Review Suzuki Smash Titan Setelah 7 Tahun Pemakaian

suzuki smash titan

Review Suzuki Smash Titan Setelah 7 Tahun Pemakaian

Menggunakan sepeda motor adalah hal yang lumrah bagi masyarakat Indonesia, berbeda dengan negara produsen motor seperti Jepang yang masyarakatnya gemar berjalan kaki dan mengendarai sepeda kayuh, negara +62 lebih banyak menggunakan alat transportasi sepeda motor. BPS merilis data penggunaan motor per 2018 saja 120.101.047. apalagi di tahun 2020 ini mungkin akan lebih meningkat.

Indonesia juga menjadi pasar empuk bagi perusahaan produsen motor, sebut saja nama tenar pabrikan asal Jepang seperti Honda, Yamaha, Kawasaki dan Suzuki. Nama terakhir ini unik dan produknya yang akan saya ulas.

Gencar mempromosikan produknya lewat sponsorship di ajang prestis sepakbola se Asia Tenggara di piala AFF tidak lantas membuat Suzuki tertatih tatih dalam persaingan penjualan di Indonesia.

Pengalaman nyata yang saya lihat di lapangan, dealer dan bengkel service resmi di berbagai kota seakan berkurang. Mmmh entah efisiensi atau memang stratei marketing saya belum menyelidikanya secara detail. Tapi bagi konsumen fasilitas after sale yang diharapkan adalah ketersediaan suku cadang yang melimpah serta mudahnya akses bengkel resmi. Kalau produknya ada bengkelnya tutup kan susah juga yee kan?

Tapi di antara kekurangan dalam hal di atas, Suzuki terkenal punya produk yang “mantep” atau bisa dibilang kokoh dan tahan banting. Tapi jangan dibanting beneran lho yaa?

Tahun 2013 di pertengahan masa kuliah, saya memutuskan mengganti motor saya saya dari vespa sprint menuju motor Suzuki Smash Titan. Bukan tanpa kegalauan. Saat itu motor injeksi sudah merebak. Banyak anak muda di tahun-tahun itu lebih memilih motor cowok Yamaha Vixion atau malah menggunakan maticnya Honda dan Yamaha.

Smash Titan yang sama sekali belum memiliki teknologi injeksi mampu memikat hati saya. Alasannya dua. Pertama bodynya ramping (mikirnya sih enak buat nyelip di tengah lautan motor Jogja), kedua emang budget yang minim hehehe. Maklum masih dibeliin orang tua pada saat itu, nggak enak juga minta yang mahal-mahal.

Lalu bagimana sih rasanya menggunakan Suzuki Smash Titan selama kurang lebih tujuh tahun.??

Suzuki Smash Titan yang saya gunakan sudah sampai ratusan ribu km ini rutin saya ganti oli dan service sesuai kebutuhan. Walaupun tidak melulu di bengkel resmi Suzuki. Tapi mesih masih terasa halus tidak ngebul dan jagonya di medan kota.

Masalah nyelip, ngebut di keramaian, serta ketangkasan sistem rem depan cakram piston tunggalnya tidak diragukan lagi bisa ngerem mendadak dengan enak. Mesin dengan sistem transmisi 4 kecepatan yaitu N-1-2-3-4 ini nyaman banget karena memiliki mesin tipe SOHC 4 Langkah dengan besar diameter 51.0 mm x 55.2 mm yang bisa menghasilkan daya maksimal sebesar 8.4 PS per 8.000 rpm dengan torsi hingga mencapai 8.9 N.m per 5.000 rpm dan jenis mesinnya tersebut juga memberikan volume tenaga kuda sebesar 110 cc.

Motor yang masih menggunakan sistem bahan bakar karburator ini memiliki tangki volume bensin kurang lebih 4 liter hingga 4,5 liter. Penggunaan bahan bakarnya juga irit. Di Tahun 2020 ini dengan mobilitas saya yang sedang, seminggu bisa mengeluarkan uang bensin untuk jenis pertalite sebesar 30-40 ribu rupiah. Sebulan kalo ditotal mentok 160 ribu sampai 200 ribu. Kalo dibandingin motor ber cc gedhe jelas iritnya kan? Wqwqwq

Desain body serta building materialnya juga oke di harga dulu beli dibandrol kisaran 13 jutaan. Saya memilih varian yang sudah menggunakan velg racing. Warna hitam dengan balutan stiker yang pas tertempel di part-part body yang terlihat oke di mata. Membuat motor tersebut memiliki kesan elegan dan “manis” di kelasnya.

Shock breaker sangat awet. Dalam penggunaan waktu 6 tahun saya baru berganti set shock belakang dan shock depan masih terasa baik. Untuk aki bawaan saya pernah ganti ke akinya mio karena bawaanya basah harus telaten dalam merawat. Tapi klo di part aki semua jenis motor sih untung-untungan ya. Tergantung proses perawatan juga.

Praktis untuk servis rutin tiap tiga bulan tergantung jumlah km dan mobilitas tentunya cukup mempersiapkan budget sebesar 200-300 ribu untuk servis ganti part atau 50-100 ribu untuk servis ringan. Menurut saya itu termasuk irit. Dan mematahkan argumen tentang onderdil Suzuki yang mahal karena hanya tersedia suku cadang ori pabrikannya di pasaran.

Sedikit kekurangan memang susah ditemukan suku cadang tiruan di pasaran. Bagi orang yang sangat menghemat ongkos perawatan mungkin menjadi keluhan. Kekurangan terakhir kalo dipakai di tanjakan yang tinggi seperti Tawangmanggu agak ngeden nih motor. Sepertinya Suzuki Smash Titan memang diperuntukkan buat penggunaan perkotaan. Kalo untuk jarak jauh oke sih tapi nggak se oke pacaran jarak jauhmu. Dududuh.

BACA JUGA Kengenesan yang Dialami Pengendara Motor Smash atau tulisan Majid Himawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version