Sisi Baik Sewon Bantul, Tempat Tinggal Paling Menyenangkan yang Tidak Banyak Orang Tahu

Masih Pantaskah Sewon Bantul Menyandang Sebutan Sewonderland? Mojok.co

Masih Pantaskah Sewon Bantul Menyandang Sebutan Sewonderland? (unsplash.com)

Seringkali orang-orang membandingkan sisi selatan Jogja sebagai antitesis dari sisi utara yang lebih menawarkan peradaban. Sleman memang kabupaten, tapi dikelilingi oleh kampus-kampus beken. Nah, sebagai orang yang tinggal di Sewon Bantul, jelas saya tak menemui itu.

Nah saat saya membaca artikel dari Mozara Kartika Putri yang mengalami krisis identitas sebagai warga Sewon Coret yang tidak punya wawasan banyak soal Kabupaten Bantul, sedikit banyak saya relate sebagai perantau yang sudah bertahun-tahun tinggal di sini.

Misalnya saja, beberapa teman kuliah ada yang sudah punya tongkrongan langganan di dekat Alun-alun Paseban. Saya nggak relate blas buat cari tongkrongan di sana. Ada kehidupan seperti apa memangnya di kawasan itu?

Ada juga teman yang suka jogging di Stadion Sultan Agung Bantul yang baru-baru ini saya sadari ternyata letaknya sangat dekat dari tempat tinggal baru saya di Timbulharjo. Fix saya layak diberi predikat sebagai warga Sewon Coret. Saya malah lebih paham Kota Jogja dari pada Kecamatan Sewon yang belum saya ekspedisi lebih jauh. 

Terlepas dari lalu lalang truk yang meresahkan di Jalan Parangtritis dan lanskap agrarianya yang kental seperti kehidupan desa yang belum tersentuh dunia modern, saya meyakini ada sejumlah sisi baik tinggal di Sewon yang tidak banyak orang tahu.

Letak Sewon Bantul nggak jauh-jauh amat dari pusat peradaban

Setiap kali berjumpa dan ngobrol sama orang-orang yang tinggal di Jogja kota atau Sleman, pasti mereka beranggapan bahwa Sewon itu tempat yang asing, berada di Bantul dan jauh dari mana-mana. Padahal, cukup tempuh perjalanan 5 menit saja mengendarai motor, tahu-tahu sudah ganti kecamatan.

Sebut saja Kecamatan Mergangsan yang melingkupi daerah Prawirotaman. Itu sudah masuk Kota Jogja, padahal aksesnya masih dari Jl. Parangtritis. Setelah itu Jogokariyan dengan kampung ramadannya yang terkenal itu. Letaknya bahkan lebih dekat daripada rumah kamu dan calon mertuamu. Cuma ibarat ngesot aja langsung sampe kalau tinggalnya cuma di dekat kampus ISI. 

Selain Prawirotaman, Jl. Tirtodipuran dengan ragam kuliner fancynya juga tak kalah bergengsi dan tak butuh jarak yang jauh maupun waktu tempuh yang panjang untuk dijangkau. Mau ke Nanamia Pizzeria? Rumah Makan Bu Ageng? Periplus Bookstore? Siapa takut! Gaskeun!

Punya mindset ke Kota, bahkan ke Sleman itu relatif dekat

Mitos yang masih saja beredar, katanya jarak dari Sleman ke Bantul itu sebegitu jauhnya, begitu pun dari kota. Padahal bagi kami warga Sewon Coret, jarak ke kota dan ke Sleman itu tidak seberapa jauhnya. Melintasi jalan dengan kecepatan rata-rata 50 km/ jam saja sudah cukup untuk tiba dengan waktu tempuh yang relatif tidak menguras porsi hari kami. 

Saya juga sering merasakan ilusi kalau sudah sampai di sekitar Suryowijayan, tepatnya setelah Halte Bus Ngabean. Atau misalnya melewati Plengkung Gading. Rasanya seperti sudah tiba di Sewon, hati sudah tenang dan lega karena kediaman tak lagi jauh untuk digapai. Padahal mungkin bagi warga di luar Sewon, sampainya masih cukup jauh. Jalannya padahal tinggal lurus-lurus aja, tahu-tahu sampai.

Harga makanan dan indekos yang murah

Bukan lagi rahasia umum kalau di Kecamatan Sewon harga makanannya masih sangat murah. Dengan uang di bawah 15 ribu sudah bisa makan kenyang dengan menu 4 sehat 5 sempurna (dibaca: es teh manis, bukan susu) di warmindo langganan yang sinyal wifi-nya kencang. 

Tempat nongkrong yang dihiasi pemandangan sawah juga tidak mematok harga makanan yang mahal. Tentu itu hal yang menyenangkan, di saat banyak tempat lain yang menjual view seenaknya mark up harga. Hal penting yang juga tidak boleh luput dari perhatian, harga es kopi susu yang masih di bawah 20 ribu. Sangat penting untuk diketahui para pekerja WFC dan coworking enthusiast.

Ngekos di Kecamatan Sewon juga menawarkan harga yang ramah di kantong. Harga kos yang masih 300 ribuan dengan kamar mandi luar saja masih ada dan pasti terisi penuh. Kuncinya harus rajin eksplor, pokoknya jangan mengandalkan Mamikos, harus pakai cara tradisional. 

Kalau mau naik budget sedikit ke 500-600 ribu, biasanya sudah dapat kos dengan kamar mandi dalam dan fasilitas minimal kasur dan meja belajar. Siapa coba yang tidak menolak? Apa lagi, kadang view di depan kosan masih hijau jika mencari agak ke dalam ke area desa.

Jadi warga Sewon Bantul wajib dirayakan

Menjadi warga Sewon Bantul patut dirayakan, setidaknya letak kami tidak jauh dari peradaban maupun dunia modern yang ditawarkan oleh Jogja bagian tengah dan utara. Lagi krisis di tanggal tua dan ingin berhemat? Bisa, banyak makanan harganya murah. Butuh tempat tinggal yang bisa bayar kosnya nunggak padahal bulanannya nggak mahal? Bisa diatur.

Mau nongkrong skena bin kalcer tanpa perlu pergi jauh? Hayuk, gaskeun tinggal berangkat!

Penulis: Lintang Pramudia Swara
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Bertahun-tahun Tinggal di Sewon Bantul Bikin Paham Dunia Gelap Mahasiswa ISI Jogja, Warga sampai Pasrah

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version