Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Film

Review Tokyo Revengers Live Action: Terburu-buru dan Sangat Melelahkan

Muhamad Iqbal Haqiqi oleh Muhamad Iqbal Haqiqi
24 Januari 2022
A A
Review Tokyo Revengers Live Action: Terburu-buru dan Sangat Melelahkan

Review Tokyo Revengers Live Action: Terburu-buru dan Sangat Melelahkan (instagram @encorefilms)

Share on FacebookShare on Twitter

Menaruh ekspektasi tinggi terhadap sesuatu dapat membawa seseorang pada rasa kecewa. Ekspektasi adalah soal harapan, keinginan, sementara realitas tak selalu selaras dengan hal itu. Ketika mengetahui bahwa Tokyo Revengers akan diadaptasi ke live action, saya tak ingin berekspektasi tinggi.

Mengingat banyak adaptasi anime dan manga yang zonk ketika diadaptasi jadi live action, terlebih apabila anime atau manga itu punya plot yang kompleks plus pengembangan karakter yang membutuhkan beberapa episode. Dan sesuai perkiraan, Tokyo Revengers memiliki nasib yang sama. Sebuah live action yang ketika ditonton terasa begitu nanggung dan melelahkan. Setidaknya ada tiga alasan untuk menguatkan argumen itu.

Plot cerita

Bagi kalian yang mengikuti secara intens Tokyo Revengers, baik manga maupun anime, akan mengetahui bahwa tema fantasi dan time traveler yang dijadikan sebagai pondasi cerita memiliki alur seperti labirin. Penuh misteri dan membuat kita penontonnya selalu menerka-nerka. Pengalaman cerita yang diberikan membuat kita sebagai penonton dibuat kebingungan sekaligus rasa penasaran dan antusias. Sayangnya semua pengalaman itu tidak akan didapat ketika menonton versi live actionnya.

Meski plot dan angle ceritanya dibuat sama, tapi banyak scene yang dilewatkan, bahkan diubah. Padahal di anime-nya menjadi set up penting dalam membangun cerita setelahnya. Scene yang dihilangkan misalnya ketika Takemichi berpapasan dengan Kisaki pada sore hari saat kembali ke masa lalu. Atau scene ketika Takemichi bertemu dengan Osanai di masa depan untuk mencari tahu tentang mobius.

Dua scene itu terlihat sepele, tapi punya peran penting dalam membangun konflik dan mengembangkan cerita. Scene penting lainnya yang dihilangkan adalah ketika Pah-chin menusuk Osanai. Scene ini krusial dalam menciptakan konflik antara Mikey dan Draken.

Konflik ini akan membawa kita pada upaya Takemichi memahami dua pentolan Geng Toman ini. Sehingga kita akan disuguhkan sedekat apa ikatan antara Mikey dan Draken. Pendekatan yang Takemichi lakukan juga sekaligus akan membangun relasi emosional dengan kedua tokoh tersebut. Selain itu, masih banyak scene penting lainnya yang dihilangkan sehingga sangat mengurangi cita rasa dari cerita yang disuguhkan oleh live action Tokyo Revengers ini.

Yang paling mengganggu dan disayangkan adalah diferensiasi sajian cerita ketika Takemichi bertemu dengan Naoto di sebuah taman. Dalam versi anime atau manganya, Takemichi mengamuk ketika Naoto diganggu oleh segerombolan berandal.

Di situ bisa dilihat bagaimana ganasnya Takemichi saat benar-benar marah. Scene inilah yang membuat Naoto menjadi respect dengan Takemichi. Melalui scene inilah, relasi antara Naoto dan Takemichi tercipta. Tapi di live actionnya, scene ini dibuat begitu aneh dengan jokes yang dipaksakan. Takemichi dibuat konyol lewat adegan jatuh terkena ayunan yang dia tendang.

Baca Juga:

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

5 SMK Unggulan di Klaten yang Menawarkan Jurusan dengan Prospek Karier Cerah

Perihal cerita, saya sepenuhnya sadar bahwa tidak mudah mengadaptasi Tokyo Revengers. Terlebih, plotnya begitu kompleks. Tapi, justru karena begitu kompleks, mengadopsi Tokyo Revengers secara mentah dalam durasi yang singkat menjadi pilihan yang kurang bijak. Terlebih dengan perubahan beberapa scene yang terkesan nanggung dan dipaksakan agar sesuai dengan durasi filmnya.

Mengapa tidak menghadirkan angle atau plot cerita yang berbeda sekalian? Misalnya seperti Crows Zero. Atau dibuat mini seri terlebih dahulu seperti High and Low? Mengapa semuanya harus dijejalkan dalam sebuah proyek film berdurasi kurang dari dua jam dengan ending yang begitu lempeng?

Ending-nya apalagi, oh Tuhan…

Tokoh yang hilang

Persoalan kedua yang hadir dalam live action Tokyo Revengers adalah soal tokoh yang hilang atau lebih tepatnya tidak dihadirkan. Padahal para karakter ini punya peran penting dalam memainkan peran di sebuah konflik.

