Sisi Gelap Bekerja di FnB Tangerang: Gaji di Bawah Standar, Owner Bengis, Caci Maki Dinormalisasi, hingga Mental yang Hancur

Sisi Gelap Kerja FnB Caci Maki Dinormalisasi Bikin Mental Hancur (Unsplash)

Sisi Gelap Kerja FnB Caci Maki Dinormalisasi Bikin Mental Hancur (Unsplash)

Bekerja di resto Food and Beverage (FnB) butuh profesionalitas yang tinggi agar menu makanan yang disajikan sesuai pesanan. Namun, di balik lezatnya citra rasa makanan, terdapat fenomena yang tidak asing bagi karyawan yakni, cacian dan makian dari owner maupun senior. 

Banyak FnB yang menuntut karyawan untuk sempurna dalam segala hal. Baik dalam pelayanan sampai kebersihan. Jika ada saja yang kurang, bersiaplah mulut seorang owner menyemburkan amarah. 

Memang, tidak semua owner FnB itu keras dalam menegur kesalahan karyawan. Namun, sudah menjadi rahasia umum bekerja di dunia FnB, harus kuat mental. 

Mendapat owner FnB yang bengis

Ada cerita yang menarik sekaligus memilukan dari mantan karyawan resto FnB yang bernama Rizal. Dia bekerja di resto yang berada di daerah Kabupaten Tangerang

Rizal sudah bekerja selama 5 bulan. Selama itu pula, banyak pengalaman memilukan yang dia rasakan. Saat masuk kerja pada November 2024, sikap owner baik-baik saja. Mungkin karena masih karyawan baru. Rizal proses onboarding terlebih dahulu.

Seiring berjalannya waktu, sikap owner FnB itu berubah menjadi bengis dan gampang marah. Rizal bingung, mengapa owner sikapnya berubah drastis? Semakin bingung dan Rizal introspeksi diri sambil mengikuti arahan owner. 

Celakanya, setiap ada kesalahan, bahkan yang paling kecil, owner langsung mencaci maki Rizal. Salah satunya ketika dia sedang membakar ikan nila, tiba-tiba datang owner menghampiri. 

Melihat ikan nila yang dibakar Rizal kurang sesuai, si owner pun langsung memanggil chef untuk melihat hasil bakar itu. Si chef sudah bilang kalau bakaran Rizal sudah sesuai standar.

Namun, si owner FnB tetap ngotot kalau ikan nila tersebut harus segera diganti sambil marah-marah. Rizal pun segera menggantinya. 

Selalu salah di mata owner FnB

Suatu waktu, istri si owner FnB menyuruh Rizal untuk pindah ke bagian dapur. Rizal menurut saja karena si istri ikut mengelola resto tersebut.

Ternyata, si owner memperhatikan. Dia bertanya dengan nada tinggi: “Lu, gue perhatiin kerjanya di dapur terus. Sekali-kali lu keluar. Lu malu ketemu orang-orang hah? Kenapa diem lu, mau nangis lu?” 

Rizal hanya bisa diam dan tidak berani menjawab. Dia bingung dan serba salah. Setelah mendapat makian dari si owner, Rizal pergi ke kamar mandi. Dia menangis sambil membatin, “Mengapa saya diperlakukan seperti ini? Mengapa saya selalu salah di mata owner?” 

Sebenarnya ada lagi beberapa cerita perlakuan toxic sang owner FnB kepadanya. Namun, saya hanya menulis sebagian saja karena alasan tertentu.

Rizal sendiri tidak bisa berbuat banyak. Dia tetap bekerja seperti biasa sadar ada keluarga yang harus dia bantu, terutama ibunya. 

Ibu dan bapaknya sudah berpisah setahun yang lalu dan bapaknya jarang memberi nafkah. Dia merasa memiliki tanggung jawab sebagai anak pertama untuk menggantikan peran bapaknya. Ibunya adalah ibu rumah tangga biasa. Hidup sederhana dan hanya mengurus anak-anaknya di rumah.

“Mau gimana lagi?”

Rizal berasal dari keluarga dengan 5 bersaudara. Saudaranya yang lain ada yang sudah berumah tangga dan ada yang masih menganggur. Adik bungsunya masih SD. Setiap satu minggu sekali, Rizal mengirimkan uang untuk ibu dan adik-adiknya. 

