Sleman itu kan luas
Jadi gini, lho, Gaes. Sleman kan luas, ada Seyegan, Moyudan, Minggir, Tempel, Turi, Cangkringan, Ngemplak, Kalasan, dll. Sementara kampus yang ada di Sleman itu kan juga menyebar ya keberadaannya, ada di UII, UGM, UIN, UNY, dan semuanya itu kebanyakan berada di area Sleman bawah. Lha coba kalau ada mahasiswa yang rumahnya di Tempel atau Cangkringan sana, tapi kuliah di UGM, apa nggak kejauhan kalau setiap hari nglaju ke kampus? Jarak dari rumah saya ke kampus saja sekitar 18 km, atau bisa ditempuh sekitar 30 menit. Lumayan kan jaraknya?
Ada yang lebih ekstrem lagi yang dialami beberapa teman saya dari Gunungkidul. Mereka juga kerap mendapat pertanyaan serupa, “Wong Jogja (baca: DIY) kok ndadak ngekos ngopo?” Ya bener sih Gunungkidul—atau sapaan akrabnya Jogja Lantai 2—juga masih masuk area Jogja (DIY), tapi ya kejauhan kalau harus nglaju dari Gunungkidul ke kampus yang ada di Depok Sleman, dong. Kulonprogo juga masih Jogja, Bantul selatan dekat Parangtritis juga masih Jogja. Jogja tuh luas, lho, kalau kita bicara soal DIY-nya!
Makanya kalau saya pulang ke rumah di Sleman bagian utara sana, saya menganggapnya mudik juga. Menyebrangi batas kota soalnya, Gaes. Intinya, kalau kalian mahasiswa yang mengalami hal serupa kayak saya, mau nglaju dari rumah atau kos ya terserah. Kalau nglaju dirasa lebih worth itu, ya nggak apa-apa. Atau mau kos monggo saja. Yang nggak bagus itu kalau merasa lebih baik dari yang lain.
Jauh dekat itu masalah rasa saja kok, dan rasa nggak pernah bohong. Selamat mudik, para perantau tanggung!
Penulis: Nur Muhammad Ikhsanun
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Tanpa Coffee Shop, Sleman Bakal Disesaki Manusia Stres dan Hopeless.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.