Maaf-maaf Saja, bagi Saya, Semarang Lebih Superior ketimbang Jogja dan Bandung

Kepala Manyung Bu Fat, Kuliner Pedas Semarang yang Wajib Dicoba

Kepala Manyung Bu Fat, Kuliner Pedas Semarang yang Wajib Dicoba (Shutterstock.com)

Semarang “mengasapi” Bandung dan Jogja sebagai tempat yang pantas untuk ditinggali. PR kalian banyak, Bos

Dengan kesadaran penuh saya merasa beruntung nggak pernah tinggal di kota romantis macam Jogja dan Bandung. Sekali pun banyak orang yang merasa kedua kota tersebut begitu menyenangkan untuk dijadikan tempat bermukim. Bahkan, tempat tinggal setelah pensiun. Ada beragam latar belakang dan opini yang menguatkan perasaan beruntung pada diri saya.

Salah satu latar belakang paling kuat saya merasa beruntung nggak pernah tinggal di kota romantis adalah pernah kuliah di Kota Semarang selama lebih dari empat tahun. Mungkin kamu bakal sedikit heran ketika saya mengatakan bahwa Kota Semarang lebih layak ditinggali ketimbang Jogja dan Bandung. Percayalah, saya nggak asal ngomong.

Angka kriminalitas rendah

Kenapa saya bilang Semarang lebih superior, karena satu hal: kriminalitas yang rendah.

Mengutip data dari BPS (Badan Pusat Statistik), selama 2020 terdapat 8.551 kasus tindak kejahatan yang dilaporkan di DIY. Kalau di Bandung angka kriminalitas pada 2020 sedikit lebih rendah dari DIY. Hanya ada 3.351 kasus krimal yang dilaporkan di kota kembang.

Sementara laporan tindak kejahatan pada periode yang sama di Kota Semarang jauh lebih rendah dari DIY dan Bandung. “Cuma” ada 599 laporan tindak kejahatan yang terjadi selama 2020 di kota lumpia. Nggak sampai 20 persen dari total kasus krimal yang dilaporkan di Bandung.

Data memang bisa didebatkan, karena banyak kasus kriminalitas yang tidak dilaporkan karena berbagai faktor. Tapi, untuk poin selanjutnya, akan berbeda.

Tidak masuk kota termacet di Indonesia

Saya akui beberapa titik di Kota Semarang kerap mengalami kemacetan. Misal yang kerap saya alami saat melintasi Jalan Kaligawe. Namun, separah-parahnya macet di Kota Semarang belum separah Jogja dan Bandung. Sebab, kedua daerah tersebut masuk kategori kota paling macet di Indonesia berdasarkan data dari Inrix (lembaga analisis transportasi).

Dilansir dari travel.okezone.com, Bandung dan Jogja memiliki rata-rata kemacetan selama 45 jam dalam setahun. Pantas saja banyak masyarakat Bandung dan Jogja mengeluhkan macet di daerahnya.

BTW, jadi keingetan tiba-tiba. Romantis, tapi kalau nggak toleran? Buat apa ya lur?

Baca halaman selanjutnya

Salah satu kota paling toleran

Masuk tujuh besar kota paling toleran

Masyarakat kota romantis boleh iri soal toleransi di Kota Semarang. Pasalnya, nggak ada satu pun kabupaten/kota di DIY yang masuk 10 besar kota paling toleran versi Setara Institute di tahun 2022. Begitu pula kota romantis lain yaitu Bandung.

Meski nggak menduduki urutan nomor wahid, Kota Semarang masuk tujuh besar kota paling toleran versi Setara Institute. Total skor dari Kota Semarang sebesar 5.783 poin. Bagi saya pribadi, raihan peringkat tujuh kota paling toleran di Indonesia untuk Semarang sudah sangat wajar. Jika menilik toleransi dan keberagaman yang pernah saya rasakan di sana.

Jumlah penduduk miskin di Kota Semarang lebih sedikit

Gimana mau bahagia tinggal di kota romantis kalau masih banyak kemiskinan? itu pertanyaan saya dalam hati ketika melihat data total masyarakat miskin di Jogja dan Bandung pada 2021. Menurut data BPS Provinsi DIY, pada september 2021 ada sebanyak 474,49 ribu masyarakat miskin di sana.

Di Bandung angka kemiskinan tak kalah besarnya. Dilansir dari bandung.go.id, pada 2021 total kemiskinan di Bandung sebesar 112,5 ribu orang. Jumlah penduduk miskin di dua kota romantis tersebut di atas Semarang. Menurut data BPS Kota Semarang, jumlah penduduk miskin di Semarang “hanya” 84,45 ribu jiwa saja.

Sedikit atau banyak jumlah penduduk miskin di sebuah kota harus dicarikan solusinya. Mau itu kota romantis atau bukan. Supaya nggak ada lagi penduduk Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Tingkat ketimpangan di Jawa Tengah nggak separah DIY dan Jawa Barat

Nggak lengkap rasanya kalau bahas kemiskinan tapi nggak bahas gini ratio. Fyi, gini ratio itu adalah metode untuk mengukur tingkat ketimpangan suatu daerah. Semakin tinggi nilai gini ratio, maka semakin tinggi juga tingkat ketimpangannya.

Berdasarkan data BPS september 2021, DIY menjadi kampiun tingkat ketimpangan di skala nasional. Gini ratio di sana sejumlah 0,436. Melampaui angka rata-rata gini ratio nasional pada periode yang sama yaitu 0,381. Kalau begitu, apa yang bikin Jogja istimewa?

Gini ratio Jawa Barat pun tak kalah besarnya. Mengalahkan rata-rata gini ratio nasional juga. Dengan nilai gini ratio sebesar 0,406.

Sedangkan Jawa Tengah punya gini ratio yang lebih rendah. Bahkan lebih rendah dari rata-rata gini ratio nasional. Total nilai gini ratio di Jawa Tengah adalah 0,368. Semua data tersebut menjadi PR besar bagi pemerintah daerah setempat.

Semarang, kota terbersih di Indonesia

Soal kebersihan, Semarang jelas mengungguli DIY dan Bandung. Venetië van Java menjadi satu-satunya kota yang meraih penghargaan Adipura sebanyak enam kali berturut-turut. Bukan cuma itu, Semarang juga mendapatkan predikat salah satu kota wisata terbersih di Asia Tenggara dari ASEAN Clean Tourist City pada periode 2020-2022.

Buat apa punya julukan kota wisata tapi nggak dapat predikat kota wisata terbersih?

Begitu sekiranya keunggulan Semarang yang membuat saya merasa lebih beruntung pernah tinggal di sana ketimbang kota romantis kayak Jogja dan Bandung. Semoga segala kekurangan kota romantis dapat diperbaiki oleh pemerintah setempat dengan tempo sesingkat-singkatnya.

Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Selamat Tinggal Bekasi, Ternyata Semarang Lebih Indah untuk Ditinggali

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version