Shopee dan Kebijakan Absurd-nya: Niatnya Membantu, tapi Malah Bikin Penjual Menggerutu

Shopee dan Kebijakan Absurd-nya: Niatnya Membantu, tapi Malah Bikin Penjual Menggerutu

Shopee dan Kebijakan Absurd-nya: Niatnya Membantu, tapi Malah Bikin Penjual Menggerutu

Program-program promosi Shopee terlihat seperti membuat penjual terbantu, padahal realitasnya, justru seller seakan terhimpit banyak batu

Salah satu pilar utama yang mendorong ekspansi ekonomi digital Indonesia adalah platform e-commerce. Menurut catatan Bank Indonesia, nilai transaksi e-commerce terus meningkat, naik dari Rp431,5 triliun pada tahun 2021 menjadi Rp476,3 triliun pada tahun 2022. Selain itu, data dari Badan Pusat Statistik (Publikasi Statistik eCommerce 2022/2023) mencatat bahwa jumlah usaha e-commerce meningkat 4,46% pada tahun 2022, yang menunjukkan pertumbuhan eksplosif industri ini.

Dalam Publikasi Statistik eCommerce 2022/2023, penjual (seller) menyumbang 88,83% dari seluruh aktivitas e-commerce. Reseller berada di urutan kedua (9,45%), sementara dropshipper yang bertindak sebagai perantara antara pembeli dan penjual hanya berkontribusi sebesar 1,72%. Mayoritas penjual ini adalah perseorangan, yang biasanya diklasifikasikan sebagai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). UMKM secara historis telah menjadi fondasi ekonomi Indonesia, inklusi mereka dalam ekosistem e-commerce sangat penting untuk mendorong ekspansi ekonomi regional.

Jutaan konsumen dan penjual kini memilih Shopee, salah satu platform terbesar di Indonesia, untuk bertransaksi. Namun, terlepas dari keuntungannya, para penjual mengeluhkan beberapa masalah dan kebijakan-kebijakan baru dari Shopee.

Mahalnya biaya admin Shopee

Biaya administrasi yang sangat besar yang harus dibayar penjual di Shopee adalah salah satu keluhan utama mereka. Shopee membebankan berbagai biaya, termasuk komisi untuk pembelian, biaya layanan, dan biaya tambahan untuk penjual yang ingin berpartisipasi dalam penawaran khusus seperti “Flash Sale” atau “Gratis Ongkir”.

Berbagai biaya admin diterapkan oleh Shopee berdasarkan posisi penjual dan program yang diikutinya. Bergantung pada kategori produk, biaya admin untuk non-Star Seller dapat bervariasi dari 4,25% hingga 8% dari harga jual. Biaya serupa, hingga 8%, berlaku untuk penjual yang memiliki status Star Seller atau Star+. Untuk Shopee Mall, biaya admin dapat mencapai 8,5%, ditambah biaya pembayaran 1,8%. Selain itu, ada biaya layanan 4% jika penjual adalah anggota program seperti Gratis Ongkos Kirim XTRA dan biaya layanan 1,4% untuk program Cashback XTRA.

Misalnya, jika seorang penjual yang belum menjadi Star Seller menjual produk di Shopee seharga Rp150.000 dan memanfaatkan penawaran Gratis Ongkos Kirim, total biaya administrasi yang harus dibayarkan adalah Rp12.000, atau 8% dari harga produk. Dalam hal ini, penjual perlu menaikkan harga barangnya di Shopee sekitar 8-9% di atas harga di toko offline untuk mendapatkan jumlah pendapatan yang sama seperti jika dia menjualnya secara offline. Ini dilakukan untuk membayar biaya admin platform. Karena kenaikan harga produk dapat membuat produk kurang menarik bagi konsumen, strategi ini sering kali sulit dilakukan oleh penjual, terutama UMKM.

Banyak penjual merasa terbebani dengan kebijakan biaya ini, terutama mereka yang juga harus bersaing dengan harga barang sejenis yang ditawarkan oleh pedagang lain di platform e-commerce.

