Menemukan Alasan untuk Tetap Hidup dalam Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati Karya Brian Khrisna

Menemukan Alasan untuk Hidup dalam Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati Karya Brian Khrisna

Menemukan Alasan untuk Hidup dalam Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati Karya Brian Khrisna (Gramedia.com)

Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati diramu sedemikian rupa oleh Brian Khrisna agar kita kuat menjalani takdir…

Kadang hidup terasa menyebalkan. Dianggap buruk rupa, bau, dan tidak berbakat. Diabaikan teman kerja, tetangga, bahkan orang tua. Eksistensi diri dipertanyakan. Merasa menjadi NPC dari kehidupan orang banyak. Mungkin, hidup perlu diakhiri lebih cepat.

Itulah yang dirasakan Ale, tokoh utama dalam novel Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati karya Brian Khrisna. Dalam novel terbarunya, Brian Khrisna berhasil menyajikan kisah mendalam dengan sederhana. Tanpa memaksakan alur dan nuansa yang rumit. Semua berjalan seperti kehidupan kita: apa adanya.

Perpaduan gaya penulisan jenaka namun kritis membalut kisah yang membuat hati bergetar. Alur yang mendalam tetap terasa normal dan lumrah. Menurut saya, inilah kekuatan novel ini.

Jika paragraf pertama relevan bagi Anda, maka novel ini cocok untuk dibaca. Bahkan jika hidup Anda baik-baik saja, novel terbitan Grasindo ini tetap layak dinikmati. Kisah yang ditawarkan akan menguatkan hati dalam menjalani takdir.

Diawali dan diakhiri dengan mie ayam

Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati berkisah tentang Ale, si tokoh utama dengan profil seperti di paragraf pembuka. Kehidupannya memang sedemikan menyebalkan. Dalam cerita, kita bisa merasakan kemalangan yang nyata. Dari tidak diacuhkan sampai direndahkan dan dilecehkan.

Ale tidak tahan dengan siksaan sejak kecil ini. Keputusan berat dia ambil: bunuh diri. Dia merencanakan untuk menghabiskan 24 jam sebelum mati dengan kebebasan. Sial, dunia masih semangat untuk mempermainkannya. Bahkan ketika tekat sudah bulat, kemalangan masih melintang.

Jam-jam terakhir “hidup” Ale harus sempurna. Semangkok mie ayam favoritnya cocok menjadi makanan perpisahan. Namun apa daya, dunia memberi tamparan puncak. Ale harus menelan kenyataan bahwa mie ayam sederhana itu menjadi keniscayaan. Si pembuat mie lebih dulu meninggalkan dunia fana beserta Ale yang masih kebingungan.

Kegagalan menuntaskan ritual akhir hidupnya membuat Ale terjebak situasi pelik. Obsesi menyempurnakan kematian membuat hidup Ale lebih rumit. Perjalanan menuju bunuh diri berganti dengan dunia yang baru dan membingungkan tokoh utama. Apakah Ale berhasil menyempurnakan hidupnya dengan seporsi mie ayam?

Brian Khrisna yang jenaka dalam situasi rumit

Gaya penulisan novel Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati memang khas Brian Khrisna. Ringan, jenaka, dan bernuansa satire. Tapi novel satu ini punya kedalaman yang berbeda. Sesuatu yang hanya bisa diperoleh dengan mendalami hidup yang rumit dan gelap,

Novel dengan total 216 halaman ini lahir dari kisah teman Brian Khrisna yang ingin mengakhiri hidupnya. Percakapan sembari menikmati mie ayam menjadi awal dari penulisan novel ini. Untuk menyempurnakannya, Brian Khrisna berkonsultasi pada temannya dan psikiater selama proses penulisan.

Belum cukup, Brian juga mewawancarai lebih banyak orang. Hasil wawancara ini menghasilkan novel yang lebih nyata. Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati tidak lahir dari ruang hampa imajinasi semata, namun berdasarkan kisah nyata di sekitar kita. Ia terkesan sederhana, nyata, namun dalam dan mengena.

Kesederhanaan seporsi mie ayam sebelum mati

Apa yang rumit dari mie ayam? Saya tidak akan membahas tentang resep rahasia belasan rempah. Tapi kesederhanaan kuliner ini dalam hidup kita. Hidangan satu ini ada setiap saat dan di mana saja. Mie ayam begitu dekat dengan kehidupan kita. Bravo Wonogiri yang berhasil menguasai menu makan pagi, siang, dan malam Indonesia!

Apa yang rumit dari perundungan? Tanpa bermaksud menormalisasi, perundungan juga seakrab mie ayam. Entah kita sebagai korban, saksi, bahkan pelaku. Bersama mie ayam, perundungan menjadi latar dari novel ini.

Kisah di dalam Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati sebenarnya kompleks. Ada isu kesehatan mental, kriminalitas, hingga isu sosial. Namun semua isu ini dihantarkan dalam kesederhanaan. Untuk seseorang yang malas membaca novel seperti saya, novel satu ini membuat nyaman.

Saya tidak terjebak kerumitan diksi dan fantasi seorang Brian Khrisna. Tidak juga sesak napas dengan hantaman plot twist aneh. Seperti yang saya bilang, isu rumit tadi dibawa dengan sederhana. Saya merasa setiap momennya relevan, bukan asing bak negeri kahyangan.

Selalu ada alasan untuk hidup

Akan tetapi puncak dari kesukaan saya pada novel terbaru Brian Khrisna ini adalah akhir perjalanan Ale. Banyak novel yang memberi klimaks kelewat rumit dan fantasi. Ale dalam buku ini tidak menjadi superhero. Tidak juga menjadi anak hokage maupun kesurupan siluman rubah. Dia tetaplah Ale seperti awal novel, namun dengan perspektif baru.

Ini yang membuat saya yakin untuk merekomendasikan Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati. Anda tidak akan diajak berkhayal kelewat batas. Membayangkan diri punya kekuatan buah iblis atau ilmu sihir. Anda diajak menemukan alasan untuk hidup. Sesederhana atau serumit apa pun itu.

Anda akan diajak Ale untuk menikmati mie ayam. Sembari menikmati hidup yang sering kali menyebalkan. Ale tidak akan menggurui Anda. Namun dia akan menemani Anda menemukan alasan untuk hidup lebih lama.

Oh iya, pada akhirnya Ale berhasil makan mie yang dicintainya.

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Mie Ayam Jogja Ternyata Tak Seenak Reputasinya, Makan Sekali Langsung Kapok, Mie Ayam Malang Jauh Lebih Enak.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version