Sudah hampir tujuh tahun saya tinggal di Semarang. Meski KTP saya belum pindah, saya merasa cukup mengenal seluk-beluk Kota Lumpia. Awalnya kedatangan saya ke Semarang hanya untuk menyelesaikan pendidikan S1. Namun keadaaan membawa saya melanjutkan ke jenjang S2. Dari pengalaman itu saya malah jadi percaya jika Semarang layak disebut sebagai salah satu kota tujuan belajar. Bahkan nggak kalah menarik dibandingkan Jogja.
Jika coba kita bandingkan, Jogja memiliki kampus unggulan seperti Universitas Gadjah Mada yang menduduki peringkat kedua nasional. Namun bukan berarti kampus-kampus di Semarang harus dianggap sebelah mata. Kota ini menawarkan pengalaman akademik yang berbeda dan suasana belajar yang tak kalah berkualitas, sehingga menjadi alternatif yang patut diperhitungkan bagi siapa saja yang ingin menuntut ilmu. Berikut saya beberkan beberapa alasan mengapa Semarang layak jadi jujugan para pelajar.
Ada banyak pilihan kampus berkualitas di Semarang
Di Semarang, terdapat sejumlah perguruan tinggi negeri maupun swasta yang secara konsisten meningkatkan mutu akademik, riset, dan fasilitas pendukungnya. Universitas Diponegoro, misalnya, telah menempatkan diri sebagai salah satu institusi pendidikan terkemuka dengan berbagai capaian nasional bahkan internasional. Selain Undip, sejumlah perguruan tinggi swasta di Semarang juga turut berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pembentukan sumber daya manusia yang tak kalah kompeten.
Keberadaan institusi-institusi tersebut memberikan opsi nyata dan tentunya kualitas nggak kaleng-kaleng bagi calon mahasiswa tanpa harus mengorbankan akses dan kenyamanan belajar. Kota Lumpia menawarkan suasana akademik yang kondusif, didukung oleh komunitas intelektual yang dinamis serta infrastruktur memadai.
Oleh karena itu, meski nama-nama kampus di Semarang mungkin belum sepopuler UGM, kualitas dan potensi akademik yang dimiliki perguruan tinggi kota ini sudah layak diperhitungkan. Calon mahasiswa bisa mempertimbangkannya sebagai alternatif utama yang menjanjikan di masa depan.
Nggak terlalu ramai, tapi juga nggak terlalu sepi
Semarang punya ritme hidup yang cenderung stabil. Nggak seramai Jakarta dengan hiruk-pikuknya, tapi juga nggak sepi kayak kota-kota kecil yang bikin mahasiswa merasa terisolasi. Di Kota Lumpia, mahasiswa bisa fokus belajar tanpa terlalu banyak distraksi namun tetap punya berbagai akses. Mereka bisa mengakses hiburan, kegiatan komunitas, hingga ruang-ruang diskusi publik yang terus tumbuh.
Keseimbangan ini menciptakan lingkungan yang cocok bagi mahasiswa yang ingin berkembang secara akademik dan personal tanpa kehilangan koneksi dengan realitas sosial di luar kampus. Tak heran jika banyak mahasiwa dari luar kota yang awalnya ragu, akhirnya malah betah tinggal di Semarang. Mereka menemukan fakta bahwa tempat belajar ideal bukan selalu yang paling ramai atau paling populer. Tetapi yang bisa memberi ruang tumbuh tanpa tekanan berlebihan.
Karakter masyarakat lokal Semarang cenderung kalem dan nggak ribet
Alasan penting selanjutnya mengapa Semarang layak dipilih sebagai kota tujuan belajar adalah karakter masyarakatnya yang relatif bersahabat. Warga lokal di Semarang dikenal amat ramah, sopan, dan nggak suka mencampuri urusan pribadi orang lain.
Bagi mahasiswa rantau, khususnya yang baru pertama kali hidup jauh dari rumah, ini adalah situasi sosial yang sangat mendukung. Lingkungan pergaulan di Semarang juga nggak terlalu menuntut gaya hidup tertentu. Proses adaptasi mahasiswa rantau jadi terasa lebih ringan dan pastinya nggak membuat tertekan.
Hubungan yang terjalin oleh masyarakat di Semarang dari pengalaman pribadi saya juga cenderung egaliter, tidak hierarkis, dan minim drama. Hal ini membuat mahasiswa dari berbagai latar belakang—termasuk dari luar Jawa—akan merasa diterima dan nyaman menjalani kehidupan sehari-hari.
Tanpa perlu terlalu banyak menyesuaikan diri hanya demi bisa “masuk circle tertentu”, mahasiswa bisa fokus pada perkuliahan dan pengembangan diri. Dalam jangka panjang, iklim sosial seperti ini memberikan kenyamanan yang berdampak langsung pada kualitas hidup dan studi mereka.
Jarak antara tempat satu dan tempat lain masih manusiawi
Semarang juga memiliki tata kota yang cukup teratur dan bersahabat. Jarak antara kampus, tempat tinggal, tempat makan, hingga ruang publik bisa dibilang masih dalam batas wajar. Mahasiswa nggak perlu menempuh perjalanan jauh untuk sekadar mencetak tugas atau membeli makan siang. Ini tentu menjadi keuntungan tersendiri, apalagi bagi yang mengandalkan transportasi umum, ojek daring, atau motor pribadi dengan isi bensin pas-pasan.
Kemudahan mobilitas ini membuat aktivitas harian jadi lebih efisien. Waktu nggak banyak terbuang di jalan, sehingga mahasiswa bisa lebih leluasa mengatur jadwal belajar, beristirahat, atau bersosialisasi. Dalam rutinitas yang padat, ritme hidup seperti ini sangat membantu menjaga keseimbangan. Bahkan masih ada banyak ruang untuk sekadar jalan santai atau melepas penat. Misalnya dengan berkunjung ke Taman Tri Lomba Juang atau motoran memutari Simpang Lima.
Itulah sejumlah alasan mengapa Semarang pantas disebut sebagai kota tujuan belajar yang patut diperhitungkan. Bukan semata soal kualitas perguruan tinggi, tetapi juga karena dukungan lingkungan sosial, ritme kota yang bersahabat, hingga keseharian yang memungkinkan mahasiswa untuk tumbuh secara seimbang. Semarang mungkin tidak selalu menjadi pilihan pertama, namun justru di balik kesederhanaannya, tersimpan pengalaman belajar yang kaya dan tak kalah dari kota lain.
Penulis: Dimas Junian Fadillah
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Mengandaikan Rupa Semarang Jika UNDIP Tidak Pernah Ada: Ambyar!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
