Baluran Sering Dikira Punya Banyuwangi, Bukti Situbondo Gagal Memanfaatkan Potensi Daerah

Baluran Sering Dikira Punya Banyuwangi, Bukti Situbondo Gagal Memanfaatkan Potensi Daerah Mojok.co

Baluran Sering Dikira Punya Banyuwangi, Bukti Situbondo Gagal Memanfaatkan Potensi Daerah (unsplash.com)

Bulan Juli dan awal Agustus banyak saya habiskan berkeliling wilayah tapal kuda, salah satunya Situbondo. Selain untuk bekerja, saya sempatkan berwisata tipis-tipis. Saya menemukan hal-hal unik selama perjalanan itu. Salah satunya, Situbondo telah gagal memanfaatkan salah satu potensi daerahnya yang paling seksi, Baluran. Tempat itu malah lebih banyak dianggap dan digarap oleh daerah tetangganya.

Taman Nasional (TN) Baluran salah satu tempat wisata di Situbondo yang terkenal di kalangan wisatawan dalam negeri dan mancanegara. Sayangnya, wisatawan lebih mengenalnya sebagai destinasi wisata di Banyuwangi. Kok bisa?  

Baluran itu bukan milik Banyuwangi, tapi Situbondo

Usut punya usut, TN Baluran lebih dikenal sebagai milik Banyuwangi karena rapinya jaringan dan sistem B to B pengelolaan hotel dan jasa travel di Banyuwangi. Banyak sekali pengelola wisata, seperti jasa tour, travel, dan guide menawarkan program wisata yang menarik bagi wisatawan. Hal itu didukung juga oleh pemilik akomodasi di wilayah Banyuwangi, khususnya yang berada di perbatasan dengan Situbondo. 

Bagaimana dengan Situbondo? Kondisinya berkebalikan 180 derajat dengan Banyuwangi. Dari beberapa aplikasi liburan dan sewa akomodasi yang saya gunakan, bisa dihitung jari jumlah akomodasi (yang) layak di Situbondo. Berbeda dengan Banyuwangi, banyak akomodasi dan penginapan yang bisa disewa di kota tersebut. Membuat banyak wisatawan lebih memilih Banyuwangi sebagai tempat rehat dan menghabiskan dana liburan mereka daripada Situbondo. Padahal, sekali lagi, TN Baluran, tempat dimana mereka berlibur itu berada di Situbondo.  

Kegagalan memanfaatkan potensi daerah

Sebagai pribumi Situbondo, saya pernah berharap banyak kepada kota kecil nan kaya ini. Apalagi ketika arus listrik ke wilayah Baluran  pada Desember 2023. Setelah sekian lama, akhirnya, potensi luar biasa itu benar-benar dilirik oleh pemerintah. Pemerintah setempat akhirnya mau berjuang membranding potensi wisata mereka setelah sekian lama kalah oleh Banyuwangi yang begitu majestik.

Tapi memang benar, kita tidak bisa berharap banyak kepada manusia. Apalagi sama pejabat. Berita bahagia masuknya listrik ke wilayah Baluran ternyata tidak diikuti dengan program-program pendukung. Pemerintah Situbondo malah sibuk membangun GOR di pusat kota, yang pemilihan namanya juga sangat politis dan kontroversial. Ditambah kemudian pembangunan hotel bintang 4 pertama di Situbondo.

Sayangnya, pembangunan hotel bintang 4 itu tidak melihat dan mempertimbangkan potensi lokal Situbondo yang sebenarnya begitu kaya. Lokasinya sungguh jauh dengan destinasi-destinasi wisata populer di Kota Santri Nusantara itu. Bukannya diletakkan dekat Baluran yang memang sudah dikenal luas, hotel bintang 4 itu malah diletakkan di Panarukan. Sebuah kota yang tidak ada apa-apa selain panas matahari begitu menyengat.

Kegagalan memaksimalkan potensi merupakan cerminan betapa tidak profesional pemerintah setempat. Itu mengapa, saya semakin tidak heran kalau UMK Situbondo itu terendah se-Jawa Timur. Kalau pemerintah setempat nggak segera berbenah, bukan tidak mungkin UMK Situbondo bisa terendah se-Indonesia. 

Penulis: Agus Miftahorrahman
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA 3 Masjid Paling Cantik di Jawa Timur, Menyejukan Mata dan Menentramkan Jiwa

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version