“Sampai kapan, Barcelona?” mungkin adalah pertanyaan yang paling tepat ditujukan kepada klub asal Katalan tersebut saat ini.
Sudah lebih dari enam tahun penantian pendukung Barcelona untuk meraih gelar Liga Champions. Banyak hal yang terjadi sejak terakhir kali si kuping besar tersebut mampir ke Camp Nou. Real Madrid threepeat, Liverpool juara Premier League untuk pertama kalinya, Cristiano dan Messi memenangkan trofi internasional pertama mereka, dan masih banyak lagi, termasuk para pemain Barcelona yang hanya tersisa Ter Stegen, Pique, dan Busquets dari final bersejarah itu.
Dari waktu penantian yang cukup, atau bahkan sangat panjang itu, bukannya semakin lama, semakin menambah semangat, tapi justru Barcelona semakin loyo. Bahkan untuk musim ini, tampaknya hal tersebut sudah hampir menjadi kemustahilan, apalagi setelah kekalahan 0-3 dari Bayern Munchen dan melihat skuat tim-tim lain seperti Manchester City, Chelsea, apalagi Paris Saint-Germain, rasanya akan sangat sulit untuk tim Blaugrana saat ini untuk setidaknya mengimbangi mereka.
Permasalahan skuat ini tak hanya tentang jomplangnya kualitas tim besar lain dengan kualitas skuat Blaugrana sekarang, namun juga tentang pemain yang tak sesuai dengan kebutuhan. Kita masih ingat pembelian Miralem Pjanic yang bikin orang bingung. Menjual Suarez yang dianggap sudah tua, namun membeli Aguero yang sama-sama tua. Plus, menjual pemain yang punya prospek cerah, namun mempertahankan pemain tua yang sudah habis.
Tidak cukup dengan permasalahan skuat yang seadanya dan tekanan untuk juara Liga Champions lagi, tapi permasalahan finansial, kepergian Leo Messi, pergantian presiden, tagar Koeman Out yang sangat sering digaungkan, sampai Sergi Roberto dan Samuel Umtiti kena “boo” dari suporter sendiri menjadi batu sandungan bagi Barcelona untuk kembali menjadi kampiun Eropa.
Bahkan sejak juara, Barcelona bisa disebut tidak hanya mengalami kekalahan di Liga Champions, tapi juga melewati berbagai peristiwa memalukan. Praktis, hanya 2019 yang begitu dekat dengan juara, sudah unggul 3-0 melawan Liverpool di Semifinal dan akan bertemu pemenang antara Ajax dan Tottenham Hotspur di Final tentunya menambah kepercayaan diri Barcelona saat itu, tapi sayang, tragedi Anfield kembali mempermalukan mereka. Mungkin sampai sekarang, kata-kata “Corner Taken Quickly” masih menjadi trauma tersendiri bagi pendukung Barcelona. Tidak cukup sampai di situ, tentu semua masih ingat peristiwa 3-0 di Roma, 8-2 di Lisbon, kekalahan atas rival senegara, juga hattrick Mbappe yang semakin menambah pelik perjalanan Barcelona di kejuaraan tertinggi Eropa tersebut.
Apabila dilihat keadaan saat ini, sepertinya makin banyak pendukung Barcelona yang lebih realistis dan hanya menargetkan setidaknya satu trofi musim ini. Tapi, beberapa pendukung militan lainnya justru tetap dengan khayalan bisa mendapatkan treble winner. Bagi Barcelona yang lama, treble setiap musim bisa jadi target yang masuk akal dengan permainan mendominasi, strategi ciamik, pemain dan pelatih yang kompak, tapi sekarang, satu trofi aja berat kok minta treble. Ngawur.
Melawan tim rival yang pemainnya sering cedera aja berat, kok minta treble. Mikir atuh mikiiirrr.
Saya paham betul rasa frustrasi pendukung Barcelona saat ini, tapi setelah melihat pertandingan-pertandingan Barcelona di era Koeman yang bahkan hampir tidak pernah mengalahkan tim besar, rasanya perkembangan itu tidak akan terjadi. Lini depan yang berantakan, lini tengah yang mati suri, dan lini belakang yang sangat amburadul membuat skuat Barcelona masih jauh dari kata sejahtera. Bahkan apabila mereka harus menghadapi Levante pun, saya masih belum yakin bahwa mereka bisa dengan mudah membawa pulang tiga poin.
Apabila kita ingin melihat nilai plus dari skuat Barcelona saat ini yaitu mereka memiliki anak-anak muda yang brilian. Araujo, Mingueza, Balde, Gavi, Pedri, Demir, Ansu Fati atau bahkan Dest dan Frenkie, mereka lah yang harus mendapat lebih banyak kesempatan bermain musim ini, bukan Luuk De Jong, Lenglet, apalagi Sergi Roberto. Setidaknya, apabila tidak mendapatkan kemenangan saat ini, mereka bisa meraih kemenangan itu di esok hari karena memiliki bakat-bakat istimewa yang sudah dimatangkan sedemikian rupa, sehingga kesempatan meraih Si Kuping Besar pun akan terbuka lebar.
Tapi, kemudian, kita kembali ke pertanyaan awal, sampai kapan mau kayak gini, Barcelona?