Sebagai seseorang yang nggak bisa minum susu sapi, kemunculan tren kopi susu oat menjadi harapan baru bagi saya. Sayangnya, nggak semua kedai kopi menyediakan menu susu pengganti tersebut. Kalaupun ada, seringnya harganya jadi melonjak tajam.
Makanya, ketika muncul inovasi kopi susu oat dalam kemasan, saya menyambut dengan antusias. Bayangan kombinasi pahit kopi dan gurihnya oatmilk, yang nggak eneg seperti susu sapi, sudah tergambar sempurna di benak saya. Apalagi, harganya jauh lebih murah ketimbang pesan kopi susu oat di coffee shop kekinian.
Saya pun dengan senang hati menjajal semua merek yang ada di etalase minimarket. Harapannya, ketemu jodoh kopi susu oat kemasan yang praktis dan murah. Jadi, saya juga nggak perlu repot meracik kopi dan susu oat literan sendiri ala rumahan.
Perjalanan buntu memburu kopi susu oat yang berujung dengan gerutu
Namun, harapan itu harus saya telan bulat-bulat, bersama dengan rasa kopi yang ambyar. Setelah mencoba beberapa merek, saya dipaksa menyerah total pada petualangan mencari kopi susu oat kemasan yang lezat. Pasalnya, seluruh kopi susu yang saya icip punya satu kesamaan. Rasanya aneh.
Merek pertama yang saya coba adalah Oatside Coffee. Kata orang, ini enak. Tapi bagi saya, rasanya kebanting jauh dengan espresso yang dicampur dengan Oatside varian original.
Sensasi creamy yang biasanya ditawarkan brand ini, nggak ada sama sekali. Di lidah saya, kopi susu ini masih bisa ditoleransi. Tapi, kalau ada opsi lain, jelas saya akan ganti.
Berikutnya, saya beralih ke Nescafe Oat Latte. Awalnya, saya kira kopi susu oat satu ini akan melampaui merek pertama yang saya coba. Selain karena nama besarnya, Nescafe Oat Latte juga dikemas dalam kaleng yang semestinya bikin rasa minuman tersebut lebih stabil.
Jujur saja, di tegukan pertama, rasanya sudah pahit. Sama sekali nggak ada manis-manisnya. Sentuhan oat juga hanya tipis. Mungkin, varian ini pas buat mereka yang suka dominan rasa kopi. Sebaliknya, peminum kopi rekreasional macam saya, boleh jadi malah menghindari.
Mulai dari kopi premium sampai kemasan unik, nggak satu pun bikin tertarik
Tak berhenti sampai di situ, saya tetap berupaya menjelajah merek kopi susu oat yang paling sreg. Suatu kali, pilihan saya jatuh pada Wakely Cold Brew Coffee Oat Latte. Harganya terbilang lebih mahal ketimbang kopi yang saja tenggak sebelum-sebelumnya. Wajar, ekspektasi saya juga meroket.
Sialnya, kopi premium ini juga nggak nyantol di hati. Rasa kopinya jauh lebih kuat dibandingkan Nescafe Oat Latte. Sentuhan oat nyaris nggak terdeteksi. Lagi-lagi, perburuan kali ini juga bikin kecewa.
Masih berlanjut, lidah saya sempat kenalan juga dengan Caffino Delizio Oat Cappuccino. Harganya murah banget. Mengejutkannya, kekentalan oat yang khas, ada di kopi kemasan ini. Masih ada rasa manisnya, tapi nggak lebay. Kalau pas akhir bulan atau mager bikin kopi rumahan, kopi botolan ini bisa jadi pilihan.
Berikutnya, juga ada kopi susu oat Foxbud Coffee yang impulsif saya beli lantaran kemasannya yang lucu. Kalau nggak salah, merek ini punya tiga varian rasa. Yaitu aren latte, caramel macchiato, dan cappuccino. Ketiganya medioker. Akan tetapi, varian aren latte punya campuran paling seimbang. Takaran masing-masing bahan bakunya cukup pas, baik manis, pahit, dan gurih.
Juara yang paling bikin kesal, jatuh kepada kopi buatan Calf
Dari semuanya, yang bikin saya paling jengkel adalah Calf. Konon, ini salah satu merek kopi kekinian yang paling banyak digemari. Supaya dapat gratis ongkos kirim, akhirnya saya iseng coba beli dua kopi susu oat dari Calf. Satunya berbentuk kopi segar yang dikemas dalam gelas dan lainnya lagi berupa kalengan.
Kopi yang di gelas plastik, rasanya terbilang enak meski bukan jadi favorit saya. Sementara, yang berada di dalam kaleng, rasanya amburadul. Bukan pahit atau hambar, tapi kecut. Akibatnya, sekaleng kopi seharga nyaris tiga puluh ribuan tersebut, nggak saya habiskan.
Setelah semua curhat ini, saya harus tegaskan bahwa saya ini hanyalah orang awam. Bukan barista, apalagi ahli kopi. Sangat mungkin tadi nggak relate dengan lidah kebanyakan orang.
Jadi, dengan berat hati, saya harus ikhlas kembali ke dapur. Nggak ada cara lain. Saya harus bikin sendiri kopi susu oat rumahan yang bisa saya kira-kira sendiri kombinasinya, sampai benar-benar pas sesuai selera.
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Perang Oat Milk: Oatly vs Oatside, Mana yang Paling Enak untuk Campuran Kopi Susu Rumahan?
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
