Perempuan dan daster ibarat sahabat karib yang selalu setia dalam suka dan duka. Selain karena harganya yang murah, daster juga jadi pilihan pakaian para perempuan lantaran penampakannya yang simpel. Banyak sekali perempuan yang memakai daster dalam melakukan setiap aktivitasnya, baik di rumah maupun di luar rumah. Kalau di dalam rumah sih nggak perlu diperdebatkan, ya. Tapi jadi kelihatan gimana gitu saat ada mbak-mbak, emak-emak, dan mbah-mbah yang pakai daster saat keluar rumah.
Sejak kecil, saya aktif mengkritik ibu saya kalau blio keluar rumah dengan santainya hanya memakai daster. Apalagi kalau yang blio pakai itu daster yang sudah lusuh dan ada bolong-bolongnya gitu. Paling sering sih bolong di bagian ketiak. Biasanya Ibu cuma bilang, “Wes ora usah geger mengko nek wes dadi emak-emak biso ngraseke dewe nganggo daster bolong kui penak (Sudah nggak perlu ribut, nanti kalau sudah jadi ibu-ibu bisa merasakan sendiri pakai daster bolong itu enak).” Yah, pokoknya semriwing-semriwing manja gitu, deh.
Memakai daster dalam segala aktivitas sepertinya kini sudah jadi tren tersendiri. Apalagi banyak artis suka pamer foto atau video di media sosial dengan memakai daster. Wah, tambah hits saja tuh daster. Entah tujuannya untuk jualan, endorse, atau memang murni si artis bangga menggunakan daster, pokoknya pakaian yang harganya murah meriah ini berseliweran di mana-mana. Apalagi ada challenge yang sempat viral tuh yang mempertontonkan video before after perempuan saat memakai daster di rumah dan di luar rumah. Gini nih caption-nya: Jangan remehin emak-emak berdaster. Kalau sudah dandan, kelar hidup lo! Waduh~
Di antara banyaknya kaum perempuan yang sangat suka sekali memakai daster, saya yakin pasti banyak juga perempuan-perempuan di luar sana yang nggak terlalu suka memakai daster. Saya adalah salah satunya. Sebagai kaum minoritas, saya sering bertanya dalam hati, memangnya perempuan harus pakai daster gitu? Lalu, kalau nggak pakai daster dianggap nggak menjiwai dirinya sebagai perempuan, ya? Masa gitu, sih? Nah, daripada bertanya-tanya terus, lebih baik saya beberkan saja alasan kenapa perempuan nggak suka pakai daster.
#1 Termasuk kategori perempuan tomboi
Apa sih yang ada di benak kalian kalau mendengar perempuan tomboi? Dilihat dari perilaku, gaya bicara, tatanan rambut, atau mungkin cara berjalan yang sedikit kelaki-lakian? Itu memang bisa dianggap ciri-ciri perempuan yang termasuk kategori tomboi. Selain itu, cara berpakaian juga bisa jadi ciri-ciri perempuan apakah termasuk tomboi atau nggak.
Biasanya, perempuan tomboi senang sekali pakai celana panjang atau celana pendek berpadu kaus oblong kalau sednag keluar rumah. Saat di rumah pun nggak ada pakaian ternyaman selain celana kolor dan kaus olahraga sekolah. Bagi perempuan tomboi, memakai daster rasanya bisa dihitung pakai jari. Boro-boro pakai daster, kaus di lemari saja kebanyakan warna hitam. Lah daster, sudah kebanyakan motifnya kembang-kembang, gambarnya Hello Kitty warna pink, ada rendanya pula. Haduh! Biasanya perempuan tomboi banyak yang bilang gini, “Ogah ah pakai daster gitu. Kayak cewek, dong. Kemayu!” Lah, kamu kan cewek. Piye sih, Sis?
#2 Bahannya tipis dan mudah robek
Entah sengaja atau nggak, pabrik atau konveksi produsen daster pasti menggunakan kain dengan bahan yang nggak terlalu tebal alias tipis. Mungkin itu sebabnya harga daster relatif murah dan ramah di kantung. Ada harga, ada rupa dong, ya. Masa iya daster dibuat dengan bahan yang sama dengan jeans. Yang ada malah sumuk, Gaes. Karena bahannya yang tipis, alhasil daster mudah sekali robek.
Nah, saat daster sudah robek di bagian-bagian tertentu, biasanya para kaum perempuan pencinta daster nggak langsung membuangnya atau menjadikannya serbet/lap. Sebelum robekan meluas dan terlalu memperlihatkan aurat, makan robekan dianggap seperti kerikil di antara bebatuan besar. Kalau ada yang berani mengingatkan kaum pencinta daster ini soal dasternya yang sudah robek atau bolong, siap-siap saja diajak debat. Seperti saya dan ibu saya. Hehehe. Mending diam sambil nyawang, deh.
#3 Nggak nyaman
Gimana ya, kalau sudah merasa nggak nyaman dan PD mengenakan pakaian tertentu masa harus dipaksakan? Katanya sih kalau sudah pulang kerja atau melakukan aktivitas lain di luar paling enak langsung pakai daster begitu tiba di rumah. Tapi, itu kan hanya berlaku bagi para pencinta daster. Sementara bagi orang-orang selain itu, kenyamanan berpakaian di rumah nggak harus pakai daster, kan? Bisa saja pakai tanktop misalnya. Kalau orang PD kan nggak jadi masalah. Seandainya ada orang yang bilang, “Masa perempuan nggak suka pakai daster, sih? Aneh!”, ya tinggal jawab saja, “Kenyamanan itu bukan dipandang, tapi dirasakan, tahu!” Haseeek~
Sudahlah, tiap orang punya gaya berpakaian masing-masing. Jangan pakem dengan mengatakan perempuan itu harus pakai daster. Ingat ya, menilai seseorang jangan hanya dari penampilan luarnya, siapa tahu itu jebakan. Kenali dulu, baru bicara.
BACA JUGA Alasan Kita Masih Dengerin Musik Itu-itu Saja dari Remaja Hingga Kini dan tulisan Istiqomah lainnya.