Jumlahnya tidak seberapa karena gaji Rizal di FnB itu jauh di bawah UMK Tangerang sebesar Rp5 juta. Rizal hanya menerima Rp2,8 juta per bulan. Jam kerja 12 jam dan dapat jatah libur hanya sekali dalam seminggu. 

Dengan upah rendah, jam kerja melebihi batas, dan owner FnB yang toxic, Rizal tetap menjalani pekerjaan itu. Dia juga sadar kalau mendapatkan pekerjaan di zaman sekarang itu susah.

Teman kerjanya sendiri sering memuji Rizal yang tahan dengan tingkah owner. Maklum, mayoritas orang yang bekerja di FnB tersebut, paling kuat cuma bertahan 1 atau 2 bulan. 

Bahkan, karyawan angkringan sebelah resto tempatnya bekerja bilang, “Lu hebat! Bisa tahan kerja di situ. Resto tempat lu kerja, sering keluar masuk karyawan. Karena nggak pada betah kerja di situ. Bosnya toxic.” 

Rizal hanya bisa tersenyum sambil berkata “Ya, mau gimana lagi. Jalani aja! ” 

Ingin resign dari FnB yang toxic

Tibalah bulan Ramadan ketika resto selalu penuh jelang buka puasa. Rizal bersama rekan-rekannya harus bekerja ekstra karena banyaknya tamu yang datang. Rizal terkadang bekerja di dapur dan terkadang melayani tamu. 

Sekali waktu, owner datang marah-marah sambil nunjuk jari. Dia minta agar masakan itu disiapkan. 

Karena kondisi badan capek dan penuh emosi, Rizal spontan berkata “Sabar coba. Ini lagi dimasak dulu belum matang.” 

Owner hanya bisa terdiam mendengar perkataan Rizal. Tidak seperti biasanya merespons dengan amarah. Mungkin dia juga memaklumi karena saking capeknya. 

Setelah resto tutup, Rizal segera bergegas pulang ke mess FnB. Dia lalu menelepon ibunya dan bercerita tentang keadaannya di tempat kerja. Bahkan dia berencana untuk resign karena sudah muak. Ibunya menyerahkan keputusan itu sepenuhnya kepada Rizal.

Akhirnya memutuskan untuk resign

Menjelang hari raya, owner FnB itu memberikan THR kepada Rizal dan rekan-rekannya. Namun ada yang berbeda dengan THR yang diberikan. 

Rizal dipanggil oleh istri owner ke dapur. Dia berkata “Rizal, ini THR kamu beda dari karyawan yang lain. Kamu sama saya dikasih lebih. Kamu jangan bilang-bilang ya. ” Rizal menjawab “Iya siap.” Rizal pun penasaran, ia mencoba bertanya ke rekan kerjanya perihal uang THR.

Ternyata benar uang THR-nya berbeda dengan rekan-rekannya. Istri si owner memperhatikan bahwa kinerja Rizal baik sehingga THR-nya lebih besar dari karyawan lain. 

Setelah menerima uang THR, Rizal segera bersiap untuk merayakan Lebaran di kampung bersama keluarga. Dia meminta izin ke istri si owner FnB untuk cuti selama 3 hari setelah libur Lebaran.

Setelah sampai di rumah, Rizal istirahat sejenak lalu memberikan sejumlah uang THR serta bingkisan dari istri si owner kepada ibunya  ibunya senang melihat Rizal pulang dengan selamat dan bisa berkumpul kembali. Rizal menceritakan kembali tentang pengalamannya bekerja di FnB itu kepada ibunya. 

Dia bingung antara lanjut atau resign. Rizal sudah tidak kuat menerima perlakuan owner terhadapnya. 

Setelah libur Lebaran dan cuti 3 hari, dia malah semakin gelisah. Rizal bingung berangkat kerja lagi atau tidak. 

Perasaannya berkecamuk karena masih terbayang-bayang cacian dan makian sang owner. Dia sering kesal sendiri jika mengingat hal itu. Dia merasa punya dendam, namun Ia masih punya iman untuk mencegahnya. 

Setelah berpikir panjang, Rizal memutuskan untuk tidak berangkat kerja lagi ke Tangerang. Dia ingin memperbaiki mentalnya yang hancur selama bekerja di FnB itu, sambil mencari pekerjaan lain.

Penulis: Abu Alfarizi

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Suka Duka Bekerja di Restoran

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version