Ketika terjadi bencana atau berbagai masalah yang ada di Indonesia, masyarakat berbondong-bondong bersolidaritas dengan mendonasikan sebagian hartanya untuk masyarakat lain yang terkena dampak bencana. Bukan hanya mereka yang mampu, yang menengah ke bawah juga punya rasa solidaritas yang sama. Mungkin nggak melulu berbentuk harta, ada juga yang menyumbang dengan tenaga.
Bersolidaritas menolong sesama manusia yang sedang dilanda kesusahan memang sebuah kewajiban dan sebuah tindakan yang sangat mulia. Menunjukan bahwa rasa kemanusiaan masyarakat masih tinggi karena meskipun dalam keadaan sulit, mereka selalu berusaha untuk tetap bisa berbagi.
Yang jadi persoalan, ketika solidaritas rakyat menjadi lebih dominan dari kerja-kerja pemerintah, kehadiran pemerintah pun menjadi wajar dipertanyakan.
Sebenarnya gimana sih prioritas pemerintah dalam mengelola anggaran APBN untuk penanggulangan bencana ini? Masa pemerintah mau berpangku tangan begitu saja?
Setidaknya, pemerintah juga harus tetap berperan memberikan perlindungan khususnya kepada orang-orang yang menjadi gara terdepan dalam menghadapi situasi krisis seperti saat ini. Kan tidak lucu ya, sampai sekarang kita masih dapat berita kalau tenaga medis misalnya, masih kekurangan Alat Pelindung Diri (APD).
Sampai kapan kita mau lihat gambar tenaga medis menggunakan jas hujan untuk mengganti APD? Melawan corona hanya pakai jas hujan mungkin virusnya bakal tersinggung HEHEHE seperti apa yang dikatakan oleh komika Bintang Emon dalam video #DPOCorona2.
Hari-hari ini kita lebih sering melihat solidaritas rakyat berupa penggalangan dana untuk kelompok rentan dengan format acara sederhana seperti konser musik menghasilkan total donasi miliaran rupiah.
Atau aksi paramedis jalanan di jakarta yang membagikan hand sanitizer dan penyemprotan desinfektan di tempat umum tempat kelas pekerja berlalu lalang secara gratis. Mereka juga menggalang dana, donasi yang disalurkan bisa berupa uang tunai, alkohol diatas 70%, daun sirih, maupun spray bottle (100ml).
Ya emang sih pemerintah juga udah mengeluarkan dana dan beberapa upaya lain untuk menangangi pandemi ini. Tapi kok ya dananya relatif kecil kalau dibandingkan dengan negara lain, yaitu hanya kurang dari 1% dari total PDB yang kita punya padahal negara lain mengalokasikan lebih dari 2% PDB mereka. Australia malah melakukan 5x lipatnya dengan menganggarkan 10% DB untuk penanggulangan pademi corona di sana.
Ketika solidaritas antara masyarakat lebih dominan, saya rasa hal ini menunjukan kalau pemerintah masih belum berupaya semaksimal mungkin untuk menangani pandemi ini. Memang ada bantuan, tapi masih kurang dan jauh dari kata merata.
Saya tentu senang karena di tengah situasi buruk seperti ini, masih banyak orang baik di Indonesia yang tidak keberatan untuk saling membantu dan bersolidaritas. Tapi saya juga sedih karena banyaknya dana bantuan yang dihimpun masyarakat menunjukan kalau pemerintah lamban dan kurang pandai dalam menangani pandemi ini.
Saya di sini bukan ingin mengkritik atau mengkerdilkan kerja pemerintah. Saya hanya ingin pemerintah lebih serius dan lebih mendengarkan suara-suara dari kalangan bawah seperti saya.
Tentu kita semua punya peran masing-masing untuk menghadapi pandemi ini, tapi, ada satu hal yang tidak bisa dibantah bahwa pemerintah jauh lebih berkuasa dan jauh lebih bisa mengerahkan sumber daya yang dimilikinya (jika saja ada kemauan) untuk menyelesaikan ini semua. Di hari-hari seperti ini, kehadiran pemerintah adalah hal yang sama dibutuhkannya dengan solidaritas yang dibangun oleh rakyat.
BACA JUGA Bodo Amat Soal Kebijakan, Rakyat Kecil Maunya Cuma Bisa Makan atau tulisan Muhamad Fasha Fadillah lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pengin gabung grup WhatsApp Terminal Mojok? Kamu bisa klik link-nya di sini.