Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Sri Sultan HB II: Bapak Pembangunan Jogja, Saksi Runtuhnya VOC, sekaligus Satu-satunya Sultan yang Pernah Naik Tahta 3 Kali

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
22 Februari 2024
A A
Sri Sultan HB II Bapak Pembangunan Jogja, Saksi Runtuhnya VOC, sekaligus Satu-satunya Sultan yang Pernah Naik Tahta 3 Kali

Sri Sultan HB II: Bapak Pembangunan Jogja, Saksi Runtuhnya VOC, sekaligus Satu-satunya Sultan yang Pernah Naik Tahta 3 Kali (Wikipedia)

Share on FacebookShare on Twitter

Umumnya seorang raja hanya sekali naik takhta. Kepemimpinannya akan berakhir ketika wafat atau menyerahkan takhta kepada putra mahkota. Tapi, ada satu raja di Indonesia, tepatnya di Jogja, yang pernah tiga kali naik takhta. Bahkan kenaikan takhta ketiga terjadi saat berusia 76 tahun. Blio adalah Sri Sultan HB II yang dijuluki Sultan Sepuh.

Saya punya kedekatan pribadi dengannya. Saya sendiri adalah keturunan kedelapan Sri Sultan HB II. Tepatnya, keturunan dari putranya yang bernama K.G.P.A. Mangkudiningrat. Sejak kecil saya selalu mendapat cerita tentang keistimewaan HB II dan memang, ia adalah sultan yang unik dibanding sultan lain.

Hamengkubuwana II lahir dengan nama kecil Gusti Raden Mas Sundoro. Mas Sundoro adalah putra kelima dari pasangan Pangeran Mangkubumi dan G.K.R. Kadipaten. Menurut web resmi kratonjogja.id, Mas Sundoro tidak lahir di Jogja, melainkan di Gunung Sindoro, Temanggung, pada 7 Maret 1750. Lahirnya ia di Gunung Sindoro disebabkan sang ibunda sedang mengungsi akibat Keraton Mataram tengah berperang melawan VOC.

R.M. Sindoro baru bisa menikmati indahnya Jogja setelah Perjanjian Giyanti (1755) yang memecah Kesultanan Mataram menjadi Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Bersamaan dengan perjanjian tersebut, ayah R.M. Sindoro diangkat menjadi Sri Sultan Hamengkubuwana I. Mas Sundoro sendiri diangkat sebagai adipati anom pada usia lima tahun, kemudian ditunjuk sebagai putra mahkota setelah kakaknya, Gusti Raden Mas Ento, wafat.

Kiprah Sri Sultan HB II dimulai

Kiprah Mas Sundoro dimulai saat terjadi geger di Keraton Jogja dan Surakarta pada 1774. Geger ini diakibatkan ramalan akhir abad yang menyatakan akan ada sebuah kerajaan yang runtuh. Mas Sundoro tidak tinggal diam. Ia segera menulis kitab Suryaraja yang berisi gugurnya ramalan akhir abad. Naskah ini kini dikeramatkan sebagai pusaka bergelar Kanjeng Kyai Suryaraja.

Tidak hanya menulis, Mas Sundoro juga memulai kiprah sebagai bapak pembangunan. Pada 1785, Mas Sundoro memprakarsai pembangunan Benteng Baluwarti. Dinding tebal yang melingkari area Kraton Jogja sampai hari ini tersebut bertujuan menggagalkan pembangunan Benteng Rustenburg yang diprakarsai Komisaris VOC Nicolaas Hartingh.

Mas Sundoro naik takhta pada 2 April 1792 dengan gelar Sri Sultan Hamengkubuwana II. Masa bertakhtanya penuh agenda pembangunan. Dalam Serat Rerenggan Kraton dan Babad Suryaning Alaga, tercatat HB II membangun 13 pesanggrahan atau vila. Dua pesanggrahan yang telah direnovasi adalah Pesanggrahan Rejawinangun (situs Warungboto) dan Pesanggrahan Gua Seluman.

Tamansari, sebenar-benarnya legacy

Namun, megaproyek HB II adalah menyelesaikan pembangunan Istana Air Tamansari. Kompleks pesanggrahan seluas 10 hektare ini mulai dibangun pada era HB I. Sayang sekali, hampir seluruh bangunan karya HB II hancur saat gempa besar melanda Jogja pada 1867. Tapi, tidak dapat dimungkiri HB II layak digelari Bapak Pembangunan Jogja.

Baca Juga:

Taman Mayura Mataram Sepi padahal Tempat Paling Nyaman untuk Melepas Penat

Kisah Tragis Ki Ageng Mangir, Korban Kelicikan Panembahan Senopati demi Memuluskan Ambisi

Selain proyek monumental, HB II juga menjadi saksi dari banyak peristiwa besar. Saya hanya membahas beberapa saja yang berpengaruh besar pada Keraton Jogja.

Peristiwa pertama adalah bubarnya VOC pada 31 Desember 1799, tepat di menjelang pergantian abad. Bubarnya VOC diikuti dengan pengangkatan Herman Willem Daendels sebagai gubernur jenderal Hindia Belanda, yang kelak kondang sebagai Tuan Besar Guntur yang memimpin proyek pembangunan Jalan Raya Pos (Jalan Daendels).

Bubarnya VOC menjadi sumber masalah baru bagi HB II. Pertama, terjadi perubahan sistem kumpeni menjadi sistem pemerintahan kolonial. HB II menolak perubahan ini. Namun, Raja Surakarta Pakubuwana IV berharap besar dari kedatangan Daendels. Ia ingin Daendels membantu Surakarta menaklukkan Jogja.

