Awalnya dunia terasa baik-baik saja, aku bisa travelling kesana kemari menjelajahi kota Bandung tercinta, malem-malem ngopi sama temenku di daerah Dago atas sambil melihat city light, nikmat sekali rasanya. Sore ikut majelis ilmu, pagi-paginya bimbingan skripsi ke kampus, kalau gabut suka nangkring di warung deket rumah sambil ghibah, eh astagfirullah, rasanya kangen hidupku yang dulu.
Namun setelah covid 19 datang ke Indonesia, kini hidupku terasa sangat berbeda, bukan untukku saja, tapi juga memberikan dampak yang sangat signifikan pada perekonomian bapakku, ibuku, dan orang lain juga. Tak hanya itu, datangnya covid 19 berdampak bagi mahasiswa semester akhir di jurusan pendidikan. Karena corona menyulitkan kita untuk mengambil data ke sekolah, sedangkan sekolahan libur, tabungan makin berkurang, karena tidak ada uang jajan.
Masyarakat lebih memilih di rumah, pedagang yang biasanya stand by di sekolah pun sekarang dagangannya tidak laku, serta masyarakat menjadi kurang produktif dari biasanya. Kadang ada yang kesal dan marah, karena ia tidak lagi bekerja dan terpaksa meminjam uang.
Selain itu ada tetanggaku, suaminya itu jualan mainan untuk anak kecil, tapi pulang ke kontrakannya tidak membawa uang, karena sekolahnya sepi (biasa mangkal disekolah gitu) ia kesulitan membayar kontrakan dan kemudian disuruh pindah sama yang punya kontrakannya karena sudah 10 hari belum bayar, anaknya yang masih kecil bilang ke mamahnya, “Mah lamun mamah loba duit mah moal pindahnya?” (Mah kalau mamah punya uang ga akan pindah ya) kasihan sekali melihatnya, sedangkan aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Virus ini membuat ruang gerak kita terbatas, membuat jarak antar manusia dan menyisakan jeda yang sangat panjang untuk kembali pulih. Entah sampai kapan virus ini akan berakhir. Dunia sedang ambyar, salah satu cara agar tidak ikutan ambyar adalah dengan bertahan, dengan berdiam diri di rumah, menjaga imun tubuh, berolah raga, makan makanan yang bergizi, cuci tangan pakai sabun, jaga jarak, kalau keluar rumah memakai masker ya hihi.
Hidup harus tetap berjalan, kita bisa menghadapi ini semua dengan mengubah sudut pandang kita terhadap kehidupan. Virus corona datang membawa hikmah untuk kita agar kita hidup bersih, bisa lebih dekat dengan keluarga juga, lebih taat kepada Tuhan, pokonya banyak hikmahnya.
Nah apa sih tipsnya biar hidup kita tetap bahagia di tengah pandemi corona ini? Menurut Epicurus kebahagiaan itu ditandai dengan “freedom from” kita dibebaskan dari kecemasan, ketakutan, penderitaan fisik dan mental dan juga tidak terganggu dengan tingkah laku orang lain. Sejak dahulu Epicurus memberikan kita obat untuk hidup agar hidup menjadi bahagia.
- Don’t fear god
- Don’t worry about death
- What is good is easy to get
- and what is terrible is easy to endure
Yang pertama jangan takut sama hukuman Tuhan, loh kok gitu? Kata Epicurus Tuhan sudah mencapai Dzat yang paling tinggi, Tuhan tidak terganggu dengan tingkah laku makhluknya, mau kita tidak beribadah, maka tidak akan berdampak apa-apa bagi Tuhan, nah dengan pernyataan ini Epicurus dikritik oleh Seneca, karena ia memiliki pandangan yang berbeda mengenai Tuhan.
Kalau menurut tasawuf, kita jangan takut dengan Tuhan, karena Tuhan adalah Maha Kasih. Menurut tasawuf kita harus mencari Tuhan yang kita cintai, bukan mencari Tuhan yang kita takuti, selain itu sufi berkata bahwa cinta Tuhan lebih besar dari murka-Nya. Karena dalam al-quran lebih banyak ayat tentang jamaliyyah dibanding jalalliyah-Nya. Tuhan memiliki dua wajah, jalalliyah dan jamaliyah. Jalalillyah adalah membuat kita takut kepada-Nya. Sedangkan Jamaliyyah adalah dimensi keindahan sepeti kasih sayang-Nya. Bukan dengan membaca ini kita boleh membangkang Tuhan, kita tidak boleh putus asa dari rahmat dan ampunan-Nya, Jika selama ini kita adalah makhluk yang banyak sekali melakukan dosa.
