Jika ditanya kabupaten manakah yang paling hebat di kawasan pantai utara, dengan tegas saya akan mengatakan: Jepara. Karena kabupaten yang berlokasi persis di utara Demak ini selalu keren dilihat dari sisi mana pun. Jika dibandingkan dengan kabupaten di sekelilingnya, bisa dikatakan bahwa Kota Bumi Kartini ini seperti permata indah di antara batu-batu karang.
Btw, sebagai warga Demak, tentu saya sering dolan ke tetangga kabupaten yang dulunya pernah menjadi tempat kelahiran Ibu Kartini tersebut. Biasanya selain karena ingin bersilaturahmi ke rumah saudara atau teman, pada dasarnya Jepara memiliki banyak tempat yang menarik untuk dikunjungi. Makanya bolak-balik Demak-Jepara merupakan hal yang dulu lazim saya lakukan terutama kalau lagi gabut.
Jika dipikir-pikir, lantaran semakin sering main ke sana, saya jadi tahu kalau tempat tinggal saya, Demak, ternyata ketinggalan jauh jika dijejerkan dengan Jepara. Tentu hal inilah yang membuat saya iri. Dalam pandangan saya, tanpa bermaksud mengglorifikasi, kabupaten yang masuk dalam Karesidenan Pati itu seakan punya segala hal untuk dapat dibanggakan oleh para warganya. Nggak percaya? Berikut daftarnya.
Daftar Isi
Jepara punya tempat wisata yang melimpah
Jika kalian searching di Google dengan kata kunci “wisata Jepara”, akan muncul banyak tempat wisata yang sayang bila dilewatkan. Mulai dari pantai seperti Pantai Kartini, Pantai Bandengan, Pantai Teluk Awur, Pantai Pungkruk, hingga Pulau Panjang semua ada. Jika kalian penikmat sejarah, berkunjung Museum R.A Kartini atau Benteng Portugis merupakan pilihan yang tepat. Bahkan jika pengin bulan madu, Taman Nasional Karimunjawa bisa jadi tempat yang cocok untuk dikunjungi. Pokoknya kalau mencari tempat buat senang-senang, Jepara rajanya, Gaes.
Makanya hal tersebut membuat saya iri. Bagaimana tidak? Di Demak, meski sama-sama masuk dalam kawasan pantai utara Jawa, untuk menemukan wisata pantai yang bisa dibuat nyantuy saat liburan saja susahnya minta ampun. Pantai di Demak sekarang hanya tinggal cerita.
Waktu ibu saya masih kecil, katanya memang ada pantai di sini. Namanya Pantai Morosari. Tapi sayangnya, sekarang pantai tersebut sudah hilang karena terserang abrasi. Nahas. kan?
Baca halaman selanjutnya: Punya industri dan makanan khas yang ikonik…
Punya trademark industri dan makanan khas yang ikonik
Sebagaimana jamak diketahui, selain Bumi Kartini, Jepara juga masyhur dengan julukan Kota Ukir. Julukan tersebut disematkan karena kerajinan kayu ukir di sini memiliki sejarah yang panjang. Ditambah lagi mayoritas warga Jepara memang berprofesi sebagai pengrajin kayu ukir. Tak ayal ukiran ini menjadi ciri khas Jepara.
Nggak hanya berhenti di situ, terkait makanan khas pun Jepara superior. Di sini ada horok-horok, turuk bintol, bongko mento, pindang serani, lontong krubyuk, moto belong, adon-adon coro hingga tempong. Semua makanan yang disebutkan tersebut memang bisa membuat warga Jepara kemaki, nggak minder untuk menyebutkan bahwa Jepara memang punya makanan khas yang melimpah bahkan dengan nama-nama yang estetik.
Kondisi ini tentu berbanding terbalik dengan Demak. Mayoritas warga Kota Wali umumnya bekerja sebagai nelayan, petani, dan buruh. Selain itu, Demak juga nggak memiliki makanan khas yang dikenal luas oleh banyak orang. Bahkan orang asli Demak saja sering kelimpungan tatkala ditanya apa makanan khas dari daerahnya sendiri. Makanya Demak sampai saat ini belum punya sesuatu yang ikonik selain makam Sunan Kalijaga dan Masjid Demak. Kalau sudah begini wajar kan saya iri dengan Jepara?
Jepara sering meraih penghargaan Adipura
Bagi yang belum tahu, Jepara merupakan kabupaten yang sukses meraih penghargaan Adipura untuk ke-16 kalinya secara berturut-turut pada tahun 2023 lalu. Bahkan di tahun sebelumnya, Kota Bumi Kartini tersebut berhasil meraih Anugerah Adipura Kencana, yaitu penghargaan Adipura tertinggi yang diberikan kepada kabupaten atau kota yang memenuhi syarat sebagai kota yang berkelanjutan di Indonesia.
Capaian-capaian tersebut tentu sangat menyilaukan bagi warga Demak. Bagaimana tidak? Seumur hidup, mulai dari Demak sejak zaman kerajaan sampai Demak menjadi kabupaten, daerah ini sama sekali belum pernah mendapatkan gelar Adipura. Hal ini tentu menunjukkan bahwa ada tata kelola yang belum beres di kabupaten ini. Seharusnya Pemkab Demak bisa belajar banyak dari Jepara, agar warganya bukan cuma iri dengan daerah lain, tapi juga bisa bangga dengan daerahnya sendiri.
Akhir kata, kalau saya harus berkata jujur bahwa sebagai warga Demak, saya memang iri dengan Kabupaten Jepara. Mulai dari wisatanya, industrinya, makanan khasnya hingga tata kelola kotanya, semuanya istimewa. Meski begitu, apakah lantas saya menyesal dilahirkan di Demak? Ya, tentu tidak. Sebab selama ini kabupaten tercinta juga telah mengajarkan banyak hal, salah satunya mengajarkan kesabaran tatkala tahu begitu hebat dan majunya kabupaten tetangga.
Penulis: Ahmad Nadlif
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Jepara, Cukup Mebel Saja yang Diukir, Aspalnya Nggak Perlu “Diukir”, tapi Diperbaiki!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.