Saya yakin, banyak pembaca Mojok yang dulu ngumpet-ngumpet jam 10-11 malam untuk nonton Rey Misterio atau Undertaker bergelut di ring. Yak, masa kecil kita sedikit banyak diwarnai dengan acara Smack Down, acara yang sempet bikin orang tua meradang karena anak-anaknya tiba-tiba choke slam guling.
Acara ini sempet mendapat teguran dan nyinyiran. Alasan tayangan tersebut mendapatkan teguran adalah karena tidak adanya pemahaman dari orang tua bahwa tayangan tersebut hanyalah hiburan semata. Saya saja baru tahu aksi John Cena melawan Edge hanya akting semata ketika menginjak bangku SMA.
Karena dianggap tabu, bocah-bocah jaman dahulu (termasuk saya) menonton acara ini secara sembunyi-sembunyi. Karena menonton sendiri, maka apa yang dilihat kala itu langsung diproses ke dalam kepala tanpa filter dari anjuran orangtua.
Terlepas dari segala pro dan kontra, Smack Down atau WWE ini adalah acara yang keren. Kita bisa dibikin ngewel ketika melihat Undertaker, kagum kepada aksi Rey Mysterio hingga jingkrak-jingkrak ketika John Cena datang. Disadari atau nggak, hal-hal berikut yang saya sebutkan adalah staterpack bocah ketika mau nonton Smack Down.
Kalian pasti tahu kok, ngaku wes. Kita seumuran. Nggak usah ngaku-ngaku muda.
Mengasah adu bacot sama teman di sekolah
Membahas kehebatan Ronaldinho atau betapa spektakulernya Beckham, saya rasa belum menjamah otak anak-anak SD jaman saya. Selain bertukar stickman gelud berformat GIF atau gambar-gambar keren seperti Naruto jadi Akatsuki, obrolan seputar Smack Down adalah hal yang nggak bisa diganggu-gugat lagi. Wes to, sebelum Coach Justin datang dengan bacotan super wagunya itu, anak-anak SD jaman dulu lebih bergairah ketika ngobrolin Big Show ketika melawan The Great Khali.
Jaman itu, kami belum paham body shaming karena kubu terbagi menjadi dua; ada yang menganggap gendut itu lebih kuat, ada yang menganggap kurus lebih lincah. Bagai seorang pundit, kami menganalisa dengan rinci. Jelas pasti ada yang bilang begini, “Big Show lah edan po! Khali mung menang duwur thok!” ada juga yang membela Khali. Pun, malah ada yang nggateli bilang begini, “pas Big Show mau ngeluarin ulti, aku malah ketiduran e, dab”.
Kami juga sering membicarakan hal lain yang berkaitan dengan acara gelut tersebut, yakni gosip para pemain Smack Down. Kami dapat dari bakul dolanan yang ada di depan SD. Buku seharga lima ratusan berisikan lirik lagu dan berita-berita kultur pop termasuk berita Smack Down adalah santapan kami sebelum berkenalan dengan Mojok. Isu terhangat waktu itu adalah di balik topeng Rey Mysterio, blio adalah almarhum Eddie Guerrero yang memalsukan kematiannya. Berita itu benaran nggak, sih?
Ritus khusus bernama bobok siang
Kalau nggak salah, nih, Smack Down diputar Lativi pada jam 10 malam. Entah kenapa bocah jaman sekarang banyak yang menganggap jam 10 itu kurang malam, ya? Kok ketika jaman saya bocah, ketika kawan-kawan nginep di rumah, kebanyakan jam 9 sudah SMS pacarnya dan bilang “ngantuk, nih.” dengan gaya ala Raditya Dika. Tapi, yang jelas, kami suka Smack Down, namun tidak dengan jam tayangnya. Siasatnya satu; melupakan main layangan dan gek ndang bobok siang.
Bobok siang pun kadang banyak hambatannya. Pertama, dilema ketika acara Ceriwis dimulai. Antara mau nonton Olga atau bobok siang ketika pulang sekolah. Kedua, ada teman kampung yang ngajak main. Wah, ini dilema besar. Kadang, mainannya temen satu kampung itu aneh-aneh. Obrolannya pun banyak yang nyeleneh. Ketika di SD bahas gosip para pemain Smack Down, nah temen kampung biasanya ngelatih gerakannya. Ini yang bahaya, tapi nggak tahu kenapa rasanya asik-asik aja. Latihannya biasanya di kali. Ketika airnya agak dangkal dan banyak pelepah pisang yang hanyut.
Rayuan maut kepada orangtua
Sebelum nonton acara gelut tersebut, saya sering merayu orang tua agar diizinkan menonton acara yang malemnya ngaudubillah. Kadang bapak oke-oke saja, tapi the final boss, yakni ibu, yang biasanya sulit ditembus pertahanan hatinya. Ibarat main gim, ibu ini health poin-nya tebel. Tipe tanker saja kadang kerasnya kalah sama prinsip dan pendiriannya bahwa televisi harus mati ketika menginjak jam 9 malam. Rayuan paling maut yang saya punya adalah belajar jam 4 sore sampai jam 6. Dilanjut sembahyang, makan malam lalu lanjut belajar lagi. Kalau cara ngerayu ala kamu gimana?
Menyiapkan sarung
Kata siapa nonton Smack Down nggak serem? Kalau Undertaker keluar masih dominan perasaan kagum sama opening ketika masuk ring. Namun, ketika Umaga, pegulat asal Samoa itu keluar dengan aksi seperti mau menculik bayi, beuh serem abis. Gara-gara hal tersebut, banyak anak kecil membuat gosip-gosip tak nalar. Obrolan bocah-bocah ini memang bikin kemekelen, namun saya waktu itu anehnya percaya-percaya aja. Ada gosip bahwa Umaga ini bisa keluar dari televisi dan ngajak gelut anak-anak yang menontonnya.
Nah, kegunaan sarung adalah untuk menutup muka ketika takut melihat Umaga atau adegan-adegan keras lainnya.
Remot televisi adalah koentji
Memegang kendali remot TV adalah hal yang wajib. Ya, piye ya, kalau ujug-ujug Mbak Kelly Kelly atau Mbak Lita keluar kan jadi nggak kagok. Kalau sepi nggak ada orangtua saja nggak masalah, kalau mak sruntul ibu keluar dari kamar dan liwat ruang televisi kan bisa langsung ganti saluran dengan segera. Eh, jebul malah keganti tayangan Mbak Yeyen lagi bawakan kuis.
Itulah ciri-ciri para bocah ketika menyiapkan diri menonton Smack Down versi saya. Indah betul masa-masa itu. Lihat orang gelud saja sensasinya sungguh luar biasa. Apa lagi ketika dilarang orangtua. Semakin dilarang, semakin penasaran.
BACA JUGA No Debat! One Piece Lebih Baik daripada Naruto dan tulisan Gusti Aditya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.