Salam dari Binjai memakan korban. Ah, bukan sih, lebih tepatnya menjaring orang-orang ndlogok keluar dari sarangnya. Sudah tahu mas-mas Binjai itu ahli dalam tinju, eh malah ditiru. Pihak yang salah di sini adalah mas-mas Binjai? Nggak juga. Kita harus mempertanyakan ke mana perang orang tua sebagai mercusuar pengawasan anak dalam bermedia sosial?
Bocah-bocah di Lamongan hingga Deli Serdang berbondong-bondong bikin konten laiknya mas-mas Binjai. Mereka merusak kebun-kebun pisang yang ada di daerah mereka. Pun ada juga yang ikut-ikutan meninju sampai jari-jari mungil mereka yang sedang tumbuh patah. Sekali lagi, apakah mas-mas Binjai patut disalahkan? Menurut saya, sih, nggak.
Namun, saya nggak mau membicarakan tentang parenting dulu. Sudah banyak penulis Terminal Mojok yang lebih ahli membahas parenting dengan segala istilah-istilah asing njlimet yang nggak saya tahu. Saya mau membahas hal-hal yang nggak penting-penting amat, tapi bisa menghibur kamu selaku pembaca. Ini adalah tentang pohon pisang. Ini yang harus kamu tahu sekali seumur hidup, setidaknya sebelum kamu mampus: hal-hal yang menyenangkan dan mesti kamu tahu tentang gedebog pisang.
Di desa saya dulu, lebih tepatnya ketika usia saya masih bisa dikata bocah, pisang adalah dewa di musim penghujan begini. Semua bagian dari pisang adalah anugerah dari Tuhan yang musykil untuk nggak dimanfaatkan. Mulai dari bonggol yang bisa dijadikan keripik oleh ibu-ibu di desa, daun yang bisa dijadikan wadah pepes, sampai—tentu saja—buahnya yang nikmat betul untuk dimakan.
Lantas, apa bagian terpenting bagi anak-anak dari pohon pisang? Jelas gedebog pisang adalah wahana permainan dadakan yang hadirnya nggak bisa diganggu-gugat. Ia juga punya manfaat penting lain selain sekadar dipukul-pukuli.
Pertama, kamu bisa memeluk gedebog pisang di sungai berarus deras. Sensasi rasanya seperti sedang main arung jeram. Atau kamu bisa menggunakannya sebagai pelampung kala kamu nggak bisa renang di sungai.
Kedua, dulu ia juga digunakan sebagai ajang main seluncuran. Kamu harus naik bukit yang landai, kamu naiki gedebog pisangnya, maka kalian akan menggulung di tanah sampai ke bawah. Saya bisa sombong, bahkan Dufan nggak akan kepikiran bikin wahana permainan penuh penyiksaan macam ini.
Ketiga, ketika lagi riuh anime Naruto di Global TV, gedebog pisang digunakan sebagai pengganti scroll jurus Naruto. Kamu hanya perlu pakai jarit, ikat gedebog pisang di punggungmu, lantas kamu berlari seperti orang sinting. Dulu, kok ya rasanya saya seperti Sasuke, ya? Maksud saya, alih-alih Jiraiya yang sering bawa scroll jutsu, saya malah merasa keren setengah mampus bak keturunan klan Uchiha.
Keempat, ia juga bisa digunakan sebagai permainan halang rintang. Kamu bisa menaiki bukit dengan membawa gedebog tersebut. Lantas ketika sampai di atas, saya yakin kamu bukan lagi dirimu. Kamu sudah menjadi Makoto Nagano yang tangkas, bringas, dan trengginas. Atau kamu juga bisa merasa menjadi super ngganteng seperti Hamish Daud, lantas berteriak, “My trip my adventure!”
Kelima, ada yang lebih pilu dari manfaat gedebog pisang ini. Di desa saya, ia digunakan sebagai bantalan pocong ketika dimasukan ke dalam kuburan. Katanya, sih, biar nggak gerak ketika dikebumikan. Kenapa gedebog pisang yang dipotong-potong? Karena ia lebih cepat lapuk ketimbang kayu biasa.
Coba bayangkan, anak-anak. Ketika kalian menghancurkan satu lading pohon pisang, maka berapa bantalan mayat yang sudah kalian pukuli untuk bikin konten? Sudah, yang mukulin gedebog pisang biar ahlinya saja: si mas-mas Binjai. Pasalnya, blio sudah paham ilmu bela diri dan dapat izin juga dari si pemilik kebun pisang. Kalian mending main yang lain saja.
Hanya dengan gedebog pisang, kita bisa senang-senang sekaligus berkontemplasi. Saya nggak membandingkan satu generasi dengan generasi lainnya lho, ya. Namun, keseruan di atas bisa dicoba untuk anak-anak generasi sekarang ketimbang ikut-ikutan tren belaka. Nggak hanya “Salam dari Binjai” saja cara menikmati keseruan dari gedebog pisang. Kita bisa juga berteriak “My trip my adventure” bersama kawan-kawan di desa.
Sumber gambar: Unsplash.com