Katanya, rokok Luffman ini mirip Marlboro merah dari segi rasa. Padahal aslinya mah kayak sampah!
Mengeluh adalah salah satu aktivitas yang sejak dulu, tak pernah hilang dari hidup para perokok. Naiknya harga barang yang menghasilkan asap kenikmatan itu menjadi salah satu alasan mengapa para perokok mengeluh.
Yap, saya juga melakukan hal yang sama. Saya sudah merokok sejak SMA. Dari harga Surya 12 masih Rp12.000 sampai saat ini dengan harga Rp24.000. Sudah naik dua kali lipat dan tentu saja, mengeluh adalah hal yang wajar.
Bukan hanya Surya 12 saja yang harganya naik, tapi kenaikan harga juga berlaku untuk rokok lainnya. Alih-alih berhenti, saya mencoba beberapa jenis rokok baru. Mulai dari yang legal dengan bea cukai sampai dengan yang ilegal.
Dan yang ingin saya bicarakan adalah rokok ilegal, utamanya Luffman. Saya punya harapan yang tinggi pada rokok ini.
Beberapa review mengatakan bahwa rasa dari rokok itu mirip dengan Marlboro Merah. Tentunya, perokok manapun jadi tertarik untuk mencobanya. Beberapa kawan yang saya miliki juga menyarankan untuk mencoba Luffman ini karena mereka bilang cukup enak untuk ukuran rokok ilegal.
Daftar Isi
Luffman murah meriah
Ada dua hal yang diunggulkan. Selain katanya mirip Marlboro, harga dari rokok ini juga sangat murah meskipun hanya bisa dibeli lewat marketplace. Harganya hanya sekitar Rp 60.000. Mahal? Bentar dulu.
Dengan harga segitu, saya bisa dapet satu slop atau sepuluh bungkus rokok. Yap, jadi harganya sekitar Rp6.000-an saja. Ditambah ongkir jadinya sekitar Rp100 ribuan. Masih worth lah saya pikir.
Dengan perasaan penuh harap, saya pun menunggu kedatangan dari rokok murah yang rasanya mirip Marlboro Merah ini. Setelah beberapa hari, rokok pesanan saya datang dan kebahagiaan hanya satu-satunya kondisi yang bisa saya rasakan. Paketnya datang sore hari, artinya saya harus menunggu sampai waktu berbuka tiba.
Saya pun udah nggak beli lagi rokok yang biasanya diisap, karena mikirnya rokok Luffman ini sudah bisa menggantikannya.
“Udah murah, dan katanya, rasanya enak pula,” pikir saya.
Penantian yang sia-sia
Rokok Luffman ini kan ilegal, ya. Lalu saya juga pernah baca kalau ada banyak rokok Luffman yang disita dan ketahuan petugas bea cukai dan pihak berwajib. Akhirnya ada cukup banyak rokok Luffman dengan nilai milyaran yang dipotong jadi dua, dihancurkan, dan dibuang. Ini juga memperkuat harapan saya dengan rokok ini. Saya mikir kalau rokok ini sampai ketemu dan dihancurkan, mungkin rasanya seenak itu. Tapi ternyata nggak juga.
Harapan sering hanya jadi harapan, dan kenyataan adalah pil pahit yang paling dirasakan. Berlaku juga ketika saya mencoba rokok Luffman ini. Pahit, pahit banget malah. Di sini saya mungkin disadarkan, bahwa nggak semua review dari entah itu komunitas rokok atau mungkin mulut teman bisa dipercaya. Nggak semua rekomendasi itu bisa diikuti, dan nggak semua saran bisa diterapkan. Terbukti dari ketika saya mencoba rokok Luffman ini.
Luffman nggak mirip Marlboro Merah, tapi mirip sampah
Mungkin sub judul ini udah bisa jelasin. Yap, rasanya benar-benar nggak seperti yang saya bayangkan yakni rasa Marlboro Merah. Tapi lebih mirip ke rasa sampah.
Saya pernah mencoba beberapa rokok ilegal dengan brand yang cukup bikin ketawa. Ada rokok merk Dalil, Gudang Gudang, bahkan yang paling lucu adalah rokok dengan merek Gran Max yang rasanya memang seperti asap knalpot.
Tapi serius, kalau rokok Luffman ini lebih mirip rasa sampah. Pas kecil saya sering penasaran dengan rokok. Akhirnya saya nyoba bikin rokok sendiri mulai dari pakai klobot atau kulit jagung, kertas buku tulis yang digulung, sampai dengan sampah dari daun kering yang bisa ditemukan di depan rumah.
Nah, rokok Luffman ini mirip yang terakhir. Cuma ditambahin filter dan lebih halus saja. Rasa Marlboro Merah yang begitu candu, sebaiknya tidak dibandingkan dengan rasa rokok Luffman ini karena bukan 11-12, tapi 11-10.000. Jauh banget rasanya. Nggak percaya? Monggo dicobain sendiri.
Eh jangan, rokok ilegal. Baiknya jangan dibeli. Biar saya saja yang kebagian dosa.
Harapan, kenyataan, dan doa
Yap, saya menyesal telah membelinya. Saya hanya mencoba satu batang saja. Lebih parah dari itu, dua tiga isapan saja. Setelah itu batangan rokok Luffman langsung saya buang karena sama sekali nggak ada mirip-miripnya dengan Marlboro Merah.
Manusia hidup bukan hanya untuk harapan-harapan. Tapi juga menahan kekecewaan dari kenyataan. Begitu juga ketika harapan saya pupus dan kenyataan rokok Luffman yang demikian. Pedih, pak.
Reviewnya bagus, kenyataannya nggak enak mampusss. Saya pun akhirnya mengambil keputusan untuk tetap merokok merk yang biasa saya gunakan. Yang enak, legal, dan juga cukup mahal bagi saya. Memang perkara rokok, wajib legal. Memang cukainya mencekik dan akan dibuat mencekik (dengan alasan apa pun, yang penting mahal). Tapi setidaknya sih terjamin rasanya.
Setelah mencobanya, setiap hari akhirnya berdoa agar rezeki bisa tercukupi untuk menikmati anugerah tembakau yang telah Tuhan tumbuhkan di dunia ini. Semoga bisa beli rokok-rokok enak, yang legal, meskipun sedikit mahal.
Penulis: Firdaus Al Faqi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Jauhi Rokok Ilegal, Dekati Tingwe