Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Respons Luar Biasa Tetangga ketika Saya Curhat Pelayanan BPJS Diskriminatif

Muhammad Khairul Anam oleh Muhammad Khairul Anam
21 Juni 2020
A A
BPJS Adalah Masa Depan, Abaikan Nakes TikTok yang Menghina BPJS

BPJS Adalah Masa Depan, Abaikan Nakes TikTok yang Menghina BPJS (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Kalian sadar nggak sih, pelayanan BPJS sering diributkan. Mulai dari iurannya kayak komedi putar dan jungkat-jungkit ini hingga perlakuan yang diterima pasien di rumah sakit. Saya sadar akan hal itu. Saya sadar kalau memang pasien yang menggunakan BPJS sering mendapatkan perlakuan diskriminatif oleh rumah sakit, bahkan rumah sakit negeri pun.

Pertama kali saya menyadari perlakuan semacam itu ketika bibir saya ada benjolannya. Ckckck, ini saya bukan ngarang, beneran. Bibir saya ditumbuhi daging yang tanpa permisi tumbuh begitu saja. Memang nggak terlalu besar sih, tetapi mengganggu. Baik mengganggu penampilan hingga mengganjal ketika lagi mengunyah makanan.

Begini ceritanya. ketika bangun tidur, saya melihat ada tonjolan. Awalnya saya mengira kalau itu hanya sariawan biasa. Tetapi sudah hampir satu bulan dan berbagai obat sudah saya coba, yang saya maksud obat itu obat sariawan ya bukannya obat lainnya, apalagi obat kuat, hadeh jauh dari jangkauan.

Lalu saya adukan ini pada orang tua. Bukannya anak papah atau mamah ya, tetapi manusia di dunia ini memang memerlukan tempat mengadu, misalnya orang tua, kekasih hati, dan yang tertinggi dan nggak pernah mengecewakan adalah Allah Swt. Masya Allah, malah jadi artikel islami ini gini.

Orang tua menyarankan untuk membawa ke rumah sakit. Baiklah saya menurut saja. Dan di sinilah saya mulai mendapati hal-hal yang menjengkelkan perihal BPJS. Seperti yang saya umbar, eh bukan umbar, kayak umbar aurat saja, tetapi saya jelaskan di atas, pasien yang memakai BPJS sering mendapatkan perlakuan diskriminatif.

Saya antre nih di loket. Kebetulan loket pasien BPJS dan pasien umum tidak dibedakan. Namun, saya lihat kok ada pasien umum yang datang belakangan didahulukan. Dari situ perasaan saya mulai tak enak.

Ketika giliran saya tiba, saya layangkan pertanyaan soal pilih kasih antrean tadi. Petugasnya sih bilang karena BPJS itu harus mengurus ini-itu dan lama.

Dari loket utama, sekarang saya menunggu antrean di depan ruang poli. Saat itu saya datang bersama Nenek. Kenapa nggak sama orang tua saja? Karena nenek lebih berpengalaman. Nenek sering keluar masuk rumah sakit, maksud saya periksa rutin setiap bulan di rumah sakit menggunakan BPJS.

Baca Juga:

Pengalaman Saya Melihat Langsung Pasien yang Malah Curiga dan Trauma ketika Berobat ke Puskesmas

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

Hingga dua jam berlalu, saya belum juga dipanggil-panggil. Lalu Nenek masuk ke ruangan itu dan menanyakan pada perawat. Perawat itu menjawab bahwa dokternya belum datang. Setengah jam berikutnya akhirnya saya dipanggil. Dan kalian tahu tidak? Ternyata dokter yang meriksa itu adalah dokter yang saya lihat tadi. Oh Tuhan, kenapa perawatnya tadi bilang belum datang.

