Bukan maksud saya berdansa di atas penderitaan rakyat, tapi beneran, saya benar-benar bersyukur memilih beli pertalite dan tidak sudi beli pertamax tiap harganya naik.
Selama 4 tahunan, meski motor saya adalah PCX 150, tetap saja saya beli lebih sering pertalite. Alasannya sederhana: harga pertamax tiba-tiba naik drastis dari 9000-an ke 12.500 atau lebih. Saya lupa, pokoknya harganya naik drastis.
Sebenarnya, saya dulunya pengguna pertamax turbo. Nggak tahu efeknya ke motor saya apa, pokoknya performa motor saya saat itu terasa ngacir. Nggak sudi saya melirik bahan bakar di bawahnya. Simpel saja, saat itu keuangan saya terasa cukup untuk beli Turbo.
Tapi begitu menikah dan pengeluaran jadi diperketat, mau tidak mau, saya beralih ke pertalite. Kadang pertamax kalau lagi punya uang lebih. Tapi karena lebih sering nggak punya duit, ya saya beli yang murah saja. Bahkan ketika sudah punya duit lagi, tetap saja saya tak mau beli pertamax. Nggak sudi, harganya kelewat mahal dan nggak ngotak buat saya.
Saya tahu betul konsekuensinya. Tapi mau bagaimana lagi?
Korupsi Pertamina yang apa banget
Lalu muncullah berita brengsek korupsi Pertamina ini. Sumpah, saya merasa baru saja menghindari peluru yang menyasar kepala. Tentu saja sembari misuh, “Cocoteh, ra main-main korupsine.”
Saya beneran kasihan saya orang-orang yang pakai pertamax karena dianjurkan oleh montir bengkel atau teknisi bengkel resmi. Bayangkan berapa pengguna mobil dan motor yang nggak tahu gimana ceritanya mesin mereka rusak, padahal sudah mengikuti anjuran. Berapa juta yang dihabiskan coba, atas kesalahan yang nggak pernah mereka lakukan?
Apalagi para pelaku korupsi ini kabarnya digaji begitu tinggi. Gaji mereka, dilansir dari Tempo, adalah 21 miliar per tahun. Bayangkan, udah digaji segede itu, kok bisanya serakah? Bisanya ngoplos pertamax, asu asu.
Dengan uang 21 miliar per tahun, kamu bisa beli Pajero 5 per tahun, kui wae turah. Uang segitu nggak akan habis kalau kamu nggak goblok-goblok amat dalam mengatur uang. Pengeluaran pejabat beda sama orang biasa? Ora urusan.
Demi nafsu segelintir orang, rakyat satu negara yang dipermainkan. Jujur aja, hukuman penjara jadi kelewat ringan. Doa buruk pun rasanya kurang. Duh, susahnya hidup di negara ini.
Baca halaman selanjutnya
Persetan pertamax, hidup pertalite!
Persetan pertamax, hidup pertalite!
Saya akan tetap beli pertalite, sekalipun harganya turun. Bodo amat sama kompresi mesin. Pertama, karena saya nggak akan yakin bahwa pertamax yang beredar nantinya kualitasnya bisa dipercaya. Sama saja rusak mesin, plus harganya lebih mahal. Buat apa, coy?
Kalian pun pasti setuju dan sama curiganya dengan saya. Kalian yakin bakal beli pertamax yang ada nanti, sekitar sebulan-dua bulan ke depan, akan lebih baik? Saya nggak yakin. Jelas nggak yakin. Kalian percaya sama Pertamina, at this rate? Aneh sih kalau masih percaya.
Bahwa nanti motor saya akan bermasalah dengan mesinnya, bodo amat. Mungkin saya sudah merasakan bahwa motor ini nggak seenak dulu. Tapi mau gimana lagi, mau pake bahan bakar yang disarankan, padahal kualitasnya jelas-jelas ampas?
Saya sih lebih mending make pertalite dan merusak motor saya sendiri, daripada dirusak negara.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
