Ronaldo vs Messi: Fanatisme Paling Toxic dalam Dunia Olahraga

Surat Kecil untuk Cristiano Ronaldo: Pergilah Kasih, Kejarlah Keinginanmu messi

Cristiano Ronaldo (Fabrizio Andrea Bertani via Shutterstock.com)

Praktis ketika peluit akhir pertandingan dibunyikan, peperangan Cristiano Ronaldo vs Lionel Messi di media sosial pun dimulai. Hingga Piala Dunia berakhir, atau malah setidaknya lima tahun ke depan, kita sepertinya akan melihat perdebatan tentang kedua pemain dalam tataran yang lebih intens lagi.

Perdebatan yang berlangsung sudah belasan tahun ini sepertinya tak terlihat akhirnya, bahkan tak terlihat mereda ketika Argentina melaju ke final Piala Dunia. Jujur saja, perdebatan kedua fans pemain ini sebenarnya amat memuakkan. Tak ada yang benar-benar mau mengakui bahwa kedua pemain ini, sebaiknya dinikmati saja permainannya.

Saya jujur nggak tahu kenapa perdebatannya harus berlanjut dan berlarut. Entah berada di pihak Ronaldo atau Messi, kalian harusnya tak bisa memungkiri bahwa dua pemain tersebut memang sama-sama hebat. Sehebat-hebatnya mentalitas dan konsistensi Ronaldo dalam meng-upgrade diri, kau harusnya mengakui bahwa Messi, adalah personifikasi dari keajaiban itu sendiri. Begitu juga sebaliknya.

Padahal sebelum Messi vs Ronaldo, ada dua GOAT yang juga diperdebatkan, meski tak seintens mereka. Dulu, orang-orang memperdebatkan siapa yang lebih influential, Johan Cruyff atau Franz Beckenbauer. Tapi semua orang sepertinya sepakat, kedua orang ini sama-sama jago, sama-sama punya peran yang begitu besar pada dunia sepak bola, dan sepak bola modern berutang besar pada mereka. Beckenbauer meletakkan pondasi sepak bola modern, Cruyff mengajarkan kita bahwa sepak bola bisa dimainkan dengan begitu presisi dan indah dalam satu waktu.

Seharusnya, fans Messi dan Ronaldo bisa seperti fans Cruyff dan Beckenbauer. Mau sekeras apa kau ngefans, harus dipahami bahwa debat-debat seperti ini hanya percuma. Cukup jadi argumen panas waktu ngopi, nggak perlu sampai berbusa-busa dibawa ke media sosial. Nggak perlu juga dicari pemenangnya.

Memangnya kalau Ronaldo lebih jago, kenapa? Kalau Messi lebih berprestasi, kenapa?

Fans Ronaldo tentunya tak peduli dengan prestasi Messi yang sukses membawa timnasnya ke laga final Piala Dunia untuk kedua kalinya dalam satu dekade terakhir karena menurut mereka, Ronaldo adalah yang terbaik. Sebaliknya, fans Messi tentunya tak peduli dengan raihan rekor individu Ronaldo yang jauh lebih banyak dibandingkan Messi karena menurut mereka, Messi adalah yang terbaik.

Harusnya berhenti di situ saja. Cukup. Tak perlu bawa kehidupan pribadi, tak perlu bawa stats yang itu-itu saja.

Entah Messi nanti berhasil jadi juara, atau Ronaldo akhirnya berakhir di tim gurem, sama saja. Tinggal akui saja, kedua pemain tersebut sama-sama gila dan sama-sama bergelimang trofi. Mereka sendiri tak mau berdebat siapa yang lebih jago. Katakanlah Argentina digulung Prancis nantinya, Messi akan menangis di jet pribadi dan mencoba melupakannya di Maldives, atau Paris, atau tempat indah di Buenos Aires sana. Sedangkan Ronaldo, akan tetap berlari di treadmill, setelah itu pulang ke salah satu mansionnya, yang punya bak mandi seharga rumahmu.

Sedangkan kalian-kalian yang debat ini, menyesap kopi murah yang hampir tinggal ampasnya, lalu rebahan di kasur yang sudah melengkung, mencoba mencari argumen kenapa Ronaldo begitu menyedihkan kariernya.

Dude, grow the fuck up.

Penulis: Raden Muhammad Wisnu
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Lionel Messi, Paripurna di Bawah Kolong Langit Sepak Bola

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version