Sorot Gunungkidul, Media Online Lokal Rasa Nasional Penyambung Lidah Warga Gunungkidul

Sorot Gunungkidul, Media Online Lokal Rasa Nasional Penyambung Lidah Warga Gunungkidul

Sorot Gunungkidul, Media Online Lokal Rasa Nasional Penyambung Lidah Warga Gunungkidul (Unsplash.com)

Udah baca Sorot Gunungkidul hari ini?

Seperti makan dan minum, kini membaca artikel di media online sudah jadi kebutuhan sehari-hari setiap insan, tak terkecuali saya. Terlebih ketika membuka email, lalu ada notifikasi dari Terminal Mojok soal tulisan saya yang dimuat, beh langsung gas baca dan menyebarkannya ke sanak saudara.

Selain Mojok, ada satu lagi media online lokal yang nyaris saya baca dan ikuti setiap hari, yakni Sorot Gunungkidul. Media kebanggan warga Gunungkidul yang memiliki tagline “Melihat dari Sudut Pandang yang Berbeda” itu jadi salah satu arus informasi utama seputar Bumi Handayani. Banyaknya ulasan unik mengenai Gunungkidul di media ini, bikin saya betah membaca dan berlama-lama menatap layar hape.

Ya, Sorot Gunungkidul adalah media lokal yang punya pembaca setia cukup banyak. Kecepatan dan ketepatan dalam menyajikan berita, dinilai jadi alasan media asal Gunungkidul yang dinahkodai Mas Danang Ardianta ini sampai sekarang nggak ditinggalkan para pembacanya. Tentu ini menarik, mengingat Sorot Gunungkidul lahir di kota kecil dan berstatus sebagai media lokal yang acap dianggap nggak memiliki jangkauan luas.

Lahir di kota kecil, Sorot Gunungkidul punya massa yang besar

Harus diakui Sorot Gunungkidul saat ini jadi salah satu portal media online terbesar di Bumi Handayani. Sejak pertama kali mengudara pada tahun 2012 lalu, media ini langsung disambut baik oleh warga Gunungkidul. Terbukti dari banyaknya pengikut di akun media sosialnya, seperti Facebook, yang kini sudah mencapai lebih dari 109 ribu orang.

Kesuksesan Sorot Gunungkidul sebagai media online tentu nggak lepas dari peran para pendirinya. Diketahui para penggagas media ini memiliki latar belakang wartawan dan juga aktivis gerakan mahasiswa di era tahun 1998. Melihat banyaknya peristiwa, fakta, dan fenomena di Gunungkidul yang belum terungkap, membuat mereka bersepakat mendirikan Sorot Gunungkidul.

Saya pribadi merasakan betul sejak media online ini mengudara banyak informasi baru mengenai Gunungkidul yang baru saya ketahui. Pasalnya, Sorot Gunungkidul nggak hanya menyajikan berita terkini saja, tetapi juga sering mengulas beragam makanan tradisional, seni, budaya, dan tradisi khas Bumi Handayani. Ini yang saya rasa bikin Sorot Gunungkidul mampu diterima oleh masyarakatnya sendiri.

Melihat pengguna digital yang semakin besar, Sorot Gunungkidul terus melebarkan sayapnya. Perusahaan media ini kemudian berkembang menjadi unit bisnis di bawah PT Sorot Media Nusantara, yang ditandai dengan kehadiran sorot di daerah lain. Seperti sorotmagelang.com, sorotpurworejo.com, sorotbantul.com, sorotwonogiri.com, dan wilayah Jawa Tengah lainnya.

Pada tahun 2017, Sorot Gunungkidul kembali melakukan terobosan baru. Semua media sorot yang berjumlah 14 kabupaten/kota di DIY dan Jateng itu, digabung menjadi satu alamat, yakni Sorot.co. Tak ayal, penggabungan ini membuatnya semakin dikenal luas oleh masyarakat dan mampu dinikmati semua kalangan.

Media lokal rasa nasional

Meski berstatus sebagai media online lokal, jumlah pembaca Sorot Gunungkidul nggak main-main. Saya rasa, alasan kenapa media ini memiliki jumlah pembaca yang lumayan ya karena selalu berhasil menyajikan berita aktual yang lebih cepat dibandingkan dengan media lainnya.

Nyaris setiap kali ada kejadian atau peristiwa yang terjadi di Gunungkidul, nggak butuh waktu lama, beritanya langsung naik. Tentu ini nggak lepas dari peran semua awak redaksi yang saya rasa selalu menerapkan sistem kerja cepat, tepat, dan akurat.

Sejak awal berdiri, saya sudah optimis kalau media ini bakal punya pembaca yang banyak dan meraih kesuksesan besar. Meski menyandang predikat sebagai media lokal, tapi Sorot Gunungkidul nggak hanya dibaca oleh warga yang tinggal di Bumi Handayani, melainkan para perantau Gunungkidul yang telah menyebar di berbagai daerah di Indonesia dan sebagian wilayah Asia Tenggara.

Kendati mereka hidup di negeri orang, tapi rasa cinta dan solid kepada tanah kelahirannya, Gunungkidul, nggak perlu diragukan lagi. Saya merasakan betul fenomena ini. Di mana saudara-saudara saya yang tinggal di luar daerah, mengaku selalu memantau berita seputar Gunungkidul melalui media lokal tersebut.

Ya, para perantau Gunungkidul memang dikenal memiliki ikatan cukup kuat satu-sama lain. Setiap kali ada acara di kampung, mereka biasa patungan untuk membantu warga desa. Sikap peduli ini juga ditunjukkan kepada daerahnya dengan cara terus mengikuti jalannya pembangunan dan perkembangan di Bumi Handayani melalui media online, salah satunya Sorot Gunungkidul.

Banyaknya warga kelahiran Gunungkidul yang tinggal di luar daerah itulah yang turut menyumbang kesuksesan media tersebut. Makanya nggak heran kalau berita-berita seputar Gunungkidul cukup banyak pembacanya dan acap trending di media sosial.

Sorot Gunungkidul, penyambung lidah warga Gunungkidul

Di usianya yang sudah lebih dari 10 tahun, media yang berkantor di Kepek, Wonosari, itu sampai sekarang masih jadi salah satu arus informasi utama di Gunungkidul. Beragam informasi, mulai dari gaya hidup, budaya, pendidikan, kuliner, hingga berita kriminal, disajikan setiap hari untuk pembaca.

Hebatnya, di tengah maraknya portal media “comot sana-sini”, Sorot Gunungkidul sampai hari ini masih terus menerjunkan reporter atau wartawan terbaiknya langsung ke lapangan. Secara nggak langsung, bukankah kaidah ini bisa mendekatkan diri antara pemilik media dan masyarakat akar rumput?

Ya, mereka—para reporter dan wartawan—yang sejatinya mampu memahami persoalan dan kondisi yang tengah dihadapi masyarakat. Mereka menjadi garda terdepan sebagai penyambung lidah warga Gunungkidul. Dengan segala keterbatasannya, para awak redaksi Sorot Gunungkidul punya andil besar dalam membangun daerah di selatan Kota Jogja ini.

Besar harapan, di tengah banjirnya platform media sosial seperti sekarang, media online kebanggan warga Gunungkidul ini tetap kritis terhadap beragam fenomena sosial yang terjadi di masyarakat dan terus melihat dari sudut yang berbeda. Jaya!

Penulis: Jevi Adhi Nugraha
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Culture Shock Orang Gunungkidul Saat Kondangan ke Ngawi Jawa Timur.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version