Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Sesajen, seperti Hal-hal yang Lain, Punya Sisi Positif yang Perlu Digali

Prasetyo Aji oleh Prasetyo Aji
27 Juli 2020
A A
mitos jawa anak sesajen mojok

mitos jawa anak sesajen mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Malam Jumat kemarin saya ngobrol ngalor ngidul bareng salah satu teman pers mahasiswa saya yang satu kota. Obrolan itu akhirnya jatuh pada salah satu tema yang sangat sakral, tapi punya stigma negatif dan dianggap sebagai barang syirik oleh kebanyakan masyarakat modern. Tema obrolan itu adalah sesajen.

Sebelumnya kita membahas tentang masuknya agama Islam. Islam datang ke Nusantara sekitar abad ke- 13 M dengan salah satu niat awalnya adalah berdagang. Lalu agama Islam disebarkan oleh Wali Songo dengan cara berdakwah. Akhirnya agama Islam dengan mudah menyebar ke seluruh pelosok pulau Jawa, berkat bantuan dari mereka para Wali Songo.

Penyebaran Islam ke pelosok pulau Jawa juga ada keterkaitanya dengan keinginan Raden Patah ingin mengekspansi besar-besaran Islam di pulau Jawa. Berkat kesuksesan Wali Songo menyebarkan islam, semua tradisi yang ada menjadi berubah maknanya. Bukan hanya tradisinya saja yang berubah. Aktivitas ekonomi, pusat pemerintahan, perpolitikan dan cara beribadahnya juga mulai berubah.

Sedikit demi sedikit rakyat melupakan budaya purba oleh leluhurnya dan meninggalkan hal-hal mistis yang dianggap musrik. Salah satu hal yang ditinggalkan adalah ritual memberikan sesajen kepada para leluhur. Seiring berjalanya waktu, budaya tersebut mulai ditinggalkan.

Dampak perubahan yang dilakukan oleh Wali Songo sangat besar dan sangat berhasil. Hasilnya bisa lihat kita saat ini, sudah jarang orang-orang yang masih melakukan ritual purba memberi sesajen. Karena hal tersebut dilarang oleh agama Islam. Ketika orang akan memasang sesajen akan dikucilkan oleh masyarakat sekitar.

Padahal ada beberapa hal positif dari ritual sesajen jika kita paham nilai yang terkandung. Tentu tulisan ini tidak memaksa Anda sekalian untuk melakukan ritual tersebut. Saya akan memberi informasi yang belum diketahui tentang ritual tersebut.

Orang jaman dulu “memuja” pohon besar dan menaruh sesajen di pohon tersebut. Maksud dari ritual tersebut adalah untuk menghormati alam yang telah memberi kemakmuran. Ritual tersebut memberikan makna bahwa kita harus menjaga alam. Jika suatu daerah dianggap keramat, pasti orang nggak berani macam-macam.

Dengan kita menjaga alam, alam pun akan menjaga kita. Kebutuhan hidup kita akan disediakan berlipat ganda oleh alam. Lahan persawahan akan masih utuh dan tidak berubah menjadi bangunan beton-beton yang tinggi. Suasananya masih sejuk dan tidak akan ada polusi udara berlebihan.

Baca Juga:

Saya Muak dengan Industri Film Horor yang Hanya (Bisa) Mengeksploitasi Budaya Jawa Seolah-olah Seram dan Mistis

Indigo (Wannabe) Memang Merepotkan, Minta Diamini dan Diimani, tapi Tak Mau Memberi Bukti

Pada titik yang ekstrem, masyarakat akan makmur dan tidak akan ada perbudakan oleh perusahaan-perusahaan besar atau bahkan perusahaan asing. Rakyat tidak perlu bingung untuk kebutuhan makan besok, karena alam telah menyediakan. Alam akan menjadi bersih, sungai akan jernih dan tidak akan ada pencemaran air sungai karena masyarakat masih memegang teguh kepercayaan adat masing-masing.

Dulu ketika masih kecil, saya jadi teringat larangan oleh orang tua saya untuk tidak pergi ke beberapa tempat yang masih kramat seperti di sungai atau di hutan. Dan ketika saya pikir-pikir saai ini ternyata ada benarnya juga. Dengan kita masih takut dibeberapa tempat kramat atau alam maka kita akan mengagungkan tempat itu dan tidak akan berani untuk merusaknya apalagi untuk menebang hutan.

Berbeda lain halnya apabila kita sudah tidak takut dengan alam. Kita akan seenaknya menebang hutan, akan dengan bebas mencemari sungai, menjual sawah kepada perusahaan dan perilaku kita terhadap alam akan seenak kita sendiri. Maka kalau kita sudah berperilaku seperti itu jangan kaget kalau nanti alam juga akan berperilaku seenaknya kepada kita.

Orang yang berpendidikan dan paham akan sains pastinya juga akan berfikir dua kali untuk merusak alam. Melainkan mereka akan melindungi alam dan menjaganya. Bukanya merusaknya demi kepentingan segelintir orang dan mengorbankan banyak kehidupan banyak orang dan mematikan generasi setelah kita karena rusaknya.

Analoginya sesajen sebenarnya sama dengan kita berpesta bersama-sama. Karena alam telah menyediakan apa yang kita butuhkan, maka kita “berterima kasih” dengan menaruh sesajen sebagai simbol ucapan terima kasih kepada alam dan segenap kekuatan yang menjaganya. Bukan berarti kita menghamba pada iblis dan pohon lho ya.

Tidak selamanya hal yang mendapat stigma buruk oleh orang modern benar-benar buruk. Kita cuman kurang menggali hal positif dari tradisi-tradisi purba seperti sesajen. Banyak yang salah kaprah, dengan cara masyarakat memaknainya. Salah satunya adalah dianggap menyesatkan. Masih banyak simbol positivisme dari budaya-budaya purba yang perlu kita gali.

Saya juga tidak mengajak pembaca untuk beralih kembali ke budaya-budaya purba tersebut. Saya cuman ingin mengajak pembaca untuk lebih menghargai budaya-budaya tersebut. Kita harus bisa memaknainya tidak dari satu sisi saja dan lebih bisa bijak bersikap kepada alam. Agar nantinya, anak cucu kita kelak masih bisa menikmati keindahan alam Nusantara ini.

BACA JUGA Sudah Tahu Bakal Sakit Hati, Malah Masih Kepo Mantan Berulang Kali.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 27 Juli 2020 oleh

Tags: mistissesajen
Prasetyo Aji

Prasetyo Aji

Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Pekalongan

ArtikelTerkait

kang cilok

Jualan Cilok Dekat Lokasi KKN di Desa Penari: Cerita Versi Kang Cilok

4 September 2019
makhluk halus

Pledoi untuk Makhluk Halus yang Selalu Terpojokkan

16 Agustus 2019
mitos gunung

Setan di Gunung: Fakta Atau Mitos

2 Agustus 2019
Saya Muak dengan Industri Film Horor yang Hanya (Bisa) Mengeksploitasi Budaya Jawa Seolah-olah Seram dan Mistis

Saya Muak dengan Industri Film Horor yang Hanya (Bisa) Mengeksploitasi Budaya Jawa Seolah-olah Seram dan Mistis

3 April 2025
perdunu pesugihan dewandaru dukun pemilu pesugihan tulungagung mojok.co

Pernah Bayangin Rasanya Jadi Anak Dukun? Sini, Saya Kasih Tahu

3 September 2020
KKN di Desa Penari

KKN di Desa Penari Versi Ketiga

29 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.