Di tengah pandemik ini, yang aku rasakan adalah takut virus ini masuk ke dalam tubuhku huhu, lalu aku tuh ga sembuh, nauzubillah ya teman-teman. Aku takut jika harus mati, mungkin karena masih banyak dosa, belum menikah, belum lulus, dan belum bisa membahagiakan orang tua, itu sangat menghantuiku.
Obat kedua adalah “don’t worry about death” menurut Epicurus kita jangan khawatir akan kematian karena “Death is nothing to us. When we exist, death is not yet present, and when death is present, then we do not exist.” Karena mati adalah sesuatu yang harus kita lewati, kullun nafsin da iqotul maut.
Kata Epicurus mati adalah akhir dari kehidupan, semua benda di dunia ini punya natural limits itu artinya semua materi akan mengalami “expire” termasuk manusia, galaksi yang berukuran milyaran bintang dan corona pun suatu saat akan mati dengan itu kita jangan khawatir, kita bisa mempercepat kematian dengan kecerobohan dan kecelakaan. Kita juga bisa memperlambat kematian dengan mengatur gaya hidup. Walau pun keputusan akhir kita mati adalah dari Tuhan. Sebelum kematian merenggut diri kita, kita jangan terus menerus memikirkan rasa sakit, tapi kita harus memikirkan solusinya. Entah sakit hati atau sakit jasad wkwk.
Apakah kalian ingin hidup bahagia? Tentu saja! Lalu apa yang menghambat jalan kamu menuju kebahagiaan. Kebahagiaan bergantung kepada kamu. Ini disampaikan kepada kami oleh seseorang yang merasakan kedamaian ilahi dan kearifan, pernah hidup bersama kami. Ia memperlihatkan kepada kami dengan teladan dan ajarannya, jalan untuk membebaskan kami dari ketidak bahagiaan. Namanya Epicurus.
Yang ketiga adalah “what is good is easy to get” semua yang kita perlukan dan kita inginkan sudah berada disekitar kita, baik kenikmatan batin dan kenikmatan tubuh yang harus dipenuhi untuk memperoleh kebahagiaan, contohnya seperti oksigen untuk bernapas dan alam menyediakan apapun sehingga kita bisa hidup (makanan).
Bagi Epicurus kebahagiaan itu saat kita tidak memiliki rasa sakit dalam tubuh dan tidak resah dalam jiwa. and what is terrible is easy to endure atau apa yang buruk mudah dihindari misalnya sakit yang biasa bisa kronis atau singkat, bisa ringan atau berat, yang tidak biasa adalah sakit kronis dan berat, derita mental lebih mudah dihilangkan dari derita fisik.
Dan yang terakhir adalah mengenali batas-batas yang kamu perlukan, mengetahui batas yang bisa diderita tubuhmu, nikmati hidup dan hindari kecemasan yang meracuni kehidupan. Yang intinya Tuhan sangat baik, tidak akan membiarkan kita hidup di dunia ini tanpa dipelihara oleh-Nya. Jadi kesimpulannya kita bisa belajar dari Epicurus mengenai kehidupan di tengah keambyaran dan untuk pelipur lara kita, agar kita tidak takut akan kematian serta dapat meminimalisir penderitaan.
Selain itu puncak kebahagiaan menurut Epicurus adalah atarxia yaitu kebebasan dari gangguan emosional dan kecemasan sehingga hati kita menjadi tentram. Dan puncak kebahagiaan yang kedua yaitu aponia (keadaan jiwa ketika tidak ada sakit fisik dan gangguan mental).
Kebahagiaan akan kita dapatkan jika kita hanya memenuhi kebutuhan alamiah yang diperlukan (sandang, pangan dan papan), jika kita berusaha untuk memenuhi kesenangan alamiah yang tidak diperlukan (makanan lezat, tanah yang luas, rumah yang banyak) boleh saja, hanya kalau membuat kita menderita mending tinggalkan saja, kita ga perlu makanan yang lezat, yang penting kenyang misalnya makan dengan garem saja hehe.
Dan yang terakhir adalah kebutuhan yang tidak alamiah (harta, tahta, dan kemashuran) contohnya kita ingin menjadi pejabat, maka kita akan menderita jika kita terus-menerus mengejar kebahagiaan yang tidak alamiah ini, apalagi jika tidak tercapai wkwk. Mungkin ini sebagai penghiburan kita pada saat pandemi, agar tidak putus asa mengenai apa yang sedang menimpa kita semua.
Bahagia itu sederhana. Udah ya segitu aja mylov. Maaf jika masih banyak salah. Karena kesempurnaan hanya milik Tuhan, Semoga pandemi ini cepat berakhir dan kita semua berada dalam lindungan-Nya. Aamiin.
BACA JUGA Wawancara dengan Truk Gandeng: Apakah Selalu Gandengan Itu Bikin Bahagia? dan tulisan Dena Meida lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.