Sosok Tak Kasat Mata yang Menyukai Temanku dan Selalu Mengikuti Selama Satu Minggu

sosok

sosok

Pernah suatu ketika, dalam suatu ruangan di rumah saya ada sosok yang selalu hadir dalam diam. Kehadiran sosok tersebut biasanya ditandai dengan suara tangisan yang begitu jelas atau suara tertawa laiknya anak-anak yang sedang bermain. Sosok berpakaian putih dan berambut panjang terurai itu hanya hadir di satu tempat, tepatnya kamar kakak saya. Entah dari mana asalnya, sejak kapan, dan apa sebabnya di selalu ada di kamar tersebut.

Sebab itu, wajar jika kakak saya menjadi takut dan tidak betah tidur di kamar sendiri, yang pada akhirnya tidur berdua dengan saya adalah menjadi pilihan terakhir untuk mengurai rasa takut yang dialami. Saya juga memaklumi, karena bukan sekali dua saya bersamaan dengan kakak mendengar suara ghaib berupa tangis dan tawa di setiap malamnya. Terlebih, kamar kami bersebelahan, hanya terpisah oleh tembok yang tidak begitu tebal.

Ketakutan kami dipertegas dengan pernyataan dua orang teman—satu teman kakak, satu teman saya—yang berkata, benar jika ada sosok penunggu di kamar kakak karena menyukai kakak. Entah atas dasar apa sosok sejenis kuntilanak menyukai kakak perempuan saya. Ditambah yang mengatakan hal identik tersebut adalah dua orang yang berbeda, ada rasa percaya setelah mendapat info tersebut. Walau akhirnya sosok tersebut akhirnya hilang dengan sendirinya, setelah di rumah diadakan pengajian rutin setiap minggunya.

Saya pikir, adanya sosok tak kasat mata yang menyukai manusia hanya dialami oleh kakak saya. Nyatanya, beberapa bulan lalu teman saya sedari kecil sempat mengalami hal yang sama—ada sosok tak kasat mata yang menyukai, bahkan selalu mengikuti teman saya di setiap aktivitasnya. Hal tersebut diketahui orang tuanya dari “orang pintar” setempat. Setelah coba dimediasi, ternyata memang ada dua sosok yang mengikuti dan terus menempel di badan teman saya. Usut punya usut, dua sosok yang digambarkan sebagai wanita ini menyukainya.

Sungguh di luar nalar apa yang dirasakan teman saya kala itu. Memang, beberapa waktu lalu teman saya sempat bermain di suatu rumah tua dan tak berpenghuni untuk hunting foto, kemudian dalam situasi yang tidak terduga, teman saya buang air kecil secara sembarang karena sudah tidak tahan di rumah tua tersebut—selain memang tidak tahu harus ke mana.

Sepulang dari rumah tua itu, ada beberapa kejanggalan yang dialami langsung oleh teman saya tanpa sebab yang pasti dan saya lihat secara langsung, diantaranya mengamuk tanpa alasan yang pasti, tiba-tiba menangis, tak lama kemudian tersenyum dengan lebar. Bukan senyum bahagia tentunya, melainkan senyum dengan ekspresi datar nan menyeramkan. Beberapa hal tersebut terulang berkali-kali dalam seminggu setiap maghrib.

Dalam jeda tangisan teman saya, beberapa kali terselip suara tawa perempuan yang tidak biasa—berasal dari sosok perempuan yang mengikuti—padahal sudah jelas teman saya adalah laki-laki. Kala itu, keluarganya khawatir dan hanya bisa meminta bantuan agar tubuh dua sosok tersebut dapat dipisahkan dari raga teman saya.

Sulit sekali percaya dengan apa yang saya lihat secara langsung di depan mata kepala sendiri, bagaimana seorang teman begitu lesu dan tidak menentu kondisinya. Sewaktu dibawa ke dokter untuk dicek dari sisi medis pun secara keseluruhan tidak ada yang janggal dan teman saya dinyatakan sehat. Untuk jaga-jaga, hanya sekadar diberi vitamin dan diberi petuah agar tetap menjaga kesehatan dan istirahat yang cukup.

Sampai akhirnya, “orang pintar” mencoba untuk berkomunikasi dengan sosok yang menempel di tubuh teman saya dan mencari tahu lebih lanjut alasan mengapa dia bisa menyukai dan selalu mengikuti teman saya. Alasannya selain sudah buang air kecil di tempat tinggalnya—sosok tak kasat mata tersebut—juga sudah berani-beraninya menghancurkan sesuatu yang sudah dianggap rumah oleh mereka. Sebuah kayu besar yang akhirnya diketahui dibakar oleh teman saya.

Setelah mengetahui alasannya, entah bagaimana caranya teman saya bisa terselamatkan dan diobati. Sosok yang mengikuti teman saya pun sudah lenyap, kabarnya dipindahtempatkan ke lokasi yang memang layak bagi mereka. Dan, hal ini mengingatkan saya untuk tidak mengusik suatu tempat sembarangan, sebab sudah jelas bahwa yang ghaib itu ada meski hidup di alam yang berbeda. (*)

BACA JUGA Ketika Jin yang Menyerupai Seorang Teman Ikut Salat Jumat atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version