Rurouni Kenshin: The Beginning, tentang Masa Lalu Battosai yang Kelam dan Dilematis

Rurouni Kenshin: The Beginning, tentang Masa Lalu Battosai yang Kelam dan Dilematis terminal mojok.co

Rurouni Kenshin: The Beginning, tentang Masa Lalu Battosai yang Kelam dan Dilematis terminal mojok.co

Bulan Juni-Juli 2021 seakan menjelma menjadi surga dunia bagi para pencinta Samurai X. Betapa tidak, belum hilang hype dan bayang-bayang apiknya Rurouni Kenshin: The Final yang tayang pada 18 Juni 2021 lalu. Di penghujung Juli 2021, Netflix langsung menayangkan sekuelnya, Rurouni Kenshin: The Beginning. Terkait hal ini, tentu saja, masih lekat dalam ingatan kita—bagi siapa pun yang sudah menonton sekuel sebelumnya, The Final—bagaimana duel yang apik sekaligus epik tersaji saat Kenshin melawan Yukishiro Enishi.

Pada trailer yang sudah tayang dan bisa ditonton bebas oleh khalayak, sudah jelas bahwa salah satu hal yang ingin diceritakan dalam sekuel ini adalah tentang bagaimana Kenshin mendapatkan tanda X pada pipi kirinya. Tentu ini bukan sekadar untuk keren-kerenan. Ini salah satu bagian yang paling menarik dalam sekuel ini. Pasalnya, sebagian penggemar Samurai X masih ada yang menerka-nerka: bagaimana tanda X bisa muncul di pipi kiri Kenshin? Seperti apa sejarah sekaligus filosofisnya?

Film ini dibuka dengan sangat apik. Ia memperlihatkan betapa mengerikan sekaligus brutalnya seorang Kenshin Himura sebagai Battosai. Khusunya, bagi siapa pun yang menghalangi jalannya dalam menggulingkan suatu era. Wajar saja, sebab sejak awal, Kenshin Himura memang dikenal sebagai pembunuh bayaran sekaligus pemberontak pada Restorasi Meiji dari era Shogun.

Selain itu, Rurouni Kenshin: The Beginning juga menceritakan tentang bagaimana Kenshin bertemu dengan cinta pertamanya, Tomoe Yukishiro. Di sekuel sebelumnya, sebetulnya sudah ada kilas balik tipis-tipis mengenai hubungan Kenshin dan Tomoe. Ini melalui ingatan Yukishiro Enishi, adik Tomoe, yang ingin balas dendam kepada Kenshin. Nah, bagaimana awal mula Enishi punya dendam kesumat dan sangat membenci Kenshin pun dijelaskan secara rinci dalam sekuel ini.

Namun, jangan berprasangka terlebih dahulu sebelum menonton secara utuh Rurouni Kenshin: The Beginning. Meski menceritakan kisah asmara Kenshin dengan Tomoe secara rinci sekaligus bagaimana selipan drama yang ada di dalamnya terjadi, jangan mengira ada banyak adegan romantis yang bisa kalian lihat. Pasalnya, alih-alih demikian, kisah-kasih Kenshin dan Tomoe ini terbilang cukup pelik dan rumit—apalagi jika ditelaah dari sudut pandang Tomoe. Cinta, tapi benci. Benci, tapi terlanjur cinta. Hiks. Ruwet.

Tidak seperti Rurouni Kenshin: The Final, tempo The Beginning lebih lambat dan tidak menggebu-gebu. Bahkan, di 50 menit pertama, belum terlihat adegan duel yang greget dan memacu adrenalin. Namun, ia masih tetap asyik untuk ditonton. Pasalnya, sang sutradara, Keishi Ohtomo, masih mempertahankan ciri khas yang sama: alur cerita runut dengan konflik rumit, tapi tetap mudah dicerna oleh para penonton. Bahkan, bagi siapa pun yang baru menonton kali pertama, tanpa perlu menonton sekuel sebelumnya.

FYI, masa lalu Kenshin yang sangat kelam sekaligus dilematis pun dikupas-tuntas pada sekuel ini. Bagaimana sebetulnya ia sudah ingin berhenti menjalani hidup sebagai pembunuh bayaran. Namun, di sisi lain ia tetap harus menjalankan tugasnya sebagai pemberontak untuk mencapai era baru yang ideal bagi kelompoknya.

Secara keseluruhan, pada Rurouni Kenshin: The Beginning—jika kalian sudah menontonnya juga—mari bersepakat bahwa hampir tidak ada pertempuran menggebu-gebu seperti yang dipertontonkan dalam sekuel The Final sebelumnya. Terbilang minim duel satu lawan satu dan lebih menekankan dialog antar karakter. Juga, lebih menonjolkan bagaimana hal ini dan itu bisa terjadi. Itulah kenapa, saya sangat menyarankan bagi kalian yang ingin menonton, alihkan fokus kepada dialog. Agar kita bisa lebih memahami asal-muasal suatu konflik pada film ini.

Dalam Rurouni Kenshin: The Beginning, duel yang apik—meski terbilang minim—justru tersaji saat Kenshin menjelma menjadi seorang Battosai dan pada bagian akhir. Tidak begitu intens, tapi ini betul-betul mendebarkan dan tidak sedikit mempertontonkan pembantaian yang membikin ngilu.

Satu yang pasti, lebih banyak pertumpahan darah sekaligus sabetan-tusukan-hantaman katana di beberapa adegannya. Ya, boleh dikategorikan gore versi lunak, lah. Sebab, meskipun begitu, masih bisa ditonton oleh mereka yang kurang menyukai film dengan adegan cukup sadis dan tanpa ampun.

Pada akhirnya, kisah kasih antara Kenshin dan Tomoe dalam sekuel The Beginning betul-betul persis seperti apa yang dikatakan oleh Tatsumi—lawan terakhir Kenshin dalam serial ini. Bahwa, “Cinta dan benci seperti mata uang. Dan koin adalah karmanya.”

Sumber Gambar: YouTube FilmIsNow Action Movie Trailers

BACA JUGA ‘Rurouni Kenshin: The Final’, Live Action Terbaik yang Dibuat Persis Anime Aslinya dan artikel Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version