Beberapa waktu lalu, saya sempat mengantar seorang kawan ke Stasiun Surabaya Gubeng. Di tengah suasana haru sebab akan berpisah dengan seorang kawan, perhatian saya berulang kali terganggu. Suara klakson mobil agaknya selalu terdengar setiap 2 menit sekali ketika menunggu di depan pintu masuk.
Akses masuk Stasiun Surabaya Gubeng Lama memang kecil
Stasiun Surabaya Gubeng itu terbagi menjadi 2, yaitu Gubeng Lama dan Gubeng Baru. Nah, yang saya bahas di sini merujuk kepada Gubeng Lama.
Gubeng Lama memang tidak memiliki akses yang cukup ideal untuk kendaraan roda 4. Khususnya untuk pengantar yang berhenti di depan stasiun. Kalau di Gubeng Baru, ada tempat parkir luas. Jadi, mobil, motor, sampai ojol bisa leluasa masuk.
Akses jalan Stasiun Surabaya Gubeng yang bagian “Lama” juga kalah besar kalau membandingkanya dengan Pasar Turi dan Wonokromo. Jadi, para driver ojol yang hendak menurunkan penumpang bisa lebih maju sedikit, mencari lokasi yang pas untuk berhenti.
Di Gubeng lama hanya ada 2 ruas jalan yang mungkin lebarnya nggak lebih dari 10 meter. Tentu saja, hal ini segera menjadi problem ketika ada penumpang yang menggunakan jasa gocar.
Duduk kurang lebih 20 menit di depan pintu masuk, sudah tidak terhitung berapa kali saya dan kawan-kawan kaget oleh suara klakson mobil yang super kencang. Pasalnya, mobil yang tengah menurunkan penumpang tentu saja akan menghambat laju kendaraan. Padahal, penumpang itu hanya turun seorang diri. Nggak butuh waktu lama macam mengeluarkan koper atau barang-barang lainnya dari bagasi mobil.
Baca halaman selanjutnya: Stasiun dengan 2 simbol yang berbeda.