, Kuliah Jadi Makin Berat Mojok.co

Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Terjebak Stereotip, Kuliah Jadi Makin Berat

4 November 2023
Nggak Usah Jijik Melototin Warna Feses dan Urin. Penting lho Ini!

Nggak Usah Jijik Melototin Warna Feses dan Urin. Penting lho Ini!

22 Februari 2021
6 Stereotipe Papua yang Benar-benar Keliru

6 Stereotipe Papua yang Benar-benar Keliru

7 Agustus 2022
stereotip anak laut pantai sijile baluran mojok

3 Stereotip Anak Laut yang Nggak Berlaku buat Saya yang Tinggal Dekat Laut

24 Agustus 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.