Memperkirakan umur benda atau makhluk hidup selain manusia adalah pekerjaan yang tidak mudah tanpa adanya ilmu khusus. Para ahli atau ilmuwan telah mengembangan dan mengenalkan metode perkiraan umur benda mulai dari metode yang sederhana sampai yang super rumit setingkat memahami lirik lagu “Kasih Sayang Orang Tua” milik Mawang.
Metode perkiraan umur yang paling terkenang dalam memori saya adalah cincin tahunan. Masih ingat apa itu cincin tahunan? Bagi warga negara yang pas sekolah suka bolos pelajaran IPA karena gurunya punya mantra yang bikin kita terlelap, mari berpelukan. Kita masih satu genus.
Cincin tahunan adalah perkiraan umur pada pohon berkayu, bukan kencur apalagi jahe, yang terbentuk oleh jaringan pohon bernama kambium. Pertumbuhan kambium ke arah samping menyebabkan pertambahan lingkar atau diameter pohon. Ini adalah contoh bahwa tumbuh ke samping bukanlah hal yang salah. Pembentukan satu pola cincin pada umumnya terjadi selama satu tahun, makanya disebut cincin tahunan.
Sayangnya penggunaan metode cincin tahunan untuk memperkirakan umur pohon hanya akurat pada pohon yang tumbuh di daerah subtropis, bukan tropis. Hal ini dikarenakan pembentukan cincin tahunan dipengaruhi oleh kecukupan air dan intensitas sinar matahari. Sedangkan daerah tropis memiliki intensitas matahari sepanjang tahun serta kecukupan air yang lebih banyak daripada daerah subtropis.
Apakah ada metode perkiraan umur yang mirip cincin tahunan tapi untuk hewan? Wah ini, salah satu contoh gugatan warganet. Sukanya suka-suka sendiri. Ya sudah tidak apa apa, sebab saya beranggapan kalo punya rasa ingin tahu yang tinggi adalah sumber ilmu pengetahuan. Asal jangan suka kepoin privasi orang lain dengan dalih kepo adalah sumber ilmu pengetahuan. Itu beda, Babang Tamvan!
Jawaban dari pertanyaan tadi adalah ada. Iya, ada kok, metode yang mirip cincin tahunan tapi diterapkan pada hewan. Metode perkiraan umur seperti ini dapat kita jumpai pada hewan seperti sapi atau kerbau. Namanya cincin tanduk. Tapi punya tapi, metode ini hanya bisa kita terapkan pada sapi betina dan tidak berlaku bagi sapi jantan. Lho kok nggak adil gitu? Cuma betina yang punya? Bukan seperti itu, Gaes. Ada penjelasannya kok.
Saya akan menjelaskannya secara ilmiah. Pembentukan cincin tanduk adalah dampak dari peningkatan kebutuhan kalsium sapi pada periode kebuntingan. Peningkatan kebutuhan kalsium ini tidak dapat tercukupi dari pakan yang diberikan, sehingga sapi harus menguras cadangan kalsium yang ada di tubuhnya. Salah satu cadangan kalsium yang dapat digunakan oleh sapi berasal dari tanduk. Oleh sebab itu, jika ada satu cincin tanduk pada sapi, maka dapat diartikan sapi tersebut sudah beranak satu kali dan seterusnya. Lho hubungan sama umur sapinya mana? Eitsss, harap tenang, harap bersabar…
Umur kebuntingan sapi adalah sekitar 9 bulan 10 hari, mirip seperti umur kehamilan manusia. Akan tetapi tidak serta merta satu cincin tanduk setara dengan waktu kebuntingan sapi. Setiap satu cincin tanduk setara dengan satu periode kelahiran anak atau yang disebut sebagai Calving Interval. Calving Interval adalah lamanya waktu antara kebuntingan pertama dengan kebuntingan selanjutnya. Sapi yang berada di peternakan modern, calving interval yang lazim berkisar antara 12 sampai 14 bulan. Ada jeda tiga sampai empat bulan digunakan untuk pemulihan uterus dan proses perkawinan. Lalu kita harus tahu bahwa umur rata-rata sapi bisa bunting adalah sekitar 18 sampai 24 bulan. Jadi, jika diketahui seekor sapi betina memiliki satu cincin tanduk, umur sapi tersebut berkisar antara 30 sampai 38 bulan. Kalo ada dua cincin tanduk gimana bang? Jawabannya sekitar 42 sampai 52 bulan.
Namun, penggunaan metode cincin tanduk mempunyai kelemahan. Apabila jumlah kebuntingan sudah lebih dari 3 atau 4 kali maka cincin tanduk sudah sulit terlihat. Bahkan bila setelah kelahiran kesembilan mungkin bukan hanya cincin tanduknya yang hilang, tapi sapinya juga. Sudah disembelih bosku, karena dinilai sudah tidak produktif. Selain itu, cincin tanduk mudah untuk dimanipulasi oleh pemilik sapi. Cincin tanduk bisa disamarkan dengan cara pengikiran tanduk sehingga sapi terlihat seperti masih perawan atau dara. Sungguh kreatifnya orang Indonesia.
BACA JUGA Mengenal DEEA GestDect, Alat Test Pack untuk Hewan Ternak dan tulisan Ngafifudin lainnya.