Sapa Mantan: Kamu Putusin Aku Setelah Pegangan Tangan di Bioskop

Sapa Mantan Kamu Putusin Aku Setelah Pegangan Tangan di Bioskop (Unsplash)

Sapa Mantan Kamu Putusin Aku Setelah Pegangan Tangan di Bioskop (Unsplash)

“Kamu yang mulai memegang tanganku di bioskop, menyalurkan rasa kasih sayang dengan tangan-tangan kecil itu kepadaku. Lalu, tiba-tiba dirimu hilang sambil berdalih bahwa kita sudah terlalu berlebihan menjalani sebuah hubungan? Apa maksudmu?” Mantan yang aneh.

Ini kisah cinta yang pernah saya rasakan saat kuliah dulu. Kisah cinta yang terjalin atas sebuah kebiasaan. “Tresno jalaran soko kulino,” itu benar adanya. Bukan mitos.

Ini cerita lama yang mengendap di pikiran saya. Karenanya, keutuhan dan keruntutan cerita hanya seada-adanya saja. Yang penting enak dibaca. Nggak dapat balasan dari mantan juga nggak papa. Yang ingin saya lakukan adalah berkeluh kesah, bukan jawaban, balikan, atau apa. Toh, sekarang saya juga sudah beristri dan saya sangat sayang sama istri saya.

Mantan yang tiba-tiba datang

15 Mei 2022, menjadi hari agung yang akan terus saya dan istri saya ingat sampai akhir hayat. Hari itu, kami mengikat cinta kami dalam sebuah prosesi pernikahan.

Semua berjalan lancar, dari malam midodareni hingga malam pertama. Nah, saat malam pertama itu, hape saya berbunyi. Notifikasi bahwa ada DM masuk ke Instagram saya. Notifikasi DM di malam pertama jelas membuat istri saya bertanya-tanya.

Setelah membuka DM, saya menemukan sebuah akun tanpa nama memberi selamat kepada saya melalui balasan fitur story Instagram. Awalnya saya tidak mengenali akun itu. Namun, setelah membaca isi chat lama, saya ingat dia adalah mantan saya. Dia adalah cinta kedua dalam hidup saya sebelum akhirnya menemukan, dan jatuh hati, kepada istri saya.

Inisial nama panggilannya adalah “R”, persis dengan yang baru-baru ini dicuit oleh admin Twitter Mojok. Dulu, mantan saya ini adalah calon mahasiswa baru (Camaba) di kampus saya. Kampus yang letaknya di Sukoharjo, namun namanya mengandung unsur Surakarta.

Awal kedekatan

Awalnya, saya mendapatkan tautan untuk bergabung dengan grup Camaba dari sebuah grup politik mahasiswa yang benderanya biru kuning. Tujuan saya masuk grup itu ya cuma mau caper saja. Apalagi banyak dedek gemes di grup itu. 

Setelah masuk, saya menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan para Camaba. Mantan saya, salah satu Camaba yang saya balas pertanyaannya, malah meneruskan percakapan via jalur pribadi, alias japri.

Kedekatan antara kami semakin terjalin melalui percakapan WhatsApp pribadi. Lebih dekat lagi saat saya dimintai tolong untuk memeriksa website pengumuman hasil penerimaan mahasiswa. 

Mantan saya ini diterima di dua tempat yang sama-sama diminatinya. Pertama, di kampus tempat saya kuliah, di sana ada bestie-nya yang memilih untuk melanjutkan proses daftar ulang. Kedua, dia diterima di kampus berbasis seni sesuai minat, bakat, dan jurusan SMK.

Saya memberi nasihat untuk memilih sesuai bakat dan minat saja. Toh, dia masih bisa bertemu dengan bestie-nya di luar waktu kuliah. Dia sangat senang dengan diterimanya di kampus yang bisa memperdalam bakatnya di bidang seni. 

Segala bentuk emoticon bahagia dilontarkannya, termasuk emoticon mengandung kata cinta seperti cium, peluk, dan emoticon senyum namun kedua matanya diganti menjadi hati, entah itu emoticon apa.

Sejak saat itu, kedekatan saya dan mantan semakin terjalin.

Mengenal orang tuanya

Suatu kali saya diundang ke rumah mantan untuk silaturahmi dengan kedua orang tuanya. Saat itu pas hari Jumat. Maka jadi sudah saya dibonceng bapaknya menuju masjid terdekat. Diboncengan bapaknya itu, saya membeku kaku. Bapaknya juga nggak ada niatan untuk bertanya-tanya, sehingga tak ada sepatah pun kata yang terucap di antara kami. Anyep.

Hal ini memberi gambaran bahwa keluarganya memang sangat ketat untuk urusan pacaran. Baru dekat saja saya diminta datang dan kenalan sama orang tuanya. Yah, saya sih nggak masalah. Malah bagus kalau positif seperti ini.

Bioskop sialan

Semakin dekat, kami jadi sering jalan bersama. Salah satunya nonton di bioskop. Film pertama yang kami tonton berdua adalah “Insidious 3”. Lalu, film kedua adalah film garapan Bayu Skak, “Yowes Ben”, tapi saya lupa seri berapa. 

Pokoknya, yang saya ingat, saya dan mantan menontonnya di sebuah bioskop yang kalau beli tiket dapat gratis popcorn atau minuman. Karena memilih popcorn, selama menonton, si mantan selalu menyuapi mulut saya dengan berondong jagung itu. Setelah makanan ringan itu habis, dia menggenggam tangan saya. Nah, Itu adalah pertama kalinya ada perempuan sebaya yang menggenggam erat tangan saya.

Hati saya berbunga-bunga setelah pertama kali merasakan sentuan tangan wanita yang menurut saya penuh cinta. Namun, ternyata itu adalah ujung dari kisah cinta yang singkat. Sejak saat itu, si mantan ini sengaja menjauh. Sialan. 

Tiba-tiba diputusin

Tentu saya memberanikan diri untuk bertanya kenapa mantan saya ini pengin putus setelah pegangan tangan di bioskop. Jawabannya seperti ini:

“Maaf, Mas. Kayaknya yang kita lakukan kemarin sudah berlebihan. Aku nggak mau mengecewakan orang tuaku.” 

Jawaban macam apa ini?! Apakah pegangan tangan itu aib? Apalagi dia yang memulai dan saya nggak memaksa sama sekali. Jawaban itu dilanjutkan dengan kalimat perpisahan, “Jangan cari aku lagi ya, Mas.”

Hei, mantan yang aneh

Awalnya saya nggak terima dengan keputusan aneh itu. Bagaimana ya. Menurut saya, pegangan tangan itu masih wajar-wajar saja. Terlebih dia yang mengawali, bukan saya. Tapi, setelah saya tahu alasan sebenarnya, saya hanya bisa ikhlas.

Usut punya usut, ternyata mantan saya ini sedang dekat adik tingkat saya. Inisialnya N, seorang aktivis mahasiswa. Dia memang tampan, sangat jauh jika dibandingkan dengan saya. Maka, jalan terbaik adalah mundur saja. 

Berkah dari keputusan kala itu adalah sekarang saya menikahi perempuan yang mencintai saya apa adanya. Saya juga mencintai dia secara tulus tanpa alasan aneh-aneh. Hei, mantan, alasanmu aneh banget. 

Penulis: Muhammad Arif Prayoga

Editor: Yamadipati Seno 

BACA JUGA Pilunya Batal Nikah Gara-gara Perabotan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version