Kota Solo punya kesan baik dalam pikiran saya. Saat pertama kali mengunjunginya beberapa waktu lalu, rasa aman dan nyaman selama bepergian di kota yang punya slogan The Spirit of Java ini membuat saya ketagihan ingin ke sana lagi. Apalagi konten-konten seputar tempat kuliner dan tempat wisata di Solo yang autentik lebih sering seliweran di explore Instagram membuat saya ingin segera menjadwalkan waktu untuk jalan-jalan ke Solo dalam waktu dekat.
Sayangnya niat itu tiba-tiba urung saya lakukan ketika pagi-pagi melihat status seorang teman yang bekerja di Kota Solo. Ia terjebak kemacetan panjang selama berjam-jam akibat banjir yang melanda Solo sejak tanggal 16 Februari lalu.
Bayangan soal bersih dan tertatanya pasar di Solo serta pilihan transportasi umum yang beragam, terjangkau, dan cepat, seketika hilang. Saya tidak menyangka bahwa Kota Solo bisa macet panjang akibat banjir.
“Gila banget macetnya, pas jam berangkat kerja gini lagi!” kata teman saya yang merasa aneh dengan keadaan kota tempat kerjanya. Selama hampir tiga tahun kerja di Solo, baru kali ini teman saya melihat Solo banjir plus macet. Anehnya lagi, fenomena ini terjadi saat hari jadi Kota Solo yang ke-278 tahun pada tanggal 17 Februari kemarin.
Sebelumnya saat saya berkunjung ke Kota Solo, saya tak pernah menemui ada kemacetan di kotanya Mas Gibran ini. Lantaran penasaran mengapa saya tak melihat adanya kemacetan, saya pun bertanya ke abang ojek yang sedang menyetir mengantar saya. “Kalau di sini macetnya di beberapa jalan aja, Mbak. Itu pun pas jam berangkat sekolah sama pulang kerja,” kata abang ojek. Salah satu area yang terkenal macet di Solo adalah adalah di sekitar jalan underpass Makamhaji.
Warga Kota Solo banyak yang terdampak banjir
Setelah saya telusuri lebih lanjut, banjir di Kota Solo ini sampai mengharuskan warga di beberapa kelurahan mengungsi ke posko pengungsian yang berada di kantor kelurahan dan sekolah. Kepala BPBD Surakarta, Nico Agus Putranto, mengatakan bahwa banjir terjadi akibat hujan deras yang mengguyur Solo beberapa hari terakhir.
Dilansir Kompas, menurut keterangan BPBD Kota Solo, sebanyak 3.898 warga harus mengungsi akibat banjir tak kunjung surut. Sedangkan, sebanyak 21.846 jiwa terdampak banjir di 4 kecamatan. Wah, Kota Solo yang baru saja terkenal sebagai destinasi wajib untuk berwisata selain Yogyakarta ternyata menyimpan fenomena dan data miris di bulan ulang tahunnya.
Saya jadi teringat tulisan Surat Cinta untuk Warga Solo: Jangan Ulangi Problem Pariwisata Jogja yang tayang di rubrik Esai Mojok 4 Februari 2023 lalu. Melihat Solo banjir hingga membuat warganya terjebak kemacetan panjang sampai harus mengungsi seperti ini membuat saya semakin menyadari bahwa pembentukan image kota pariwisata selalu menumbalkan kehidupan warganya. Apalagi Mas Gibran punya banyak proyek dan rencana infrastruktur yang masif dikerjakan bahkan setahun semenjak masa jabatannya.
Harapan sebagai wisatawan lokal
Saya memahami segala upaya progresif Mas Gibran dan jajaran pemerintahannya untuk membangun Kota Solo menjadi lebih baik terutama dari segi infrastruktur. Sebagai wisatawan lokal, saya turut merasakan dampak dari gercepnya kinerja bapak satu ini, misalnya saja revitalisasi pasar-pasar tradisional Solo agar lebih nyaman dan kontenable. Saya juga sangat menikmati bus Solo Trans yang rute dan jumlah busnya yang banyak. Beberapa warga Kota Solo yang saya temui pun merasa senang dengan segala kinerja Mas Gibran yang dikenal kreatif ini.
Namun sebagai wisatawan lokal dengan bujet minimalis yang sudah telanjur jatuh cinta sama Kota Solo, saya tidak ingin Solo perlahan kehilangan rasa nyaman dan aman yang sudah ditawarkan. Saya masih ingin keliling Kota Solo naik BST tanpa ngedumel lama dan capek. Pengin juga kulineran malam di Kota Solo tanpa harus mendengar keluhan warga yang saling bercerita dagangannya sepi akibat banjir. Saya juga masih ingin makan dimsum di Pasar Baru Solo tanpa harus ketinggalan momen makan dimsum saat senja.
Semoga saja pemerintah daerah bisa segera mengatasi bencana banjir ini, banjir bisa segera surut, dan warga bisa segera beraktivitas kembali seperti semula. Selamat ulang tahun, Solo!
Penulis: Anisah Meidayanti
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Sisi Gelap Kota Solo.