Kampus bisa dipastikan memiliki transportasi internal yang bisa dinikmati oleh seluruh mahasiswa dan civitas akademika. Misalnya, ada bus yang mengantarkan mahasiswa dari fakultas satu ke fakultas lain, bahkan ada juga rute bus kampus yang kadang melewati asrama mahasiswa. Selain bus, yang lumrah dijumpai adalah sepeda kampus. Salah satu kampus yang memiliki fasilitas sepeda seperti ini adalah UGM.
Mengenai fasilitas sepeda kampus yang diberikan oleh UGM, saya hanya pernah satu kali mencobanya, terhitung selama saya berkuliah 3,5 tahun di sini. Saya mencoba sepeda itu justru menjelang kelulusan dan sampai pada kesimpulan bahwa sepeda kampus UGM yang ikonik berwarna biru itu hanya cocok dijadikan sarana pansos karena bisa masuk UGM, bukan untuk dikendarai.
Daftar Isi
Pedal dan rem sepeda nggak pakem
Saya cukup sangsi, apakah sepeda kampus biru milik UGM ini sudah dirawat dengan baik secara berkala atau nggak. Hal ini jelas jadi pertanyaan saya dan teman-teman, sebab karena ketika mengendarai sepeda ini, kami memiliki masalah yang sama, yakni rem dan pedal.
Kami kesulitan menggunakan rem sepeda, ada yang remnya terasa terlalu kaku untuk ditarik, tapi ada pula yang terkesan seperti sudah blong. Agaknya, menggunakan sepeda ini juga bisa mendekatkan diri kepada Tuhan.
Asli, sih, ini bahaya, apalagi kalau melewati medan yang curam seperti ke arah Fakultas Teknik misalnya. Butuh kewaspadaan dan kelihaian untuk melewati tanjakan dan turunan.
Selain rem, ada juga pedal sepeda yang bermasalah. Seperti pengalaman teman saya yang akhirnya menyerah dan memilih menuntun sepeda yang dipinjamnya daripada harus mengalami sakit di bagian kaki. Saya paham kok kalau fasilitas sepeda kampus UGM ini gratis, tapi tidak membayar bukan berarti perawatannya harus ditunda, dong!
Beberapa bagian sepeda kampus UGM ada yang karatan
Selain ada beberapa bagian krusial di sepeda kampus yang kurang aman, saya menemukan sepeda biru UGM berkarat pada bagian tertentu. Mungkin karena adanya oksidasi akibat kehujanan lalu kepanasan, beberapa bagian dari sepeda biru UGM ini muncul karat.
Spot yang paling sering dijumpai memiliki karat adalah keranjang barang di bagian depan. Salah seorang teman saya yang pernah mengendarai sepeda ini menaruh tasnya pada keranjang depan tanpa ada rasa curiga. Setelah selesai, tas yang dimilikinya ternyata terkena noda karat dan bau besi. Duh, mana warna tasnya cerah lagi.
Meski mengancam nyawa, tetap jadi pilihan utama
Hal-hal di atas memang nggak bisa digeneralisir, saya memahami bahwa pengalaman yang dirasakan setiap orang pasti berbeda-beda. Buat saya, mungkin sepeda kampus UGM ini seakan-akan mengancam nyawa, tapi bagi orang lain mungkin akan aman-aman saja. Begitulah yang terjadi ketika saya mendapat cerita bahwa ada mahasiswa yang menggunakan sepeda kampus untuk berkendara dari Jalan Kaliurang dan Godean ke kampus UGM. Wow!
Jelas saya terkejut dengan cerita tersebut. Maksud saya, daerah Jalan Kaliurang jelas sangat ramai dengan arus kendaraan, persimpangannya juga besar, dengan kondisi seperti ini, masih ada yang berani mengendarai sepeda kampus!
Begitu juga dengan apa yang terjadi di Godean. Melawan jalan rusak dengan sepeda biru UGM yang lewat polisi tidur sekali saja bisa bikin satu badan pengendaranya pegal-pegal, ini malah mau melintas di jalan seribu lubang. Respect!
Itulah serba serbi sepeda kampus UGM yang menurut saya mengancam nyawa pengendaranya. Kalau kondisi sepedanya terus seperti ini, kayaknya mahasiswa kudu punya nyawa ganda, sih. Dear UGM, ayo, dong perbaiki sepedanya biar makin nyaman digunakan!
Penulis: Cindy Gunawan
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Hal yang Biasa Dilakukan Mahasiswa Baru UGM dan Mustahil bagi Mahasiswa Tua.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.