Derita ini saya ceritakan ke tetangga ketika lagi kumpulan, eh bukannya mendapat respons baik, ia malah mengatai saya dengan ucapan yang nggak senonoh (tidak senonoh di sini tidak mengandung unsur pornografi dan pelecehan seksual ya). Dan yang kemudian ia katakan kepada saya adalah… astaga….

Pertama, “Ngapain kamu ikutan BPJS, sudah bayar, pakai disusah-susah lagi kalau mau operasi atau periksa.” Itu tanggapan yang dilayangkan ke saya ketika saya curhat perihal diskriminasi yang sering dilakukan oleh rumah sakit kepada pasien BPJS.

Kedua, ia mengatakan kalau orang-orang yang ikut BPJS sama saja mendoakan dirinya sendiri sakit. “Kok bisa?” tanya saya. Katanya, wong masih sehat kok pakai iuran jaminan kesehatan segala. Namanya sehat ya disyukuri, bukannya bayar iuran jaminan kesehatan. Kalau kamu iuran sama saja kamu jaga-jaga akan sakit, sedangkan jaga-jaga akan sakit sama saja mendoakan diri sendiri sakit. Wong kok ora mudengan, batin saya.

Ketiga, ini yang paling mengerikan, eh bukan mengerikan, tetapi paling membuat saya ingin memakai baju takwa dan sarung setiap hari dan senantiasa beristigfar. Begini tanggapan tetangga yang masya Allah, saya anggap setingkat dengan para sufi.

Jaminan terbaik untuk kesehatan diri kita itu bukan BPJS, tetapi Allah Swt.. Orang-orang semacam saya dan peserta BPJS lain termasuk golongan orang-orang yang tidak percaya dengan Tuhan. Lalu dengan fasihnya, sang tetangga menukil sabda Mbah Sujiwo Tedjo.

“Menghina Tuhan itu tidak harus dengan menginjak-injak Al-Qur’an, tidak harus main-mainin nabinya. Tetapi besok kita khawatir nggak bisa makan, besok khawatir tidak nggak punya jodoh, kita khawatir besok sakit (ia ganti sendiri untuk disesuaikan dengan tema yang sedang dibicarakan), itu sudah menghina Tuhan.”

Seketika itu hati saya tersentuh, ingin segera keluar jadi keanggotaan BPJS dan pindah menjadi anggota pengajiannya tetangga saya itu.

BACA JUGA 3 Cara Orang Numpang Toilet di Alfamart dan tulisan Muhammad Khairul Anam lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 Juni 2020 oleh

Tags: bpjsCurhattetangga
Muhammad Khairul Anam

Muhammad Khairul Anam

Suka melamun dan merindukan calon istri

ArtikelTerkait

Di Mata Buruh Pabrik, Tapera Tidak Memberi Manfaat Nyata (Unsplash)

Di Mata Buruh Pabrik, Tapera Tidak Memberi Manfaat Nyata Dibanding Potongan Gaji Lainnya

8 Juni 2024
Alasan Klasik yang Seharusnya Nggak Dipakai Lagi Saat Malas Mandi terminal mojok.co

Untuk Apa Mandi Pagi di Hari Libur?

21 Juni 2019
udah Nggak Usah Dipikirin

Kalimat “Udah Nggak Usah Dipikirin” yang Sebaiknya Kamu Pikirin

16 Agustus 2019
main ke rumah tetangga sungkan canggung perumahan wabah corona mojok

Solusi ‘Gerakan Menengok Tetangga’ bagi Warga Kompleks yang Biasa Diem di Rumah Bae

7 Mei 2020
dulu saya

Sebuah Curhatan Mahasiswi : Perilaku yang Saya Benci Dulu Adalah Perilaku Saya Sekarang

11 Juni 2019
Beberapa Opsi Kalimat Anti Toxic Positivity Pengganti “Yok Bisa Yok” terminal mojok.co

Beberapa Opsi Kalimat Anti Toxic Positivity Pengganti “Yok Bisa Yok”

20 Januari 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

17 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis
  • Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya
  • Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi
  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.