Kebijakan pengembalian yang absurd

Salah satu kebijakan lain yang ditawarkan Shopee ke pembeli adalah program Garansi Bebas Pengembalian. Program ini menjadi sorotan karena dinilai tidak adil dan merugikan penjual. Jika dilihat dalam Syarat dan Ketentuan Garansi Bebas Pengembalian, penjual tidak dikenakan biaya apa pun untuk berpartisipasi dalam program. Shopee akan sepenuhnya menanggung biaya pengiriman. Namun, dalam praktiknya, program ini memberikan keleluasaan bagi pembeli untuk mengajukan pengembalian barang, bahkan dengan alasan yang subjektif seperti “berubah pikiran.”

(Sumber : Akun X Strategi Bisnis (@Strategi_Bisnis))

Hal ini membuka celah bagi pembeli untuk menyalahgunakan kebijakan tersebut. Seperti membeli barang blind box atau mystery box dengan harapan mendapatkan edisi spesial, lalu mengembalikannya saat hasilnya tidak sesuai ekspektasi. Atau, engembalikan barang fashion karena salah ukuran yang diakibatkan karena ketidaktelitian pembeli dalam melihat ukuran baju/fashion yang dibeli dan lain sebagainya.

Selain itu, penjual tidak hanya kehilangan potensi keuntungan tetapi juga harus menanggung biaya pengiriman balik, biaya pengemasan dan kerusakan akibat paket yang telah dibuka atau karena kerusakan pada saat pengiriman yang sering kali tidak murah. Ketidakpastian ini diperparah dengan inkonsistensi keputusan pihak Shopee, seperti kasus pada akun X, @ismahnf, yang mana penjual telah mengajukan banding akan pengembalian pembeli karena tidak sesuai dengan kebijakan toko akan tetapi hanya karena penjual mengikuti program Garansi Bebas Pengembalian akibatnya banding penjual ditolak padahal program ini bukanlah program yang diinginkan penjual.

Flash Sale Tidak Selalu Menguntungkan Seller

Flash sale adalah salah satu program promosi yang memberikan diskon besar dalam waktu terbatas. Program tersebut dirancang untuk menarik perhatian konsumen dan meningkatkan volume penjualan. Program ini sangat populer di platform e-commerce seperti Shopee karena dapat menciptakan urgensi bagi pembeli untuk segera bertransaksi. Berdasarkan informasi dari Shopee Seller Center, salah satu syarat untuk berpartisipasi dalam flash sale adalah memberikan diskon minimum sebesar 5%.

Selain itu, Shopee memiliki hak untuk mengubah batas maksimal belanja pada produk yang telah diterima dalam promo ini. Ketentuan tersebut memberikan peluang besar bagi penjual untuk menjangkau lebih banyak pembeli. Namun sering kali datang dengan konsekuensi yang kurang disadari.

Sebagian besar diskon dalam program flash sale ternyata dibebankan kepada penjual yang secara langsung dapat mengurangi margin keuntungan mereka. Meskipun volume penjualan mungkin meningkat selama program berlangsung, keuntungan yang diperoleh tidak selalu sebanding. Dalam jangka panjang, penjual yang terus-menerus mengikuti flash sale berisiko menghadapi tekanan finansial. Terutama jika strategi ini tidak diimbangi dengan manajemen biaya yang baik. Flash sale memang efektif untuk meningkatkan eksposur produk, tetapi tanpa perhitungan matang, program ini justru dapat menggerus keberlanjutan usaha penjual.

Niat Shopee bagus, tapi…

Shopee memang menawarkan peluang besar bagi penjual untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Tetapi sejumlah kebijakan mereka juga menimbulkan tantangan yang tidak kecil. Biaya admin yang tinggi, kebijakan pengembalian barang yang kurang adil, serta beban dalam program flash sale adalah beberapa masalah yang perlu segera ditangani.

Jika Shopee ingin terus menjadi platform e-commerce yang terpercaya, mereka harus lebih memperhatikan keseimbangan antara kepentingan penjual dan pembeli. Penjual adalah mitra strategis yang tak tergantikan dalam ekosistem e-commerce. Dengan kebijakan yang lebih adil dan transparan, diharapkan usaha penjual dapat terus berkembang dan berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia tanpa harus menghadapi risiko yang berlebihan.

Penulis: Adib Sulthon Muammal
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 5 Dosa Shopee yang Merugikan Seller, Lama-lama Bikin Bangkrut!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version