Review Warteg Kharisma Bahari di Solo: Lauknya Beneran Banyak, Harganya Beneran Murah

Review Warteg Kharisma Bahari di Solo: Lauknya Beneran Banyak, Harganya Beneran Murah

Review Warteg Kharisma Bahari di Solo: Lauknya Beneran Banyak, Harganya Beneran Murah (Dokumentasi penulis)

Warteg Kharisma Bahari sudah muncul di Solo, apakah rasanya beneran enak atau sekadar hype doang?

Awal mula saya mengenal Warteg Kharisma Bahari bukan karena hype media sosial, tapi justru dari dari Esai dan Liputan Mojok. Gara-gara dua artikel tersebut, saya jadi penasaran sama Warteg ini.

Kedua artikel tersebut memberi tanggapan positif serta menjelaskan, kalau warteg tersebut memiliki varian masakan sekitar 30 menu. Saya selaku pembaca setia Mojok tentu dibuat penasaran oleh kedua artikel tadi. Rasa penasaran itu tak lega bila saya belum memvalidasi langsung, apa benar selengkap itu, dan apa benar warteg ini mampu menjadi sosok yang dibutuhkan orang-orang saat lapar di jam-jam malam?

Akhirnya, beberapa minggu lalu, saya melihat Warteg Kharisma Bahari sudah menunjukan wajahnya di Jalan Slamet Riyadi, Kartasura, dekat dengan rumah saya. Saya yang sering melewati jalan itu bertanya-tanya, sejak kapan Kharisma Bahari bertengger di sana? Rasanya seperti mimpi, warteg yang sempat diperbincangkan di Mojok, kini sudah berlabuh di Kartasura.

Sontak, saya berniat untuk segera berkunjung ke sana dan ingin merasakan ambience makan di warteg yang namanya sudah mentereng di Yogyakarta.

Menyambangi Warteg Kharisma Bahari

Sesampai di sana, saya mulai melihat dekorasi yang terpampang di depan warteg. Dekorasinya sama dengan foto yang pernah saya lihat di Mojok. Hanya saja, warteg yang satu ini berwarna hijau, menandakan kalau warteg ini versi yang biasa.

Pasalnya ada dua versi warna cat pada warteg ini. Yang satunya berwarna oranye, yang berarti premier ,dan yang satunya hijau seperti yang saya temukan sekarang. Walaupun ada dua versi, tapi tak ada perbedaan dari kedua warteg ni ini. Dua warna ini hanya sebagai penanda ciri khas masing-masing. Untuk warna oranye sudah ada di kawasan Pabrik Sritex.

Saat saya masuk ke dalam warteg, tempatnya bersih. Luasnya cukup untuk 15-17 pengunjung. Di dalam, ada dua etalase kaca yang melingkar, dan ada dua bangku panjang berwarna hijau yang mengitarinya. Saya pun mulai mendekat, mengintip etalase sembari kaki kanan melangkahi bangku hijau tersebut. Yaaa sama saja kayak Warteg Kharisma Bahari kebanyakan lah. Wong franchise.

Benar saja, menu yang disajikan sangat beragam dan berlimpah. Saya yang pertama kali berkunjung dibuat kebingungan dengan menu sayur dan lauk pauk yang disajikan. Ketika saya hitung ada 30 menu yang tersaji, pas, seperti yang tertulis di liputan Mojok. Itu belum menghitung lauk pauk goreng yang ada di etalase atas.

Baca halaman selanjutnya: Lauknya banyak banget…

Lauknya beneran banyak banget

Saat memilih lauk atau sayur, saya kebingungan. Jujurly, saya orang yang mikirnya lama kalau disuruh milih menu makan, rasanya seperti semua makanan sudah pernah saya icipi. Hanya saja untuk warteg ini, saya punya reaksi tersendiri. Warteg ini menawarkan menu masakan yang berbeda yang mungkin belum tentu saya temui di warung-warung lainnya di Solo Raya.

Baru kali ini, saya menemukan warung makan yang menyajikan sayur acar, otak balado, dan sambal goreng kerang. Menu ini jadi varian baru pada kamus menu makan saya. Dan ini kali pertama saya menjumpai menu baru itu. Biasanya acar menjadi pendamping atau topping, otak-otak menjadi kudapan tambahan, dan kerang biasanya dioseng-oseng.

Akhirnya saya memilih sambal terong balado dan otak-otak balado. Untuk minum, saya hanya memesan air putih segelas. Total, saya hanya menghabiskan uang 9 ribu rupiah. Oh iya, di Warteg Kharisma Bahari, air putih dan es teh gratis jika makan di tempat.

Untuk segi rasa, masakan yang ditawarkan warteg ini sangat cocok di lidah saya. Rasanya pas, tidak ada yang dominan. Pada dasarnya, saya suka makan masakan yang rasa asin dan manisnya pas.

Namun, soal harga, di WKB seperti warung pada umumnya. Tergantung kita makan pakai lauk apa dan harga menyesuaikan apa yang kita makan.

24 jam menemani warga Solo

Warteg ini buka 24 jam, cocok menjadi pelabuhan sebelum melaksanakan ronda. Apalagi anak kos yang sering begadang tengah malam, tiba-tiba merasakan perut keroncongan. Bila tak ingin makan nasi goreng atau ke burjo yang identik dengan destinasi kuliner malam, teman-teman bisa datang ke Warteg Kharisma Bahari.

Sebenarnya, selain Kharisma Bahari, ada juga warteg-warteg yang mulai berdiri di beberapa titik di Solo. Salah satunya di UMS. Di UMS saya menemukan warteg yang namanya hampir mirip, yakni Warteg Karunia Bahari di Jalan Menco Raya. Serta, warteg yang saya temui ketika lewat pertigaan Politeknik ATMI, namanya Warteg Makmoer.

Kemunculan warteg-warteg ini tentu, menambah riuh khazanah destinasi kuliner di Solo Raya. Pasalnya, sebelum warteg muncul di Solo Raya. Rumah makan padang murah dan burjo sudah lebih dulu meramaikan kuliner Solo Raya.

Kini warung yang berasal dari Tegal mulai mencoba peruntungannya di Solo Raya. Seperti liputan Mojok yang saya baca, Kharisma Bahari ingin menjajal peruntungan di Kota Solo dan Semarang. Terbukti, kini, mereka sudah sudah menancapkan diri di tiga tempat daerah Solo Raya. Tempatnya di Jalan Slamet Riyadi Kartasura, UMS, dan sekitar Pabrik Sritex. Kita tinggal menunggu warteg ini membuka satelit di UNS, UIN, dan beberapa titik ramai di Solo.

Mengingat, di Yogyakarta sudah ada 20 cabang yang berdiri di sana (Maret lalu). Apakah nantinya WKB sukses menginvasi Solo Raya seperti yang terjadi di Yogyakarta? dan masyarakat Solo Raya menyambut hangat warteg ini? Saya kira hanya waktu yang bisa menjawab.

Penulis: Akbar Maulana
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Pengalaman Makan di Warteg Kharisma Bahari Tegal dan Kekurangan yang Saya Rasakan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version