Melihat anak-anak kecil mengenakan pakaian berwarna-warni rasanya memang biasa. Melihat pakaian tersebut bergambar karakter kartun, superhero, maupun princess juga sudah biasa. Tapi, pernah nggak kalian melihat baju anak-anak bergambar pemain sinetron lengkap dengan judul sinetronnya? Jika kalian pernah melihat, berarti kalian tidak sendiri.
Sejak diberlakukan kebijakan sekolah dari rumah, saya jadi lebih sering melihat anak-anak kecil berseliweran di depan rumah. Mulai dari anak usia TK hingga anak SD, lebih sering terlihat wara-wiri di daerah rumah saya. Oleh karena memang saya suka memerhatikan tingkah mereka, pandangan saya tertuju pada pakaian yang mereka kenakan.
Pakaian berwarna-warni, dengan aneka gambar di bagian depan. Ada yang bergambar kartun Jepang seperti Naruto, Doraemon, dan One Piece. Hingga kartun India seperti Shiva dan Little Krisna. Namun, saya melihat ada beberapa anak yang memakai baju bergambar lain. Bukan tokoh kartun, apalagi tokoh wayang. Gambar yang terpampang adalah foto Boy dan Reva dalam sinetron Anak Jalanan.
Di baju tersebut tergambar saat Boy sedang menaiki motor gedenya, dengan Reva duduk di belakang. Kemudian ditambah tulisan dengan font khas sinetron, bertuliskan Anak Jalanan. Seolah mempertegas bahwa dua orang dalam gambar itu memang berasal dari sinetron tersebut.
Baju selanjutnya yang saya perhatikan juga masih sama, baju anak-anak bergambar pemeran sinetron Anak Jalanan, namun lebih ramai dengan gambar motor dan mobil, tapi tidak ketinggalan dua pemeran utamanya, Boy dan Reva juga ikut nampang di depan. Bahkan bukan hanya di baju, ternyata setelan celananya pun bergambar sinetron tersebut.
Bukan hanya baju bergambar sinetron itu saja, ada anak lain yang memakai baju bergambar poster sinetron yang lain, yaitu Dunia Terbalik. Lengkap dengan pemeran-pemerannya yang saya tidak tahu namanya beserta judul sinetronnya pula.
Cukup bingung dengan baju-baju lucu yang dipakai oleh anak-anak tersebut, saya pun bertanya kepada nenek saya, apa baju seperti itu memang sedang tren di kampung saya atau tidak. Dan rupanya beliau mengemukakan jika ada satu sinetron yang laris ditonton, tentu model baju anak-anak akan mengikuti sinetron tersebut. Dengan menampilkan gambar pemeran beserta judul sinetron, lantas membuat baju tersebut di-branding dengan nama sinetronnya.
Coba saja kalian pergi ke pasar, ke bagian penjual baju anak, dan bertanya adakah baju anak-anak bergambar sinetron, terutama sinetron Anak Jalanan. Dengan suka cita, tentu si pedagang akan mengeluarkan stok baju anak yang bergambar sinetron tersebut. Lengkap dengan aneka desain gambarnya, dan pilihan warna serta ukuran. Hal ini pernah saya lakukan saat saya pergi ke pasar. Di bagian baju anak-anak rupanya berjajar baju anak bergambar sinetron tersebut. Saya curiga, jika beberapa bulan ke depan, di lapak penjual baju anak akan tergantung baju-baju bergambar sinetron Ikatan Cinta yang sedang digandrungi oleh ibu-ibu.
Hal ini terasa ganjil bagi saya. Saya lebih senang melihat anak-anak kecil memakai pakaian bergambar tokoh kartun yang memang segmentasi pasarnya adalah anak-anak, dibanding melihat mereka mengenakan kaos bergambar poster sinetron. Seolah membuat anak kecil ikut larut dalam boomingnya sinetron yang justru ditonton oleh orang tua mereka.
Sinetron-sinetron tersebut rasanya bukan merupakan tontonan yang pas untuk dinikmati oleh anak-anak. Apalagi sampai mengkampanyekan sinetron melalui baju yang dikenakan oleh anak-anak. Secara tidak langsung itu berarti menunjukkan bahwa sinetron tersebut juga menjaring anak-anak sebagai penontonnya.
Jika memang orang tua si anak yang suka dengan sinetron, lebih baik tidak usahlah terbawa euforia hingga membelikan anaknya baju bergambar sinetron. Belikanlah baju-baju bergambar kartun atau yang sesuai dengan tontonan dan umur anak-anak tersebut. Agar anak-anak juga tidak ikut-ikutan suka menonton sinetron yang ditonton orang dewasa.
BACA JUGA Sari Roti, Garmelia, dan My Roti: Mana Merek Roti yang Paling Endeus? atau tulisan Sri Pramiraswari Hayuning Ishtara lainnya.