Misalnya Emma, pacar Draken dan adik dari Mikey, Chifuyu, Baji Keisuke, si duo kembar Angry and Smiley, Peh-yan, Mutou Yasuhiro, dan banyak karakter lainnya. Mereka adalah karakter yang punya relasi kuat dengan para tokoh-tokoh sentral. Misalnya Peh-yan yang menjadi kunci dalam retaknya Toman menjadi dua kubu, yaitu kubu Mikey dan Draken. Bahkan Peh-yan sampai berkhianat dan ingin membunuh Draken.

Dan hilangnya Peh-yan itulah yang bikin parah. Tak hanya jadi kunci konflik, tapi menyalahi kodrat. Tak ada Pah tanpa Peh. Kayak bikin film Batman tanpa Alfred sih ini.

Pengembangan karakter

Masalah lain yang tidak kalah penting datang dari film ini adalah tentang pengembangan karakter. Karakter Takemichi dalam live action ini benar-benar payah. Scene penting yang tujuannya membangun karakter pemberani dan pantang menyerah banyak dihilangkan. Akibatnya Takemichi di live action ini di mata saya hanya tokoh sampingan yang mencoba mencari perhatian kepada para penontonnya.

Scene terkena ayunan saat mengancam orang yang mengganggu Naoto, scene pura-pura gila saat menghadapi orang yang mengganggu Hinata saat menjadi penjaga di sebuah minimarket, membuat Takemichi terkesan menjadi pecundang. Di sisi lain, scene ngobrol dengan Draken dan Mikey dari hati ke hati, malah tidak ada. Padahal scene ini akan menunjukan bagaimana sikap dewasa Takemichi.

Anggota Middle Five (gengnya Takemichi) juga karakternya tidak dikembangkan dengan maksimal. Hanya Akkun saja yang diperhatikan. Padahal seluruh anggota Middle Five punya peran dalam menguatkan mental Takemichi. Misalnya ketika membantu Takemichi melawan geng Kiyomasa sembari mengawasi Draken yang perutnya tertusuk.

Karakter Mitsuya dan Kisaki juga menjadi sorotan. Mitsuya di live action ini terlihat begitu angkuh dan kurang respect dengan Takemichi. Padahal di animenya, Mitsuya memiliki karakter bersahabat, tenang, dan menaruh respek terhadap Takemichi.

Lebih parah adalah Kisaki. Karakter ini benar-benar terbengkalai di live actionnya. Mulai dari penampilan fisik yang macam om-om, hingga sisi misterius dan bengis sebagai mastermind dalam sebuah konflik yang tidak dikembangkan secara baik dalam cerita. Kecerdasannya benar-benar dikubur dalam live actionnya. Kesannya seperti tokoh gabut dan sok misterius yang gentayangan di beberapa scene. Padahal, baik di manga maupun animenya, Kisaki adalah antagonis utama. Dia yang mengatur semua konflik yang terjadi.

Nggak usah nanya Shuji Hanma. Muncul doang, nggak ngapa-ngapain.

Pada akhirnya, satu-satunya yang menyelamatkan film ini hanyalah scene berkelahinya yang memang epik. Jadi bagi kalian yang hanya pengin melihat sisi action saja, Tokyo Revengers sudah cukup memberi apa yang kalian mau.

Meski, jujur saja, Mikey seperti kena nerf di sini.

Selebihnya, live action Tokyo Revengers biasa saja. Alur dan angle cerita yang tanggung dan melompat-lompat, bikin film ini sangat melelahkan untuk ditonton. Pengembangan karakter yang ala kadarnya juga begitu mengganggu.

Apakah film ini amat buruk? Tidak juga. Tapi, kalau dibilang bagus, jelas tidak.

Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Rizky Prasetya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 24 Januari 2022 oleh

Tags: live actionpilihan redaksiReviewtokyo revengers
Muhamad Iqbal Haqiqi

Muhamad Iqbal Haqiqi

Mahasiswa Magister Sains Ekonomi Islam UNAIR, suka ngomongin ekonomi, daerah, dan makanan.

ArtikelTerkait

Kim Seon Ho: Karakter Selalu Multitalenta, tapi Mbuh Soal Cinta

18 September 2021
Desa Panggungharjo Bantul, Desa Terbaik di Indonesia (Unsplash)

Mengenal Desa Panggungharjo di Bantul, Desa Terbaik di Indonesia yang Dipuji Mahfud MD Saat Debat Cawapres

22 Januari 2024
Perbandingan Biaya Transaksi di Tokopedia dan Shopee. Pilih Mana? (Unplash.com)

Perbandingan Biaya Transaksi di Tokopedia dan Shopee. Pilih Mana?

27 Oktober 2022
5 Pasangan Bromance Terkoplak dalam Semesta Drama Korea terminal mojok

5 Pasangan Bromance Terkoplak dalam Semesta Drama Korea

31 Agustus 2021
10 Pensil Alis Murah di Bawah 20 Ribu yang Nggak Kaleng-kaleng

10 Pensil Alis Murah di Bawah 20 Ribu yang Nggak Kaleng-kaleng

1 Januari 2022
kredit hp

Hal-hal yang Perlu Dipahami tentang Kredit HP

13 Desember 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025
Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025
Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

17 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

16 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur
  • Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper
  • Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang
  • Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal
  • Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah
  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.