Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Sistem Pendidikan Indonesia dan Skor PISA yang Buruk

Chairunis oleh Chairunis
8 Desember 2019
A A
Sistem Pendidikan Indonesia dan Skor PISA yang Buruk, pendidikan era digital
Share on FacebookShare on Twitter

Gara-gara skor PISA yang buruk, sistem pendidikan Indonesia menjadi bulan-bulanan. Beberapa hari yang lalu di Paris, OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) mengumumkan hasil skor PISA negara-negara yang tergabung di dalamnya beserta negara yang sukarelawan mengikuti program tersebut. Hasilnya sudah dapat ditebak Indonesia menempati urutan 10 terbawah.

PISA (Programme for International Student Assement) sendiri merupakan program yang diselenggarakan oleh OECD tiap tiga tahun sekali. Tujuannya untuk mengevaluasi sistem pendidikan di berbagai negara dengan mengukur kinerja pendidikan siswa menengah pada tiga bidang yaitu literasi, matematika, dan sains. Dengan diadakannya program ini diharapkan negara yang kinerja sistem pendidikannya buruk dapat mengikuti dan belajar dengan negara yang memiliki skor PISA di atas rata-rata.

Segenap elemen masyarakat dunia maya pun memberikan tanggapannya.  Ada yang percaya dan merasa itu bukan suatu kejutan. Ada juga yang menganggap hasil tersebut bias karena menurutnya siswa-siswi Indonesia sering menjadi juara  Olimpiade. Sepertinya mereka lupa yang menang olimpiade berapa orang, yang diuji PISA bisa berapa ribu orang. Hadehhhh.

Namun, dari sekian banyak komentar tanggapan terhadap skor PISA, yang paling menggelitik pikiran saya adalah komentar yang menyatakan bahwa kemiskinan, penggangguran, atau gagalnya suatu perekonomian negara menjadi penyebab buruknya sistem pendidikan di negara tersebut. Harus kita akui sistem pendidikan di Indonesia masih jauh dari kata berkualitas. Akan tetapi, mengkambinghitamkan sistem pendidikan atas buruknya kinerja perekonomian, saya pikir itu tidak adil.

Tahu tidak? Siswa-siswi di Jakarta dan Yogyakarta memiliki skor PISA di atas rata-rata nasional. Skor PISA Indonesia dalam bidang membaca 317,  siswa-siswi di Jakarta dan Yogyakarta masing-masing mendapatkan 410 dan 411. Begitu juga dalam matematika, Jakarta memiliki skor 416, Yogyakarta mendapatkan skor 422, sedangkan rata-rata nasional 379.

Dalam bidang sains, lagi-lagi Yogyakarta berada di atas skor nasional Indonesia yaitu 434 dan DKI 424, sedangkan skor nasional PISA Indonesia sendiri 389. Meskipun Yogyakarta memiliki skor PISA yang lebih baik secara nasional, faktanya provinsi ini masih menjadi provinsi termiskin di Pulau Jawa. Provinsi ini memiliki angka kemiskinan sebesar 11,7%.

Sekarang mari kita amati angka pengangguran. Pada Agustus 2019, Indonesia memiliki 7,04 juta orang pengangguran, naik sekitar 0,57% dari tahun 2018. Dan level pendidikan yang mengalami kenaikan jumlah pengangguran adalah lulusan universitas dan SMK (pengangguran terampil). Pengangguran dengan pendidikan universitas naik dari 8,64 % pada 2015 menjadi 10,42 % Agustus 2018.

Begitu juga dengan lulusan SMK mengalami peningkatan dari 20,76 % menjadi 24,51 % pada Agustus 2019. Sedangkan pekerja kurang terampil (SMA) justru mengalami penurunan tingkat pengangguran dari 30,16% menjadi 28,31% pada Agustus 2019. Pemerintah mengklaim membuka 11 juta lapangan pekerjaan sepanjang 2014-2019.

Baca Juga:

Indomie Bukan Makanan Legendaris, Ia Cuma Simbol Krisis dan Kemiskinan Kolektif

Dosa Jurusan Pendidikan yang Membuat Hidup Mahasiswanya Menderita

Sayangnya, pasar tenaga kerja kita ternyata lebih menyerap tenaga kerja kurang terampil, berpendidikan rendah, dan berupah murah daripada tenaga kerja terampil. Penelitian yang dilakukan SMERU berjudul, “Effect of Growing Up Poor On Labour Market Outcomes: Evidence From Indonesia” menunjukkan meskipun anak keluarga miskin memiliki pendidikan dan kemampuan matematika yang sama dengan anak non-miskin, pendapatan mereka tetap lebih rendah ketika dewasa.

Lagi-lagi data menunjukan memiliki pendidikan yang tinggi bukan jaminan seseorang dapat dengan mudah naik ke strata sosial yang lebih baik. Lantas apakah dengan begitu kita menganggap bahwa pendidikan bukan suatu hal yang penting? Tentu saja tidak. Pendidikan merupakan salah satu sarana mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan menjadikan Indonesia sebagai negara yang maju.

Buruknya skor PISA sudah seharusnya menjadi evaluasi pemerintah dalam mengambil kebijakan yang tepat demi meningkatkan mutu pendidikan. Namun, menyalahkan sistem pendidikan sebagai akar dari gagalnya perekonomian negara, jelas berlebihan. Perekonomian suatu negara itu merupakan urusan yang rumit, melibatkan hubungan sosial, politik, dan hukum.

Memiliki pendidikan yang berkualitas baru memenuhi satu komponen saja. Masalah kesehatan, pengangguran, dan ketimpangan yang melebar tentu juga menjadi penentu perekonomian suatu negara. Ingat, salah dalam mengidentifikasi sumber masalah akan menyebabkan kita gagal dalam menemukan solusi yang tepat. Semoga belajar.

BACA JUGA Apa Iya Pendidikan Abad 21 Cuma Bakal Berisi Belajar Online, Doang? atau tulisan Chairunis lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 8 Desember 2019 oleh

Tags: KemiskinanPendidikanperekonomianPISA
Chairunis

Chairunis

Pengagum Olivia Palermo yang berharap suatu hari nanti bisa punya sepatu Christian Louboutin.

ArtikelTerkait

pendidikan

Berhenti Menjadikan Matematika Sebagai Momok

18 Mei 2019
Mal Lebih Ramai dari Sekolah Adalah Bukti Nyata Pendidikan di Indonesia Nomor Dua terminal mojok

Mal Lebih Ramai dari Sekolah Adalah Bukti Nyata Pendidikan di Indonesia Nomor Dua

3 Mei 2021
5 Kuliner Khas Banyumas yang Wajib Dicoba Terminal Mojok

Selamat Hari Jadi Kabupaten Banyumas: Jalan Rusak, Macet, dan Kemiskinan Masih Menghiasi Kota Satria

21 Februari 2023
Alasan Guru Malas Melakukan Pendampingan terhadap Murid Bermasalah, Takut Diviralkan Mojok.co

Alasan Guru Malas Melakukan Pendampingan terhadap Murid Bermasalah, Takut Diviralkan

21 Februari 2024
Tulisan Balasan: Tak Masalah Orang Tua Berutang untuk Pendidikan Anak, demi Hidup yang Lebih Baik, Apa Salahnya?

Tulisan Balasan: Tak Masalah Orang Tua Berutang untuk Pendidikan Anak, demi Hidup yang Lebih Baik, Apa Salahnya?

6 Januari 2023
dusun orang desa kaya materialistis sederhana mojok.co

Jangan Silau Dulu dengan Romantisme Kehidupan Dusun, Begini Kenyataan Sebenarnya

2 November 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.