Saling bantu membantu antara satu sama lain adalah sebuah anugerah penciptaan manusia sebagai makhluk sosial. Apa saja bentuknya boleh, tak terkecuali dalam hambatan keuangan yang membuat orang mau tak mau harus berutang. Dan sebagai penjaga Pertashop milik keluarga, saya banyak menemui peristiwa seperti itu.
Budaya berkata bahwa membantu orang yang kesusahan adalah sebuah etika, tapi pada kenyataannya rasa ikhlas tidak bisa dipaksa. Meskipun di benak orang lain kita bisa membantunya, tapi kita sendiri yang lebih tahu kesanggupan kita dalam membantu orang tersebut.
Tipe mereka yang mau utang
Selama menjaga Pertashop milik bapak sendiri, saya ketemu banyak orang yang utang. Berkat itu, saya jadi bisa membedakan tipe-tipe orang yang mau utang.
Tipe pertama itu yang lugas dan tegas menyatakan mau utang. Biasanya, penghutang tipe ini tepat waktu dalam membayar utang tanpa harus kita sungkan menagih.
Tipe kedua dan tipe paling umum yaitu yang mengaburkan niat tujuannya di awal. Pujian disampaikan di awal sambil mencurahkan kesulitan yang sedang mengadang. Pokoknya calon “korban” yang dituntut peka untuk mencerna niat mereka.
Kedua tipe di atas biasanya dilakukan kepada kerabat atau teman. Tujuannya biar muncul rasa iba pada kita. Apalagi kalau kita sebetulnya mau menolak membantu karena keadaan.
Tipe ketiga dan yang paling menyebalkan adalah yang datang secara acak. Diutangi oleh orang tak dikenal memang kasus yang sangat jarang terjadi. Namun, berkat pengalaman yang bekerja di zona publik, saya jadi tahu hal beginian.
Menjaga Pertashop milik bapak yang nggak ada untungnya
Keseharian saya adalah membantu orang tua mengelola bisnis Pertashop yang tidak ada untungnya. Kalau mau lebih tahu seberapa terpuruknya usaha bapak saya, kamu bisa baca esai saya di Mojok yang dikasih judul “Pertashop: Bisnis Halu yang Kata Agen Pertamina Bisa Bikin Sugih, tapi Nyatanya Perih” oleh redaktur.
Esai itu saya tulis apa adanya, tanpa menyembunyikan sesuatu supaya khalayak iba. Satu sih yang saya samarkan, yaitu nama bapak saya. Namun, mau disamarkan atau tidak, para pemilik Pertashop di Solo Raya tahu bahwa itu kisah bapak saya.
Baca halaman selanjutnya….