Rumah saya memang cuman sepelemparan batu dari pabrik Gudang Garam, tapi harga rokok Surya di rumah saya nggak lebih murah juga kali!
Saya memiliki rumah di desa yang kurang cukup terkenal, bahkan bagi masyarakat Kediri. Daerah tersebut adalah Desa Putih Kecamatan Gampengrejo. Desa tersebut biasa saja dan mungkin asing, karena tidak ada yang mencolok dari desa tersebut. Hanya saja di selatan desa saya, terdapat pabrik salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia: Gudang Garam.
Bagi saya, menjadi tetangga-desa perusahaan rokok terbesar merupakan sebuah keuntungan tersendiri jika ditanya perihal alamat rumah. Biasanya saya cukup menjawab “Lor-e (utaranya) Gudang Garam”, orang akan lebih mudah memahami daripada harus menyebutkan nama desa saya.
Mungkin pembahasan perihal alamat rumah tidak akan selesai di sini. Masih ada pertanyaan lainnya yang mungkin bagi saya adalah pertanyaan template. Yaitu terkait berapa harga rokok Surya di sana.
Tidak bisa kita pungkiri bahwa rokok Surya merupakan rokok yang cukup enak dan elegan bagi kalangan perokok. Rasanya yang khas dan belum ada yang menyamai menjadikan rokok Surya menjadi primadona rokok dalam tukang udud. Akan tetapi, sebagaimana peribahasa Jawa, “Ono roso, ono rego”, harga rokok Surya kian hari kian tinggi.
Harga 1 pack Surya isi 12 batang sekarang mencapai Rp25 ribu. Sedang untuk Surya ketengan, per batangnya sekarang mulai Rp2,5-3 ribu. Hal itu yang menjadi sambatan para perokok hari ini.
Harga rokok Surya tetap sama, meski rumah saya dekat pabriknya
Kembali lagi pada pembahasan alamat rumah, saya sering ditanya perihal harga rokok Surya di daerah saya, apakah lebih murah atau sama saja. Bagi saya itu adalah pertanyaan tidak masuk akal pada abad ini.
Mereka mengira kalau semakin dekat dengan pabrik Gudang Garam, maka harga produknya lebih murah daripada daerah lainnya. Ada lagi pertanyaan yang lebih ndak mashok, yaitu apakah saya kalau beli rokok Surya langsung ke pabriknya. Hadeh.
Di sini saya akan mengklarifikasi atas pertanyaan-pertanyaan lucu tersebut. Pertama, tidak ada zonasi dalam dunia rokok. Jika sekolah hari ini menerapkan sistem zonasi, orang yang lebih dekat dengan sekolah akan lebih diutamakan, itu tidak berlaku pada rokok, teman-teman. Mungkin kalian harusnya belajar terkait mata rantai distribusi.
Baca halaman selanjutnya: Distribusi langsung dan tidak langsung…
Mata rantai distribusi
Terdapat dua jenis mata rantai distribusi, yaitu langsung dan tidak langsung. Mata rantai langsung adalah kegiatan penyaluran hasil produksi langsung dari produsen ke konsumen tanpa pihak perantara. Sedang mata rantai distribusi tidak langsung yaitu adanya pihak ketiga dalam kegiatan distribusi, yaitu agen, pengecer, pedagang besar.
Dalam mata rantai tidak langsung ini, terdapat lebih banyak komponen yang menyalurkan dari produsen ke konsumen. Sekelas perusahaan Gudang Garam, tak mungkin menggunakan distribusi langsung. Sudah jelas, konsumen atau orang-orang penikmat rokok Surya seperti kita tidak mungkin membeli rokok dalam skala besar, kecuali untuk dijual kembali.
Sedang di lain sisi, perusahaan ingin penjualan rokok dalam jumlah besar. Maka dari itu diperlukan pihak ketiga, berupa agen atau pedagang besar untuk mendistribusikan dalam skala luas dan penjualan besar.
Pembeli-pembeli rokok tinggal membeli rokok di toko-toko kelontong terdekat, tanpa harus bingung memenuhi target penjualan besar dari perusahaan. Jadi, jarak antara pembeli dan pabrik tidak menentukan harga jual ya, teman-teman.
Sedekat apa pun rumah saya dengan pabrik Gudang Garam, saya tetap membelinya di toko kelontong, kok. Pun juga dengan toko kelontong, mereka juga tidak membelinya langsung dari pabrik, melainkan sales atau toko besar. Bahkan toko besar pun mendapat barang tidak langsung dari pabrik, melainkan dari agen.
Jika masih ada yang berpikiran harga rokok Surya lebih murah di rumah saya, ya kali masak saya belinya langsung ke pabriknya sambil bilang “Lek, tumbas uthilan!”
Penulis: Mohammad Sirojul Akbar
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Surya 12 Bukan Lagi Rokok Tukang, Kemahalan, Bro!