Ribet Pakai iPhone, Setelah 5 Bulan Saya Memilih Pakai Android Lagi

Ribet Pakai iPhone, Setelah 5 Bulan Saya Memilih Pakai Android Lagi

Ribet Pakai iPhone, Setelah 5 Bulan Saya Memilih Pakai Android Lagi (Unsplash.com)

Sejak awal tahun ini, saya yang pengguna Android tulen mulai beralih memakai iPhone. Awalnya, saya merasa bahwa iPhone ini oke banget, nggak lemot, dan sat-set gitu. Tapi, setelah lima bulan pemakaian, saya justru merasa lebih mending pakai Android saja ke mana-mana.

Jujur saja, bukan karena saya memang terbiasa dengan Android, tapi karena iPhone nggak mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan saya. Alhasil, kini saya justru menggunakan dua hape, Android dan iPhone, meski yang sering banget dipakai tetaplah Android.

#1 Ribet jaga battery health iPhone

Salah satu hal yang sampai sekarang masih sering bikin saya kaget sekaligus geli adalah para pengguna iPhone yang suka banget membangga-banggakan Battery Health-nya. Iya, mereka bangga banget kalau kapasitas kesehatan baterainya masih 100% setelah dipakai berbulan-bulan.

Bahkan, saya sampai menemukan beberapa utas di X yang berbagi cara-cara untuk menjaga kesehatan baterai tetap awet. Misalnya selalu mengecas saat baterai berada di kisaran 20% dan dilepas saat sudah mencapai 80%. Selain itu, screen time-nya juga harus di bawah enam jam dan terpenting nggak boleh dipakai saat sedang dicas. Kalau sampai battery health-nya turun, siap-siap hapenya sering panas pas dipakai. Pokoknya ribet banget, deh.

Hal tersebutlah yang bikin saya males pakai iPhone. Soalnya, seumur-umur jadi pengguna Android, saya belum pernah sekalipun melihat ada yang membangga-banggakan battery health-nya sampai bikin trik biar baterainya awet. Pakai Android jelas perawatannya lebih gampang, bebas dipakai sampai berjam-jam, dan terpenting nggak ribet.

Baca halaman selanjutnya: Susah transfer data dari laptop kentang…

#2 Susah transfer data dari laptop kentang ke iPhone

Seandainya saya pakai MacBook, mungkin saya nggak bakal ngerasain hal-hal semacam ini karena semuanya sudah ada di dalam iCloud. Gampang aksesnya karena sesama produk Apple. Tapi masalahnya, saya pakai laptop kentang dan ini bikin saya ribet berurusan dengan transfer data, dll. Mungkin bisa jadi karena saya saja yang masih gaptek dan kagok, jadi belum paham banyak hal.

Tapi intinya, iPhone dan laptop kentang bukanlah kombinasi yang pas. Jadi, saya memilih kembali pakai Android saja.

#3 Nggak enak dipakai buat streaming dan main game

Awalnya saya kira hanya saya yang punya perasaan seperti ini, namun ternyata kakak saya juga merasakan hal yang sama. Untuk urusan streaming seperti menonton film dan juga main game, kami lebih memilih pakai Android saja.

Selain baterainya lebih awet dan nggak gampang panas, saya juga nggak perlu sibuk ngecekin apakai screen time-nya sudah enam jam atau belum. Pokoknya terabas saja.

#4 Boros kuota

Salah satu kelebihan pakai iPhone yang sangat saya akui adalah kecepatannya yang luar biasa dan anti-lemot. Namun, karena nggak lemot ini jadi bikin pemakaian kuota saya boros banget. Untuk kaum mendang-mending macam saya, tentu saya jelas lebih memilih pakai Android.

Nggak apa-apa deh lemot dikit, yang penting bujet buat kuota per bulan saya nggak perlu nambah.

#5 Sering dipakai dan dipinjam orang lain buat selfie

Sudah bukan rahasia lagi kalau kameranya iPhone tuh bagus banget—dan saya mengakui ini. Namun, karena kameranya bagus, otomatis banyak yang mau numpang selfie dan foto-foto. Apalagi iPhone punya fitur andalan dan hanya dia sendiri yang punya: foto pakai fitur 0,5.

Sejak pakai iPhone, banyak banget teman dan tetangga saya yang numpang selfie dan berfoto. Saya sih awalnya biasa saja, tapi kok lama-lama jadi kesal, ya? Dikit-dikit pinjam hape, dikit-dikit minta difotoin, ngajakin selfie, dll., yang berakhir bikin galeri foto saya penuh.

Makanya kalau lagi jalan bareng, kadang saya lebih memilih bawa Android saja. Lebih aman dan bikin saya lebih bisa menikmati perjalanan.

#6 Dianggap orang kaya

Kasus yang baru-baru ini viral tentang pengguna KIP-K salah sasaran, rata-rata mereka adalah pengguna iPhone. Sampai hari ini juga, banyak orang yang masih berpikir kalau pemilik iPhone tuh adalah orang kaya. Padahal kenyataannya nggak selalu seperti itu, lho.

Jujur saja, saya belum merasa jadi orang kaya dan iPhone yang saya miliki ini adalah hape bekas dengan seri paling lawas yang dibelikan kakak saya. Tentu saja harganya murah, bahkan hampir sama dengan harga hape Android keluaran terbaru.

Jadi, anggapan kalau semua pengguna iPhone itu adalah orang kaya kayaknya perlu diubah, deh. Bisa saja kasusnya mirip-mirip macam saya. Tapi sayangnya banyak yang masih belum percaya bahkan dengan seenaknya menuduh orang lain pengguna iPhone ini berbohong.

Makanya saya lebih suka kelihatan sebagai pengguna Android saja karena males kena stigma yang aneh-aneh dari orang lain.

Penulis: Siti Halwah
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Hape Xiaomi Redmi A1, Ponsel Sejutaan yang Membuat Saya Melupakan iPhone 11 Pro.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version