Dalam masa-masa pandemi seperti sekarang ini, membeli barang secara online semakin sering dilakukan. Mulai dari makanan, pakaian, burung, ikan, hape, bahkan sekarang beli mobil BMW juga bisa lewat online. Enaknya lagi, kita bisa memilih cara bayarnya, bisa transfer, bisa transaksi COD atau bayar di tempat, bisa juga minta dibayarin pacar.
Dari beberapa cara pembayaran, transaksi COD (cash on delievery) alias “bayar di tempat wes ndak mumet” semakin banyak digemari. Soalnya enak sih kita bisa megang dulu barangnya baru bayar. Karena praktik ini sudah lama terjadi dan dilakukan banyak orang, perlahan COD punya jadi ada seninya.
Ini bukan COD-nya Shopee atau Tokopedia ya. COD Shopee dan kawan-kawannya emang ada seninya sendiri, tapi yang mau saya bahas seni yang lebih nyeni, yakni COD dari Facebook.
Mulai dari mencari barangnya saja sudah nyeni. Para pengguna Facebook harus mengikuti beberapa grup agar mendapatkan barang yang sesuai keinginannya. Masuk grup jual belinya juga kadang lama di-acc. Kalau ada teman yang sudah gabung sih enak, bisa di-acc-in.
Begitu menemukan barang yang diinginkan, kita akan masuk proses wawancara. Proses ini nggak kalah nyeni. Pasalnya, kalau nggak hati-hati, pembeli bisa dimaki oleh si penjual. Misalnya saja begini:
Tanya: Kondisine pie?
Jawab: Mulnomin. (Maksudnya “mulus tanpa minus”.)
Rame piro?
2/16.
Gek segel ora?
Aman, hurung tau bongkar.
Garansine sek ono pora?
Hape lawas kok takon garansi!
Yo menawane sek ono.
Dari situ biasanya si penjual mulai emosi. “Yo raono lah, kowe ki niat tuku opo meng wawancara?” Hahaha, nyeni banget kan?
Masuk ke proses tawar-menawar, proses ini seru sekali. Penjual di Facebook banyak yang nggak masang harga jadi si pembeli harus tanya-tanya dulu. Sudah begitu biasanya penjual nggak mau mematok harga dengan bilang begini, “Teko regani wae sewajare.” Kalau terlalu tinggi, mereka yang senang; kalau terlalu rendah, mereka emosi, “Kowe ki ngerti rego pasaran pora?” Semisal penjualnya penyabar, dia akan bilang, “Ojo afgan,” yang berarti jangan sadis saat menawar.
Tapi masih ada juga penjual yang lugas bilang, misalnya, “800 gotik,” yang berarti 800 ribu nego sitik atau sedikit.
Kalau proses tawar-menawar sudah selesai, jangan pikir prosesnya sudah selesai, masih ada beberapa proses lagi. Penentuan lokasi COD justru sangat krusial karena lengah sedikit, bisa gagal COD. Misalnya saja, saya sebagai pembeli berada di Vladivostok dan si penjual ada di Moskow, seharusnya Irkutsk atau Tomsk masih bisa menjadi titik tengah untuk COD, tapi kadang si penjual nggak mau terlalu jauh. Misalnya saja si penjual maunya di Kazan bahkan mungkin tetap di Moscow, dan kalau sudah tidak sepakat soal lokasi, sudah dipastikan COD akan gagal.
Setelah penentuan lokasi sudah selesai, selanjutnya tinggal COD-an, tapi jangan pikir COD-nya akan berjalan mulus. Masih ada beberapa hal yang bisa saja menggagalkan proses COD, misal kondisi barang yang tidak sesuai dengan foto yang ditampilkan. “Hape lecet-lecet ngene kok omonge mulnomin.” Kalau sudah begini ada dua kemungkinan, kemungkinan pertama batal COD atau kemungkinan kedua kembali ke proses tawar menawar sampai cocok.
Ada pula yang harus diperhatikan sebelum COD, yaitu saat proses penentuan lokasi dan waktu, pastikan baik penjual atau pembeli bisa datang ke tempat tersebut. Masalahnya jika ada satu orang yang tidak datang, risikonya nggak main-main, bisa diviralkan oleh salah satu pihak. Misalnya begini, “Viralke, Lurrr, wes le nowo rego sadis, nggon COD yo adoh, wes ngono pas COD wonge rateko, iki foto uwonge, iki bukti chat-e.” Lho kan, nyeni banget.
Setelah CODan selesai, unsur nyeninya masih belum hilang. Misalnya saja kondisi barang tidak sesuai ketika sampai rumah, kalau sudah begini si pembeli pasti akan memviralkan sang penjual, “Sopo seng kenal uwong iki? ngomonge barange mulnomin jebul gek tak enggo sedino hapene malah mati.”
Memang mencari barang yang cocok ditambah dengan harga yang murah itu nggak gampang, ada proses-proses yang harus dilalui oleh seseorang untuk mendapatkan barang tersebut, dan orang-orang yang mau melakukan hal tersebut menurut saya nyeni banget.
Sumber gambar: Wikimedia Commons
BACA JUGA Tipe-Tipe Pembeli Online dari Bikin Hati Tentram Sampai Bikin Kelimpungan dan tulisan Imron Amrulloh lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.