Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Rumah Gadang Pakai Atap Seng, Sebuah Siasat Menghadapi Tuntutan Zaman

Dyan Arfiana Ayu Puspita oleh Dyan Arfiana Ayu Puspita
22 Mei 2023
A A
Rumah Gadang Pakai Atap Seng, Sebuah Siasat Menghadapi Tuntutan Zaman

Rumah Gadang Pakai Atap Seng, Sebuah Siasat Menghadapi Tuntutan Zaman (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Rumah gadang sekarang katanya pakai atap seng. Lho, kok bisa?

Memiliki 17.508 pulau yang dihuni lebih dari 360 suku bangsa membuat Indonesia kaya akan keberagaman budaya. Keberagaman tersebut meliputi bahasa, tari daerah, upacara adat, senjata tradisional, makanan, termasuk rumah adat.

Nah, berbicara tentang rumah adat, dari puluhan rumah adat yang ada di Indonesia, bisa jadi kita hanya familiar dengan beberapa nama rumah adat saja. Coba saya tanya. Kalian tahu tidak bahwa ada rumah adat di Indonesia yang bernama rumah dulohupa, tambi, baloy dan banuan tada? Hayo, harus mikir dulu, kan? Dari provinsi mana, ya, rumah adat tersebut berasal?

Beda kalau yang ditanyakan adalah rumah gadang. Wah, dijamin hampir semua orang tahu dari provinsi mana rumah gadang berasal. Bahkan, kita bisa dengan lugas mendeskripsikan tampilan luar rumah adat tersebut. Maklum, hampir saban hari kita melihat ilustrasi rumah gadang di rumah makan nasi padang. Jadi, sudah hafal, Lur.

Namun, soal rumah gadang ini, tahukah kalian bahwa rumah adat suku Minangkabau ini menggunakan seng sebagai atapnya? Hmmm, kira-kira kenapa, ya? Apa nggak berisik banget kalau pas hujan turun lagi deres-deresnya?

Sejarah

Penasaran, saya coba tanya dengan salah satu kawan dunia maya, orang Minang, yang sekarang bekerja di Bandung. Dia membenarkan jika saat ini, sebagian besar rumah gadang memang menggunakan seng sebagai atapnya. Namun, seng tersebut tidak digunakan begitu saja, melainkan ada alasannya.

Menurut kawan saya, rumah gadang awalnya menggunakan ijuk sebagai bahan utama atap. FYI, ijuk adalah serat kasar warna hitam yang berasal dari batang pohon aren. Ijuk digunakan sebagai penutup atap karena sifatnya yang menyerap panas. Sehingga, panas sinar matahari tidak langsung masuk ke ruangan. Pada saat bersamaan, ijuk juga sempurna untuk menyimpan panas. Alhasil ketika musim hujan turun, suhu ruang tetap terjaga kehangatannya.

Adapun proses pembuatan atap menggunakan ijuk yaitu dengan menyusunnya lalu diikatkan dengan tali rotan pada reng-reng bambu. Selain ijuk, terkadang ada pula rumah gadang yang menggunakan rumput jenis alang-alang sebagai penutup atap.

Baca Juga:

Konten tidak tersedia

Baik ijuk maupun alang-alang dipilih sebab kala itu bahan itulah yang mudah untuk dijumpai oleh masyarakat sekitar. Atap ijuk juga terbukti dapat bertahan selama puluhan tahun asal mendapatkan pemeliharaan yang tepat. Selain itu, penggunaan ijuk juga sesuai dengan filosofi Minang yang berbunyi “Alam takambang jadikan guru”. Maksudnya, masyarakat belajar dan berguru kepada alam untuk beradaptasi dan mengolahnya duna kepentingan hidup.

Susah didapat

Sayang, lambat laun bahan ijuk ini mulai susah untuk didapat. Alhasil, masyarakat Minang mencoba untuk menemukan penggantinya. Kemudian, dipilihlah seng sebagai pengganti. Sebagai material bangunan untuk bagian atap rumah, seng memiliki kelebihan di antaranya lebih murah, mudah secara teknis pemasangan, efisiensi waktu pengerjaan, serta memiliki pengaliran air hujan yang lebih baik sehingga menghindari kebocoran. Meskipun, yah, tidak bisa dimungkiri kalau doi juga punya kelemahan, yaitu mudah berkarat, menyerap panas saat musim panas dan menyimpan dingin saat musim hujan.

Namun, berhubung bahan ijuk semakin susah didapat, tak ada pilihan lain selain beralih menggunakan seng sebagai material atap rumah. Apalagi, seiring berjalannya waktu, mulai sedikit warga yang bisa merakit ijuk menjadi atap rumah gadang. Hiks. Lagi-lagi itulah yang menjadi permasalahan pelestarian budaya di negeri ini. Soal mampetnya regenerasi.

Rekomendasi rumah gadang

Meskipun kini mulai banyak rumah gadang yang menggunakan material seng sebagai atapnya, tapi rumah gadang tidaklah kehilangan pesonanya. Ia tetaplah menjadi salah satu destinasi yang wajib untuk dikunjungi manakala kita berpetualang ke Sumatera Barat. Apalagi, rumah gadang sarat dengan filosofi yang dijamin akan membuatmu semakin menghargai kekayaan budaya negeri ini.

Menurut Mbak Dessy Listiani—penulis Terminal yang sekarang berdomisili di Padang, salah satu rumah gadang yang tidak boleh terlewat untuk dikunjungi adalah rumah gadangnya Bustanil Arifin yang ada di Padang Panjang Sumatera Barat.

Alasannya, rumah gadang ini memiliki bangunan yang sangat terawat dengan apik. Lingkungan sekitarnya yang asri membuat setiap langkahmu akan ditemani dengan semilir angin sepoi-sepoi. Auto nggak mau pulang. Bikin betah banget! Bukan hanya itu saja. Di rumah gadang Bustanil Arifin ini juga ada tour guide berpengalaman yang siap untuk menuntaskan dahagamu tentang sejarah dan makna filosofis yang ada pada setiap detail rumah gadang.

Ah, iya, lupa. Ada satu pertanyaan tentang atap seng yang belum terjawab. Yaitu, apakah saat hujan nggak berisik? Hahaha… Ternyata, tidak berisik, Gaes. Kan atap tumah gadang tinggi banget. Jadi, suara hujan yang turun tidak akan terlalu mengganggu penghuninya.

Jadi, tunggu apa lagi? Beli tiket Coldplay aja sanggup, masa jelajah budaya nggak sanggup? Chuakkkss.

Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 5 Hal Baru yang Saya Temukan setelah Menikah dengan Orang Minang

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 22 Mei 2023 oleh

Tags: atapijukrumah gadangseng
Dyan Arfiana Ayu Puspita

Dyan Arfiana Ayu Puspita

Alumnus Universitas Terbuka yang bekerja sebagai guru SMK di Tegal. Menulis, teater, dan public speaking adalah dunianya.

ArtikelTerkait

Konten tidak tersedia
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
Indomaret Tidak Bunuh UMKM, tapi Parkir Liar dan Pungli (Pixabay)

Yang Membunuh UMKM Itu Bukan Indomaret atau Alfamart, Tapi Parkir Liar dan Pungli

6 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.