Punya trademark industri dan makanan khas yang ikonik
Sebagaimana jamak diketahui, selain Bumi Kartini, Jepara juga masyhur dengan julukan Kota Ukir. Julukan tersebut disematkan karena kerajinan kayu ukir di sini memiliki sejarah yang panjang. Ditambah lagi mayoritas warga Jepara memang berprofesi sebagai pengrajin kayu ukir. Tak ayal ukiran ini menjadi ciri khas Jepara.
Nggak hanya berhenti di situ, terkait makanan khas pun Jepara superior. Di sini ada horok-horok, turuk bintol, bongko mento, pindang serani, lontong krubyuk, moto belong, adon-adon coro hingga tempong. Semua makanan yang disebutkan tersebut memang bisa membuat warga Jepara kemaki, nggak minder untuk menyebutkan bahwa Jepara memang punya makanan khas yang melimpah bahkan dengan nama-nama yang estetik.
Kondisi ini tentu berbanding terbalik dengan Demak. Mayoritas warga Kota Wali umumnya bekerja sebagai nelayan, petani, dan buruh. Selain itu, Demak juga nggak memiliki makanan khas yang dikenal luas oleh banyak orang. Bahkan orang asli Demak saja sering kelimpungan tatkala ditanya apa makanan khas dari daerahnya sendiri. Makanya Demak sampai saat ini belum punya sesuatu yang ikonik selain makam Sunan Kalijaga dan Masjid Demak. Kalau sudah begini wajar kan saya iri dengan Jepara?
Jepara sering meraih penghargaan Adipura
Bagi yang belum tahu, Jepara merupakan kabupaten yang sukses meraih penghargaan Adipura untuk ke-16 kalinya secara berturut-turut pada tahun 2023 lalu. Bahkan di tahun sebelumnya, Kota Bumi Kartini tersebut berhasil meraih Anugerah Adipura Kencana, yaitu penghargaan Adipura tertinggi yang diberikan kepada kabupaten atau kota yang memenuhi syarat sebagai kota yang berkelanjutan di Indonesia.
Capaian-capaian tersebut tentu sangat menyilaukan bagi warga Demak. Bagaimana tidak? Seumur hidup, mulai dari Demak sejak zaman kerajaan sampai Demak menjadi kabupaten, daerah ini sama sekali belum pernah mendapatkan gelar Adipura. Hal ini tentu menunjukkan bahwa ada tata kelola yang belum beres di kabupaten ini. Seharusnya Pemkab Demak bisa belajar banyak dari Jepara, agar warganya bukan cuma iri dengan daerah lain, tapi juga bisa bangga dengan daerahnya sendiri.
Akhir kata, kalau saya harus berkata jujur bahwa sebagai warga Demak, saya memang iri dengan Kabupaten Jepara. Mulai dari wisatanya, industrinya, makanan khasnya hingga tata kelola kotanya, semuanya istimewa. Meski begitu, apakah lantas saya menyesal dilahirkan di Demak? Ya, tentu tidak. Sebab selama ini kabupaten tercinta juga telah mengajarkan banyak hal, salah satunya mengajarkan kesabaran tatkala tahu begitu hebat dan majunya kabupaten tetangga.
Penulis: Ahmad Nadlif
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Jepara, Cukup Mebel Saja yang Diukir, Aspalnya Nggak Perlu “Diukir”, tapi Diperbaiki!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















