Sependek pengalaman saya dalam dunia kepenulisan, sejujurnya saya adalah penulis yang sangat besar rasa tidak percaya dirinya. Itulah mengapa, saya terkejut bukan main ketika tahu bahwa tulisan saya tentang Iconnet, mendapat respons yang aduhai luar biasa dari pihak Iconnet.
Tidak lama setelah tulisan saya tentang Iconnet tayang di Terminal, suami saya mengabari bahwa ia dihubungi via WhatsApp oleh pihak Iconnet. Isi pesannya berupa permintaan maaf atas gangguan internet yang kami alami dan permintaan izin untuk berkunjung. Sebuah reaksi atas tulisan yang tentu saja tidak pernah saya bayangkan sama sekali.
Mendapat kabar tersebut, saya cukup kaget. Kok bisa sampai mau dikunjungi? Duh, apalah saya ini, hanya debu yang menempel di sudut terdalam mesin router wifi.
Di lain sisi, kabar tersebut tentu juga membawa angin segar. Setidaknya keluhan yang selama ini dibalas dengan chat template, kini direspons dengan tanggapan bahwa mereka akan datang untuk sosialisasi terkait gangguan dan penanganannya.
Agak waswas
Sebenarnya, sejak ide tulisan terkait Iconnet itu muncul di kepala saya, tulisan itu tidak saya niatkan agar mendapat perhatian khusus apalagi sampai dikunjungi oleh pihak Iconnet. Tulisan itu betul-betul murni sebagai luapan ekspresi kekecewaan saya sebagai pelanggan.
Tadinya, suami saya sempat waswas. Khawatir ketika tahu bahwa kami akan dikunjungi. Namun, saat saya membaca kembali pesan WhatsApp dari pihak Iconnet, saya bisa pastikan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Pesan bahkan percakapan melalui telepon dari pihak Iconnet, sangat kuat aura persahabatannya. Ada permintaan maaf atas ketidaknyaman yang kami alami sebagai pelanggan dan pertanyaan kapan ada waktu untuk dikunjungi.
Malam ketika kunjungan itu benar-benar terjadi pun, terasa santai-santai saja. Dari pihak Iconnet ada tiga orang yang datang. Kedatangan mereka disambut oleh suami saya yang sudah lupa dengan rasa khawatirnya.
Kami mengobrol cukup panjang. Seperti yang mereka sudah sampaikan sejak awal, kedatangan pihak manajeman Iconnet memang untuk menjelaskan beberapa masalah dan penyebab terkait gangguan yang pelanggan (termasuk saya) alami.
Kalau disimpulkan, intinya durasi penanganan gangguan itu memang tergantung sumber gangguannya. Semakin jauh sumber masalahnya, tentu akan semakin lama penanganannya. Itulah mengapa gangguan sinyal bisa terjadi sampai berhari-hari.
MyICON+
Setelahnya, kami juga diberi penjelasan terkait betapa pentingnya peran tiket laporan dalam hal penanganan gangguan. Pasalnya, dalam beberapa kejadian yang sudah mereka tangani, terkadang ada pelanggan yang mengeluh jaringannya terganggu, tetapi tidak membuat laporan sesuai mekanisme yang ada. Jadi ya, bagaimana bisa ditangani kalau tidak melapor?
Beda lho, ya, antara sekedar mengeluh di kolom komen akun medsos Iconnet dengan mengirim DM untuk melaporkan gangguan. Selain itu, pelaporan gangguan juga bisa disampaikan melalui aplikasi MyICON+.
Nah, terkait MyICON+ ini, dari kunjungan pihak Iconnet, saya juga baru tahu bahwa ternyata satu nomor pelanggan, bisa digunakan untuk lebih dari satu ponsel. Tadinya saya pikir, ya, satu nomor hanya untuk satu ponsel. Karena yang terdaftar sebagai nomor pelanggan adalah nomor suami saya, makanya selama ini saya lebih sering kirim laporan melalui DM Instagram.
Pihak Iconnet amat membantu
Sebagai pelanggan, kami sebenarnya termasuk dalam golongan orang-orang beruntung. Sebab, kami termasuk pelanggan yang menikmati harga promo saat awal pemasangan sampai tiga bulan berikutnya. Seingat saya, saat awal pemasangan, biaya yang kami keluarkan tidak sampai 200 ribu. Itupun sudah termasuk biaya langganan bulan pertama.
Saya juga sempat menyampaikan keinginan untuk upgrade paket dari 10 Mbps ke 20 Mbps. Namun, setelah menimbang bahwa sejauh ini 10 Mbps saja sudah sangat memenuhi kebutuhan akses internet di rumah, keinginan itu saya urungkan.
Saya juga baru tahu kalau ternyata, paket 10 Mbps dari Iconnet sudah dihapuskan. Lagi-lagi saya merasa beruntung. Sudah dihapus, lah saya masih bisa menikmati.
Kalau ada yang bilang gangguan yang kami alami terjadi karena kami memilih paket yang paling murah, sepertinya tidak juga. Karena memang selama berlangganan, 10 Mbps itu sudah mantap banget lho untuk pemakaian standar 6-8 orang pengguna ponsel di rumah. Ketika gangguan, ya memang karena lagi ada masalah, entah di tiang pemasangan, di kabelnya, atau bahkan di sumber utamanya di Pulau Jawa sana.
Respons Iconnet memang top
Begitulah sedikit cerita dan pengalaman saya saat dikunjungi pihak Iconnet. Dari hasil ngobrol-ngobrol itu juga saya bisa menyimpulkan bahwa meskipun kami dikunjungi setelah saya membuat tulisan terkait keluhan, bukan berarti pihak Iconnet menunggu “disentil” dulu baru mau mendengar suara pelanggannya. Setiap laporan gangguan yang masuk, pasti akan ditindaklanjuti. Yang penting pelanggannya juga jangan lupa bikin tiket laporan gangguan.
Selain itu, kunjungan dalam rangka sosialisasi terkait gangguan dan penanganannya yang kami alami juga sudah menjadi bagian dari pelayanan untuk pelanggan dari Iconnet. Dari cerita mereka yang datang, ada hal seru dan lucu-lucu yang menjadi pengalaman mereka juga saat melakukan kunjungan.
Yah, begitulah sedikit cerita saya perihal dikunjungi oleh Iconnet. Lega rasanya karena keluhan saya ditanggapi dengan tangan terbuka dan sangat menyenangkan oleh pihak Iconnet. Semoga apa pun hal baik yang sudah menjadi bagian dari Iconnet, bisa terus terjaga bahkan ditingkatkan, ya.
Penulis: Utamy Ningsih
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Iconnet, Solusi Terbaik bagi Kalian yang Muak dengan IndiHome, tapi Nggak Punya Banyak Pilihan