Sepak Bola Indonesia Memang Penuh Drama, Shin Tae-yong Cuma Salah Satunya

Efek Positif Timnas Indonesia yang Luput dari Perhatian, Kafe-kafe Sepi Jadi Hidup Lagi erick thohir prabowo shin tae-yong pssi

Efek Positif Timnas Indonesia yang Luput dari Perhatian, Kafe-kafe Sepi Jadi Hidup Lagi

Saya benar-benar tidak bisa memahami kenapa PSSI memecat Shin Tae-yong.

Kalimat-kalimat yang dilontarkan Erick Thohir dalam konferensi pers barusan tidak memberi penjelasan yang bisa dipahami. Tidak menjelaskan apa pun, tidak memberi alasan yang konkret kenapa harus mendepak STY.

Sebenarnya ya, kalau dibilang apakah ada alasan bagus untuk mendepak Shin Tae-yong, saya pikir ya ada. Apalagi jika orientasinya adalah hasil dalam bentuk piala, Shin jelas pantas didepak. Tapi melihat hasil timnas dalam bentuk yang bukan piala, mendepaknya jelas tindakan bodoh.

Terlebih mendepak pelatih di saat kompetisi berlangsung. Kita tahu sendiri, bahwa hal tersebut adalah hal yang amat gegabah untuk dilakukan.

Ganti pelatih di tengah kompetisi itu risikonya kelewat besar

Sangat sedikit contoh tim yang tetap berhasil setelah mengganti pelatih di tengah kompetisi. Contoh yang saya tahu tanpa perlu menggali adalah ketika Rafael Benitez didepak Madrid dan digantikan Zidane, orang yang tak punya pengalaman sebesar Benitez dalam hal melatih tim.

Tapi bedanya, Zidane adalah orang yang kenal Madrid luar dalam karena dia pun melatih Castilla. Zidane punya modal yang amat cukup. Lihat seperti apa skuat Real Madrid era threepeat. Kalau bukan karena si goblok Danilo, Zidane bisa membawa Real Madrid meraih sixtuple. Plus, Benitez adalah standar terendah pelatih. Siapa pun, akan terlihat jauh lebih mendingan ketimbang Benitez. Saya mah lebih milih Fakhri Husaini ketimbang Benitez.

Baca halaman selanjutnya: Inilah yang jadi …

Inilah yang jadi concern saya saat PSSI memecat Shin Tae-yong. Mungkin Shin tidak disukai, atau taktiknya monoton. Tapi, Bolo, taktik monoton itu nggak ada urusannya kalau hasilnya positif. Lagian kalau monoton salahnya di mana sih? Fokus main bola kan ngirim bola ke gawang lawan, ANY MEANS NECESSARY.

Kalau monoton dan tidak membawa hasil, barulah bacot. Tapi liat, sekarang Indonesia berada di mana? Round 3, peringkat agak atas. Itulah hasil yang harusnya dirayakan, bukan piala.

Shin Tae-yong membuka mata

Hal positif yang diberikan Shin Tae-yong, menurut saya sendiri, sebenarnya bukan peringkat atau apalah itu. Tapi, Shin secara tak sengaja menunjukkan bahwa pemahaman sepak bola orang-orang itu parah betul.

Sepak bola itu harus menyerang. Nggak boleh ada backpass. Bertahan adalah hal yang haram. Striker harus ngegolin minimal 30 gol per musim. Pemain abroad minimal skillnya mirip KDB. Naturalisasi haram. Yada, yada, yada.

Perdebatan di medsos jadinya nggak pernah substansial. Hanya sedikit orang yang ngomongin kenapa Erick Thohir sampai sekarang nggak ngurusin pembinaan. Liga 1 masih kacau, pemain masih kasar, pemain lokal masih nggak bisa passing, dan orang-orang nyalahin Shin Tae-yong.

Saya sendiri jadi bingung, sebenarnya maunya PSSI dan rakyat Indonesia kebanyakan itu apa. Dikasih hasil bagus, nggak suka, nemu terus kurangnya. Diajak benahin kekurangan, melengos nggak mau urun rembug. Tapi begitu hasilnya buruk, mereka tiba-tiba cosplay pemburu tukang sihir pada masa kegelapan Eropa.

Tulisan saya kali ini amat kacau. Sekacau pikiran orang-orang yang memilih mendepak Shin Tae-yong di tengah-tengah kompetisi, tanpa langsung menyiapkan dan mengumumkan pengganti. Lagi-lagi, tanpa rencana matang, tanpa pikiran yang tertata.

Ah, saya tak tahu lagi. Kita nikmati saja dramanya. Sepak bola memang penuh drama, entah di Eropa, atau di belahan dunia mana pun. Bedanya hanya, mungkin drama di Eropa adalah gol menit akhir, di Indonesia adalah federasi yang tak bisa berpikir.

Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Minta Shin Tae-yong Out? Kok Lucu Sampean

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version