Sebagai mahasiswa yang sudah menginjakkan kaki di tingkat terakhirnya, sudah tentu tuntutan skripsi merupakan hal yang fardhu untuk dituntaskan. Beberapa amunisi yang diperlukan sebagai senjata pamungkas untuk menyelesaikan skripsi, selain mental di-ghosting dosbing tentunya, adalah software statistik. Penelitian kuantitatif dari ranah sosial dan humaniora sering kali, bahkan sudah tentu, menggunakan statistika sebagai metodologi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Sebagian kampus-kampus yang ternama, sudah tentu menyediakan paket instalasi software legal untuk mahasiswanya. Sementara itu, bagaimana nasib kampus-kampus yang tidak menyediakan fasilitas lisensi software legal buat mahasiswanya? Tentu mahasiswa akan membajaknya, crack, atau semacamnya. Padahal hal tersebut sudah pasti dan tak diragukan lagi melanggar undang-undang hak cipta. Apakah boleh dan etis bila menggunakan software bajakan untuk karya ilmiah?
Software statistik seperti SPSS dan Stata tentu bukan barang gratisan. Umumnya, SPSS masih ditolerir dibajak untuk digunakan mahasiswa sebagai sarana pendidikan. Meski tak legal, SPSS merupakan software yang paling banyak digunakan sivitas akademika dalam melakukan penelitian kuantitatif. SPSS sendiri dibanderol mulai dengan 99 USD per bulan, sedangkan Stata dibanderol mulai dengan 48 USD per tahun. Baik SPSS maupun Stata sama-sama menyediakan versi trial untuk beberapa saat tetapi tidak menyediakan versi gratisnya.
Ketika kita belajar metode statistika manual, pastilah menemui kesulitan atas rumus-rumusnya yang jelimet. Software statistik berusaha menerjemahkan rumus-rumus njlimet ke dalam satu sistem agar pengguna bisa langsung klik-klik tanpa menghitung manual. Untuk mengurangi dosa-dosa pelanggaran hak cipta serta menghargai pencipta software yang telah menerjemahkan rumus-rumus tersebut ada baiknya kita mulai menghindari penggunaan software bajakan untuk penyusunan skripsi dan karya ilmiah dengan metode penelitian kuantitatif.
Sebagai mahasiswa statistika yang sudah tahunan berinteraksi langsung dengan beberapa software, berikut saya ulas mengenai beberapa software stastika legal dan gratis, no bajak-bajak, yang dapat digunakan sebagai pengganti SPSS dan Stata.
PSPP
Jika SPSS singkatan dari Statistical Package for The Social Sciences, jangan tanya saya apa itu PSPP karena dalam laman resminya juga tidak dijelaskan apa kepanjangannya. PSPP merupakan software statistik gratis dan legal dari GNU, sebuah perusahaan yang merancang berbagai software gratis. PSPP yang gratis dibuat secara sengaja untuk menandingi SPSS, karena itu namanya merupakan invers atau kebalikan dari SPSS. PSPP memiliki fitur-fitur metode statistika dasar cukup lengkap walaupun kalah lengkap dari SPSS. Buat kamu mahasiswa dari jurusan sosial humaniora atau jurusan lain (selain jurusan statistika), PSPP sebagai software legal cocok banget buat pengganti SPSS. Khusus mahasiswa jurusan statistika yang perlu metode analisis yang lebih komprehensif, PSPP masih kurang dari segi metode analisis.
R dan RStudio
RStudio merupakan IDE dari R. Gampangnya, R adalah software utama yang harus diinstal, sedangkan RStudio merupakan tools untuk mengubah tampilan R asli agar menjadi lebih mudah dioperasikan. Kabar baiknya, software tersebut gratis loh. Selain gratis, R juga memiliki ribuan package yang dapat diinstal sesuai kebutuhan analisis. Package tersebut lah yang membuat R sebagai software statistik yang super duper lengkap. Sudah gratis, legal, no bajak-bajak, lengkap pula.
Hanya saja, R adalah software yang berbasis ngoding, bukan klik-klikan. Oleh karena itu, R dan RStudio sangat cocok buat mahasiswa jurusan statistika ataupun matematika yang membutuhkan metode analisis yang maha-maha. Sementara itu, mahasiswa jurusan non-statistika juga dapat menggunakan R dan RStudio jika mengharapkan metode yang komprehensif dari penelitiannya, karena RStudio sudah dilengkapi kamus serta kodingannya cenderung mudah. Tutorialnya dapat ditemukan secara lengkap di Google dan YouTube.
Eviews Student Version
Eviews merupakan software statistik khusus untuk analisis deret waktu. Selain analisis deret waktu, Eviews juga mendukung analisis statistika dasar lain seperti regresi dan uji asumsi klasik. Software ini berbayar, namun tersedia versi Student yang digratiskan. Hanya saja, untuk versi Student ini, output analisis tidak dapat disimpan, serta terdapat beberapa keterbatasan lainnya. Selain dari jurusan statistika, Eviews sangat cocok digunakan untuk mahasiswa dari jurusan ekonomi dan sejenisnya yang sering memakai metode analisis regresi dan deret waktu.
QGIS, Geoda, dan GWR
Jika Eviews digunakan untuk analisis deret waktu, QGIS, Geoda, dan GWR digunakan untuk analisis spasial atau kewilayahan. Meskipun fiturnya lebih terbatas dari ArcGIS (salah satu software spasial berbayar), namun QGIS sudah sangat mumpuni untuk mengolah data-data spasial seperti visualisasi peta. Untuk pemodelan spasial sendiri, Geoda dan GWR merupakan dua aplikasi gratis yang dapat digunakan. Selain regresi spasial yang biasa digunakan, Geoda juga mendukung analisis statistik dasar lain seperti regresi klasik beserta uji asumsi klasik juga beberapa visualisasi data dasar lain. Selain jurusan Statistika, QGIS, Geoda, dan GWR cocok digunakan untuk mahasiswa jurusan sosial, demografi, geografi, dan sejenisnya.
Tableau
Tableau merupakan salah satu tools yang sangat cocok digunakan untuk visualisasi data, baik dimanfaatkan untuk pembuatan laman dashboard maupun dalam penulisan karya ilmiah. Jika kita biasa membuat grafik dan diagram dengan Microsoft Excel, Tableau dapat membantu kita membuat visualisasi data yang lebih canggih. Visualisasi data sangat dibutuhkan dalam karya tulis ilmiah seperti skripsi, untuk melakukan analisis deskriptif maupun eksploratif sebelum masuk ke dalam analisis inferensial atau pemodelan statistik. Visualisasi data juga dibutuhkan karena merupakan bahasa yang sangat mudah dipahami awan jika dibandingkan pemodelan seperti regresi linear.
Itulah beberapa software statistik gratis dan legal yang tersedia. Sebagai penutup, sama seperti buku bajakan yang membuat penulis merugi, software bajakan pun bakal membuat developer kecewa. Memangnya bikin software gampang?
BACA JUGA Apakah Menikah Bikin Lebih Bahagia? Mari Lihat Data BPS dan tulisan Rezky Yayang Yakhamid lainnya.