Saya masih ingat sekali, waktu itu sepulang sekolah menunggu jemputan bersama teman saya Amira dan Lastri. Sebagai anak SD yang sangat aktif disertai perut yang selalu lapar, sambil menunggu anak-anak yang lain pulang akhirnya saya dan Lastri memutuskan untuk jajan. Anehnya, saat itu teman kami Amira tidak mau ikut, katanya, “Aduh aku nggak jajan dulu ya, lagi maag.” Seketika aku dan Lastri memandang lain teman kami itu. Dia yang tadinya terlihat biasa saja, sekarang jadi bernilai lebih karena punya sakit maag.
Dulu sewaktu kecil saya merasa teman saya yang punya maag adalah orang-orang terpilih. Mereka menurut kami spesial karena dia memiliki penyakit yang istilahnya agak keren. Saat rata-rata teman saya jadi omnivora yang memakan segala jajanan berwarna-warni, makanan yang diberi penyedap, micin, atau saus botolan (yang konon katanya dibuat dengan cara diinjak-injak oleh abangnya sampai hancur), Amira jadi satu-satunya orang yang berbeda. Oleh karena sakit maagnya itu dia jadi anak yang menjaga makan alias membawa bekal setiap hari.
Berbeda dengan anak-anak yang baru mendapatkan menstruasi yang justru dianggap sebelah mata oleh teman-teman saya waktu SD dulu. Menstruasi dianggap sebagai sesuatu yang kotor sekali, iya konon katanya kalau seseorang yang sudah menstruasi menginjak kaki kamu maka cepat atau lambat kamu akan segera menstruasi. Sebuah teori aneh yang dipercaya oleh teman-teman SD saya dulu. Beberapa teman saya yang sudah mendapatkan menstruasi perdana, sebagian besar dari mereka merasa malu dan menutup-nutupi menstruasinya, namun hal itu berbeda dengan Amira yang secara blak-blakan mendeklarasikan bahwa dirinya memiliki maag.
Maag jadi terlihat lebih keren di mata kami waktu kecil dibandingkan menstruasi, padahal menstruasi adalah tanda kalau seseorang sudah memasuki masa akil balig atau kata ibu saya, sudah memasuki masa jangan meninggalkan ibadah karena dosanya sudah ditanggung sendiri. Sedangkan sakit maag adalah tanda kalau kamu tidak boleh makan-makanan yang terlalu asam, pedas karena lambungmu tidak kuat.
Beberapa tahun kemudian hal yang saya anggap keren sekali waktu kecil terkabul, saya resmi kena maag tepat di masa SMA. Ironisnya, saya merasa kalau sakit maag ini sudah nggak ada keren-kerennya sama sekali dan super merepotkan. Saya jadi harus menjaga makanan, jadwal makan saya harus teratur, dan saya harus selalu sedia obat maag di tas jika sewaktu-waktu penyakit ini kambuh. Kalau kambuh, akibatnya aktivitas saya sering kali terganggu.
Kenapa punya maag dianggap sesuatu yang keren sekali ya sewaktu kecil? Mungkin karena waktu kecil, hal-hal yang berbeda atau unik terlihat sangat mengagumkan di mata anak kecil. Misalnya, saat saya bisa memelintir kebalik lidah saya, satu-satunya orang yang antusias dan mengatakan kemampuan saya bak superman adalah sepupu saya yang umurnya 5-7 tahun. Sederhana bukan? Membuat anak kecil terkagum hanya dengan memelintirkan lidah, hahaha.
Anak kecil itu sederhana, mereka menyukai hal-hal unik yang tidak bisa dilakukan oleh anak-anak seusianya. Begitu pula sakit maag, coba hitung sewaktu SD dulu ada berapa teman kamu yang punya penyakit ini, jarang sekali bukan? Sama saja seperti orang dewasa yang berlomba berburu barang-barang yang limited (terbatas) mulai dari mainan action figure sampai sepatu, ya hal itu juga ada di pemikiran anak kecil.
Sakit maag sesuatu yang jarang sekali ditemui, sekalinya ditemui pasti seseorang tersebut membutuhkan penanganan yang khusus seperti tidak boleh jajan sembarangan, makan harus tepat waktu, dan bisa tiduran di UKS kalau lagi kambuh. Di mata anak kecil, hal itu merupakan sebuah keistimewaan, kapan lagi bisa pergi cuma-cuma ke UKS di jam pelajaran? Penyakit ini juga bisa juga dimanfaatkan sewaktu bermain dengan teman-teman biar jadi anak bawang, “Eh aku punya maag, mainnya jangan ngenain aku ya.” Bisa ae lu tong!
Buat kamu yang membaca ini dan dulu waktu kecil punya cita-cita yang bisa dibilang unik seperti saya yaitu punya sakit maag, gimana kabarnya sekarang, sudah berhasil? Hiii… jangan sampai ya, merepotkan!
BACA JUGA Mengenal Maskne, Jerawat yang Muncul karena Masker dan tulisan Fanisa Putri lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.