Untuk melawan kekuatan Belanda, HB II berkonspirasi dengan Raden Ronggo yang merupakan menantunya. Namun, Belanda sukses menumpas pemberontakan Raden Ronggo. Dari jasad Raden Ronggo, ditemukan cap berlogo kesultanan. Barang bukti ini digunakan Belanda sebagai alasan untuk mengkudeta HB II.

Daendels menyerbu Yogyakarta

Pada Desember 1810, Daendels menyerbu Yogyakarta. HB II diturunkan dari takhta dan digantikan putranya, Gusti Raden Mas Suraja yang bergelar Sri Sultan Hamengkubuwana III. Belum sempat HB III menyelesaikan perjanjian baru dengan Belanda, Keraton Jogja mengalami peristiwa besar kedua, yaitu pendudukan Inggris.

Pada 1811, pemerintah Belanda atas Hindia Belanda direbut Inggris. HB III pun turun takhta kembali menjadi putra mahkota. Peristiwa ini memberi kesempatan untuk HB II kembali bertakhta. Naik takhta yang kedua ini digunakan HB II untuk menyingkirkan musuh politiknya. Patih Danureja II dibunuh di depan Sitihinggil (tempat singgasana berada). Danureja II dibunuh karena menyebabkan lengsernya HB II.

HB II juga melakukan pembersihan besar-besaran. Pembersihan berdarah ini juga mengancam sang putra mahkota. Terjadi juga konflik dengan Inggris. Semua diawali dengan masalah posisi tempat duduk Gubernur Letnan Raffles yang lebih rendah dari singgasana sultan. Konflik yang sifatnya simbolis ini berujung pada peristiwa ketiga, Geger Sepoy pada 1812.

Geger Sepoy (atau geger Spei atau Geger Sepehi) adalah penyerangan oleh Inggris dan Keraton Mangkunegaran ke Keraton Jogja. Geger Sepoy memberi kerusakan besar bagi Keraton Jogja. Pojok Beteng Wetan Lor, bagian dari Benteng Baluwarti hancur. Banyak harta kekayaan dan karya sastra Keraton Jogja dijarah. HB II juga diasingkan ke Pulau Penang hingga tahun 1815.

Sri Sultan HB II dibuang ke Ambon

HB III kembali bertakhta. Pada tahun 1816, pemerintahan Inggris mengembalikan wilayah Hindia Belanda kepada Belanda. HB II yang dianggap masih berbahaya segera dibuang kembali. Ada silang pendapat mengenai lokasi pembuangan HB II. Sebagian berpendapat bahwa HB II dibuang ke Ambon, lalu dipindahkan ke Inggris. Ada yang berpendapat HB II dibuang ke Inggris atas inisiatif pribadi.

Meskipun telah dibuang serta dilupakan, pada akhirnya HB II kembali bertakhta. Pada masa pemerintahan HB V (cicit HB II), terjadi peristiwa besar yang disebut Perang Jawa atau Pemberontakan Diponegoro. Perang yang terjadi pada 1825-1830 ini sangat merugikan pihak Belanda dan Keraton Jogja. Untuk meredam pemberontakan, Belanda berinisiatif mendatangkan HB II kembali ke Jogja. HB II kembali bertakhta pada 20 September 1826, pada usia 76 tahun

Kembalinya HB II pada takhta Keraton Jogja melemahkan perlawanan Diponegoro. Rakyat bersimpati kepada sang Sultan Sepuh, termasuk Diponegoro sendiri. Namun, HB II mangkat (meninggal) pada 3 Januari 1828 karena radang tenggorokan dan usia yang sudah lanjut.

HB II menjadi satu-satunya sultan Jogja yang dimakamkan di Kotagede, kompleks pemakaman Panembahan Senopati, pendiri Kesultanan Mataram.

Ada dua alasan mengapa ia tidak dimakamkan di Imogiri seperti sultan lain setelah Sultan Agung Hanyokrokusumo. Alasan pertama adalah Perang Jawa masih berkecamuk. Apalagi pusat perlawanan ada di Selarong yang dekat dengan rute pengantaran jenazah.

Alasan kedua yang menjadi buah bibir adalah permintaan Sultan HB II sendiri. Ia enggan dimakamkan di kompleks yang sama dengan HB III, putranya yang ia anggap berkhianat. Sebuah sikap yang khas dari HB II: keras dan menolak kompromi, bahkan sampai liang lahat.

Sumber gambar: Wikipedia

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Raden Trunojoyo, Penakluk Mataram dari Sampang Madura yang Mati Dibantai Amangkurat II

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 22 Februari 2024 oleh

Tags: keraton yogyamataramsultan hb II
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Penggambaran Nafsu Manusia dalam Lakon Pewayangan terminal mojok.co

Pangeran Mangkubumi dan Lima Wayang Misterius

8 Oktober 2020
retno gumilang mataram ki ageng mangir mojok

Retno Gumilang, Ratu Malang yang Bernasib Malang

26 September 2020
Puputan Bayu Saat Mataram dan VOC Membantai 72 Masyarakat Blambangan MOJOK.CO

Amangkurat II, Raja Mataram Anak Emas VOC

17 September 2020
Puputan Bayu Saat Mataram dan VOC Membantai 72 Masyarakat Blambangan MOJOK.CO

Puputan Bayu: Saat Mataram dan VOC Membantai 72.000 Masyarakat Blambangan

30 Juli 2020
Raden Trunojoyo, Penakluk Mataram dari Sampang Madura yang Mati Dibantai Amangkurat II

Raden Trunojoyo, Penakluk Mataram dari Sampang Madura yang Mati Dibantai Amangkurat II

3 Februari 2024
senjata biologis VOC jakarta mojok mumpung belum

Gara-gara Senjata Biologis VOC, Jakarta Pernah Dijuluki sebagai Kota Tahi

25 Agustus 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.