Nasib Sopir Angkot di Kampung: Penumpang Sepi karena Beralih ke Motor Pribadi, Cari Kerja Lain pun Tak Semudah Bayangan

Nasib Sopir Angkot di Kampung: Penumpang Sepi karena Beralih ke Motor Pribadi, Cari Kerja Lain pun Tak Semudah Bayangan

Nasib Sopir Angkot di Kampung: Penumpang Sepi karena Beralih ke Motor Pribadi, Cari Kerja Lain pun Tak Semudah Bayangan (unsplash.com)

Penumpang angkot tiap tahun berkurang, sopir angkot kewalahan…

Angkot alias angkutan kota sejatinya telah menjadi transportasi umum bagi masyarakat Indonesia sejak lama. Terlebih angkot muncul ketika orang-orang masih belum mempunyai kendaraan pribadi, khususnya motor yang kini sudah sangat mudah untuk didapatkan baik secara cash maupun kredit.

Saat sekolah dulu, setiap hari saya selalu menggunakan jasa angkot karena jarak rumah dengan sekolah cukup jauh, terlebih saya tinggal di kampung dan belum mempunyai motor. Sekolah di kota mengharuskan saya untuk berangkat pagi buta untuk mengejar angkot agar tidak kesiangan. Jika telat sedikit saja, saya akan terjebak macet.

Angkot jadi transportasi andalan banyak orang

Angkot tentunya sangat membantu mobilitas masyarakat yang tidak mempunyai atau sengaja tidak menggunakan kendaraan pribadi. Di perkotaan tentunya sangat banyak angkot yang beroperasi. Seperti di Jakarta yang kini sudah tersedia angkot gratis yang biasa dikenal dengan JakLingko asal mempunyai kartunya saja.

Di kampung pun dahulu sangat banyak angkot yang beroperasi karena rata-rata masyarakat belum mampu untuk membeli kendaraan pribadi. Berbeda dengan di perkotaan, di kampung orang yang mempunyai kendaraan pribadi seperti mobil atau motor masih bisa dihitung dengan jari karena saking sedikitnya.

Bahkan ibu saya pernah bercerita bahwa dulu para sopir angkot di kampung bekerja hampir 24 jam untuk membantu aktivitas masyarakat. Entah itu pergi bekerja ke kota, pergi ke pasar, atau aktivitas lainnya dengan jam yang tidak menentu. Usaha angkot di saat itu memang sangat menggiurkan. Angkot selalu penuh dengan penumpang, mulai dari anak-anak hingga lansia.

Kini banyak sopir angkot yang mengeluhkan sepinya penumpang

Berbeda dengan sekarang, saya melihat bahwa angkot di kampung atau daerah pedesaan sudah sangat sepi penumpang. Jumlah angkot tidak berkurang, namun penumpang dari tahun ke tahun semakin berkurang. Banyak sopir angkot yang mengeluhkan sepinya penumpang karena harus mengejar setoran.

Satu-satunya penumpang setia yang menggunakan jasa angkot di kampung adalah anak sekolah yang tidak diberikan motor oleh orang tuanya. Di seberang sekolah, biasanya para sopir angkot sudah siap siaga menunggu para siswa bubaran. Mayoritas yang menggunakan adalah para siswi dan beberapa guru perempuan.

Kalau sekolah libur, sopir angkot hanya mengandalkan penumpang yang hendak pergi ke kota atau pasar yang tidak menggunakan kendaraan pribadi. Itu pun jumlahnya tidak begitu banyak. Sekali jalan hingga ke terminal kota hanya mengangkut dua hingga lima penumpang paling banyak.

Sopir angkot di perkampungan biasanya bakal mendapat banyak penumpang di hari-hari besar seperti menjelang Lebaran atau momen tahun baru. Biasanya para perantau yang menggunakan jasa transportasi umum akan membludak. Tapi itu pun kalau mereka tidak meminta untuk dijemput oleh saudaranya yang ada di rumah menggunakan motor agar lebih cepat.

Terkadang saya suka merasa sedih sendiri ketika banyak angkot yang lalu lalang namun dalamnya kosong tanpa penumpang. Ketika angkot tidak ada isinya, saya hanya bisa melihat kenangan masa lalu saat usaha angkot di kampung masih berjaya. Naik angkot adalah suatu kesenangan di saat belum punya kendaraan pribadi.

Curhatan dari sisi penumpang

Di lain sisi, masyarakat juga kadang mengeluhkan sopir angkot yang menurunkan penumpang seenaknya hanya karena mengangkut sedikit penumpang. Apalagi jika penumpangnya hanya satu orang yang hendak ke kota karena itu hanya akan membuang-buang bensin. Hal itulah yang mungkin menjadi pertimbangan masyarakat untuk kemudian beralih menggunakan kendaraan pribadi daripada dighosting sopir angkot.

Khusus di perkampungan, beberapa orang mulai membeli atau kredit motor karena akses ke jalan raya cukup jauh. Apalagi siswa yang sekolahnya jauh dari rumah, biasanya terpaksa harus menggunakan motor. Selain itu, ada juga beberapa orang yang membeli motor karena tidak ingin kalah dari tetangganya alias iri.

Fenomena masyarakat yang mulai beralih ke kendaraan pribadi, terutama motor, membuat sopir angkot kian nelangsa kehilangan penumpang. Tidak dimungkiri bahwa kemajuan zaman dan kemudahan dalam mendapatkan kendaraan pribadi secara kredit membuat usaha angkot di perkampungan menjadi surut. Bukan tidak mungkin beberapa tahun ke depan, angkot di perkampungan akan menjadi langka.

Sebagai mantan pengguna angkot, saya juga merasa iba dengan nasib para sopir angkot. Masyarakat memang tidak bisa disalahkan, tetapi para sopir angkot juga mulai kebingungan bagaimana untuk menyambung hidup mengingat satu-satunya keahlian mereka hanya mengantar penumpang. Mencari pekerjaan lain bagi mereka tak semudah yang dibayangkan.

Penulis: Erfransdo
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 3 Sikap Aneh Sopir Angkot yang Redflag Banget dan Bisa Bikin Angkot Mereka Tambah Sepi.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version